PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BAGI SISWA KELAS IX J DI SMPN 3 CIMAHI


PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BAGI SISWA KELAS IX J DI SMPN 3 CIMAHI

Kokom Komariah SMPN 3 Cimahi Email: Komaryah@gmail.com 

Abstrak 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran problem solving model Polya serta peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (I) mendiskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran problem solving model polya pada program pembelajaran intensif siap menghadapi UN 2011 pada mata pelajaran matematika yang mengacu pada SKL, (2) mengetahui peningkatan kemampuan memecahkan masalah matematika siswa kelas IX J SMPN 3 Cimahi dengan metode pembelajaran problem solving model polya. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX J SMPN 3 Cimahi yang terdiri dari 40 siswa pada tanggal 14 Maret sampai 26 maret 2011. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I membahas tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan. Siklus II membahas tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan jual-beli dan perbankan atau koperasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah adalah hasil belajar siswa melalui tes pada akhir masingmasing siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran problem solving model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa seperti berikut ini. Rata- rata hasil belajar siswa pada siklus I meningkat sebesar 3,7 yaitu dari 52,4 menjadi 56 ,1. Sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 8,9 yaitu dari 56,1 menjadi 65. Dengan pembelajaran ini siswa lebih teliti dalam mengerjakan suatu soal, sehingga tingkat kesalahan dalam mengerjakan soal juga berkurang. Kendala yang masih dihadapi adalah kurangnya kemampuan siswa dalam materi apersepsi yang mendukung penyelesaian masalah. Kata kunci: problem solving model Polya 

PENDAHULUAN 

Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa , siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered learning) memiliki keragaman metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. Metode- metode tersebut antara lain adalah: a) berbagi informasi ; (b) belajar dari pengalaman (experience Based); (c) pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based). 

Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari problem solving.

 1. problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem Solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui problem solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. 

2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. problem solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 

3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Salah satu model pemecahan masalah adalah model Polya. Langkah-langkah dalam pembelajaran problem solving menurut Polya ada 4, yaitu : (1) memahami masalah, (2) menentukan rencana strategi penyelesaian masalah, (3) menyelesaikan strategi penyelesaian masalah, dan (4) memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Pembelajaran ini dimulai dengan pemberian masalah, kemudian siswa berlatih memahami, menyusun strategi dan melaksanakan strategi sampai dengan menarik kesimpulan. Guru membimbing siswa pada setiap langkah problem solving dengan memberikan pertanyaan yang mengarah pada konsep. Dalam implemantasinya di lapangan sampai saat ini proses pembelajaran yang berpusat pada siswa masih mengalami banyak kendala. Salah satu kendalanya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditandai dengan (1) rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis masalah, (2) rendahnya kemampuan siswa dalam merancang rencana penyelesaian masalah, dan (3) rendahnya kemampuan siswa dalam melaksanakan perhitungan terutama yang berkaitan dengan materi apersepsi yang mendukung proses pemecahan masalah. Mengacu pada berbagai teori diatas maka metode problem solving model Polya sangat tepat untuk diterapkan sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. 

Rumusan Masalah 

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan, apakah penerapan metode problem solving model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika ? 

Tujuan Penelitian 

Tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui apakah penerapan metode problem solving model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.” 

Manfaat Penelitian 

Menyimak uraian pada tujuan penelitian tersebut di atas, dan dengan tercapainya tujuan tersebut dapat dipetik manfaat penelitian, yaitu: 1. Bagi guru; jika penerapan metode problem solving model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, maka dalam menentukan metode pembelajaran, metode problem solving model Polya tepat untuk digunakan. 2. Bagi siswa; akan tumbuh kesadaran pentingnya mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah matematika, sehingga masalah akan dengan mudah terselesaikan. 3. Bagi dunia pendidikan; bahwa paradigma pendidikan sekarang berubah ke arah student centre yang berarti bahwa proses pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas siswa sebagai konsekuensinya siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah. 

METODE PENELITIAN 

Rancangan Penelitian 

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dilaksanakan pada program pembelajaran intensip siap UN 2011 yang dilaksanakan mulai tanggal 14 Maret sampai 26 maret 2011. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 3 pertemuan yang masing- masing berdurasi 2 x 40 menit. 

Subjek Penelitian 

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX J tahun pelajaran 2010-2011, di lingkungan SMP Negeri 3 Cimahi Kota Cimahi. sebanyak 40 orang terdiri dari 23 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki- laki. 

Prosedur Penelitian 

Secara garis besar penelitian yang dilakukan ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan ini meliputi :(a) Menentukan Subyek Penelitian, (b) Menentukan banyak siklus dan (c) Membuat Alat Pengumpul Data 2. Tahap Pelaksanaan a. Melaksanakan siklus I berdasarkan rencana tindakan 1. b. Melakukan analisis terhadap informasi pada instrumen penelitian pada siklus I , serta merefleksi kekurangan dan kelebihan dalam pembelajaran pada siklus I. c. Merencanakan tindakan 2 untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I d. Melaksanakan siklus II berdasarkan rencana tindakan 2 e. Melakukan analisis terhadap informasi pada instrumen penelian pada siklus II, serta merefleksi kekurangan dan kelebihan dalam pembelajaran pada siklus II. f. Data-data yang diperoleh pada setiap siklus tindakan diolah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menerapkan metode problem solving model Polya. 3. Tahap Evaluasi dan refleksi Evaluasi: Menganalis hasil belajar siswa untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode problem solving yang telah dilaksanakan pada tiap siklus. Refleksi: Mereview proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan untuk mengetahui factor-faktor pendukung dan kendala yang dihadapi. 4. Tahap pelaporan Pelaporan direalisasikan dalam bentuk makalah. 

Instrumen dan Teknik Analisis 

Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pengumpul data hasil penelitian yaitu berupa Instrumen kinerja siswa berkenaan dengan kemampuan siswa dalam strategi pemecahan masalah. Instrumen ini memuat penilaian terhadap komponen indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yang mengacu pada langkah- langkah pemecahan masalah model Polya yang meliputi kemampuan memahami masalah (understanding the problem), merencanakan penyelesaian (devising a plan), melaksanakan perhitungan (carrying out the plan), dan memeriksa kembali proses atau hasil (looking back). 

Teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis kinerja siswa dalam menyelesaikan masalah matematika melalui penskoran. Skor penilaian yang digunakan adalah cara yang lazim dilakukan , yaitu skala 10 –100. Sehingga untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dilakukan dengan melihat peningkatan rata- rata hasil belajar. 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

Setelah data terkumpul melalui observasi dan analisis instrument pengumpul data mengenai kinerja siswa dalam menyelesaikan masalah ternyata menunjukkan bahwa metode problem solving model polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan rincian sebagai berikut: 1. Kemampuan pada aspek menganalisis masalah, ditunjukan dengan kemampuan siswa dalam menentukan apa yang diketahui , apa yang ditanyakan, dan apa yang diperlukan. 2. Kemampuan dalam merencanakan penyelesaian masalah, ditunjukkan dengan kemampuan mengkoneksitas atau menentukan konsep-konsep yang terkait yang mendukung proses pemecahan masalah. 3. Kemampuan melakukan perhitungan sesuai dengan yang direncanakan, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan perhitungan secara sistematis sesuai dengan tahap- tahap yang direncanakan. 4. Kemampuan mengoreksi langkah- langkah penyelesaian yang sudah dilakukan , hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang meragukan hasil akhir setelah proses perhitungan dan tertuntut untuk mengoreksi kembali langkah- langkah penyelesaian yang saling terkait. Pada siklus 1 siswa melakukan pemecahan masalah sesuai dengan model Polya. Pada proses menganalisis masalah siswa sudah terampil menentukan factor yang diketahui ,dan factor yang ditanyakan. Namun masih ditemukan kendala dalam menyusun rencana penyelesaian masalah dikarenakan hal- hal seperti berikut ini: 1. Sempitnya wawasan siswa terhadap konsep-konsep yang terkait dengan suatu masalah. 2. Kurangnya kemampuan siswa dalam materi apersepsi. Karena keterbatasan tersebut maka kemampuan siswa dalam memecahkan masalah belum ada peningkatan yang signifikan yaitu baru terjadi kenaikan rata- rata nilai sebesar 3,7 yaitu dari 52,4 menjadi 56 ,1. Berdasarkan hasi refleksi pada siklus 1 maka disusun rencana untuk pelaksanaan siklus 2 yaitu dengan penugasan terstruktur mengenai keterampilan siswa dalam menyusun rencana penyelesaian masalah dengan menekankan pada keterampilan siswa menganalisis konsep- konsep yang terkait dari suatu masalah matematika yang diberikan dan mengingatkan kembali penguasaan materi apersepsi yang terkait tersebut. Dengan diterapkannya rencana tersebut pada siklus ke- 2 terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, hal ini bisa dilihat dari adanya peningkatan ratarata nilai sebesar 8,9 yaitu dari 56,1 menjadi 65,0. 

KESIMPULAN DAN SARAN 

Berdasarkan pembahasan terhadap masalah dalam tulisan ini maka dapat disimpulkan bahwa, metode problem solving model polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Langkah- langkah pemecahan masalah model polya dapat membimbing kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah. Hal ini memotivasi siswa untuk dapat belajar secara mandiri dan melatih siswa untuk berpikir logis dan teliti sehingga kesalahan siswa dalam proses menyelesaikan massalah terkontrol dengan dilakukannya looking back terhadap langkah- langkah yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis data , kendala yang dihadapi oleh siswa kelas IX dalam memecahkan masalah matematika yang terkait dengan SKL adalah: 

1. Sempitnya wawasan siswa tentang keterkaitan antar konsep dalam matematika, sehingga siswa kesulitan dalam menyusun strategi pemecahan masalah. 2. Rendahnya kemampuan siswa pada materi apersepsi yang terkait sehingga siswa perlu diingatkan lagi, akibatnya pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien karena dalam kenyataannya banyak ditemukan siswa yang sama sekali tidak mengetahui tentang materi apersepsi tersebut dan hal ini menuntut guru untuk kembali memberikan pembelajaran ulang (remedial). Untuk mengatasi kedua kendala tersebut, maka penulis menyarankan, agar pembelajaran matematika dibuat seperti pesan berangkai. Hal ini sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika yang salah satunya adalah bersifat spiral artinya konsep sebelumnya merupakan fondasi bagi keberhasilan penguasaan materi selanjutnya. Untuk mewujudkannya sepanjang perjalanan jenjang kelas siswa harus ditantang dengan masalah- masalah matematika yang dalam penyelesaiannya mengaitkan beberapa konsep terdahulu yang sudah dipelajari sehingga imforcement atau penguatan konsep yang telah dikuasai siswa dapat dipertahankan. 

DAFTAR PUSTAKA 

Adjie, N. dan Maulana. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung : UPI Press Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Ahmadi, A. & Prasetya, J.T. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Dahar, R.W.(1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta; Erlangga. Jones, T. (2000). Instructional Approaches to Teaching Problem Solving in Mathematics : Integrating Theories of Learning and Technology. Final Paper, EDUC6100 Suharsimi Arikunto (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. J Jakarta: Rineka Cipta. Wahyudin. (2007). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. 

LAMPIRAN 

Contoh masalah untuk menguji kemampuan menyelesaikan masalah berkaitan dengan skala dan perbandingan. Sebuah gedung direncanakan selesai dibangun selama 20 hari oleh 28 pekerja. Setelah dikerjakan 8 hari, pekerjaan dihentikan seama 4 hari. Jika kemampuan bekerja setiap orang sama dan supaya pembangunan gedung selesai tepat waktu, banyak pekerja tambahan yang diperlukan adalah … Alternatif cara penyelesaian ke-1: Langkah- langkah Penyelesaian: 

1. Analisis masalah Berdasarkan konteks cerita, masalah termasuk perbandingan berbalik nilai Diketahui: Banyak pekerja 28 orang kesanggupan waktu 20 hari Waktu yang sudah dilaksanakan 8 hari maka sisa waktu tinggal 20-8 = 12 hari. Dari 12hari sisa waktu, pekerjaan diistirahatkan selama 4 hari, maka sisa waktu yang masih tersedia adalah 12-4 = 8 hari Artnya yang seharusnya diselesaikan selama 12 hari lagi oleh 28 pekerja harus diselesaikan dalam waktu 8 hari. Karena hal tersebut maka diperlukan penambahan pekerja. 

2. Rencana penyelesaian Masalah .

3. Melakukan perhitungan sesuai yang direncanakan Misal banyak pekerja yang diharapkan adalah x :

Penyelesaian soal dilanjutkan dengan mengaitkan pada materi system persamaan linier satu variable dalam bentuk pecahan Siswa diarahkan untuk berpikir logis, Fokus masalah: menentukan berapa nilai x ( satu x) Ruas kiri dan ruas kanan dikalikan dengan 28, sehingga diperoleh:

Artinya pekerjaan akan selesai tepat waktu jika dikerjakan oleh 42 orang pekerja. Kesimpulan: Dengan demikian diperlukan penambahan pekerja sebanyak 42 orang – 28 orang =14 0rang. 4. Looking back Proses konfirmasi dengan mensubtitusiakan 14 terhadap x pada persamaan  
Alternatif penyelesaian ke- 2: 

1. Analisis masalah sama dengan di atas.
2. Rencana pemecahan masalah Dengan mengkomunikasikan masalah ke dalam diagram. Misal perkalian jumlah pekerja dengan waktu didefinisikan sebagai volume pekerjaan. Maka: Rencana awal didefinisikan sebagai berikut: Total Volum pekj= 28 orang x 20 hari = 560 Volum pekj dalam 8 hari pertama yang sudah dilaksanakan = 28 orang x 8 hari = 224
Volum pekj selama diberhentikan 4 hari 0 orang x 4hari = 0 ( 0 orang artinya tidak ada satu orangpun yang bekerja) Jadi sisa volum pekj 560 – 224= 336 Sehingga formula yang dipergunakan untuk mengetahui total pekerja yang diperlukan adalah sisa volum pekj : sisa waktu yang tersedia, yaitu: 336 : 8 = 42 Dengan demikian diperlukan tambahan pekerja sebanyak 42 – 28 = 14 orang. Jika dikomunikasikan dalam diagram seperti berikut ini,
Contoh masalah untuk menguji kemampuan menyelesaikan masalah berkaitan dengan jual-beli dan perbankan atau koperasi. Sebuah pedagang menjual jam tangan dengan harga Rp. 660.000,00. Pedagang tersebut mendapat untung 32%. Harga pembelian jam tangan tersebut adalah….. Alternatif cara penyelesaian: 
1. Analisis soal 

Diketahui: Harga jual = Rp. 660.000,00
Besar keuntungan = 32%. Ditanyakan: Harga beli 

2. Rencana pemecahan masalah Landasan : Definisi: besar keuntungan adalah prosentase keuntungan dikali harga pembelian Konsep “untung”, adalah Harga jual > harga beli maka masalah dirumuskan dengan: Harga jual = harga beli + keuntungan

3. Proses perhitungan Misal harga beli = b dan harga jual = j Maka: Harga jual = harga beli + keuntungan

4. Looking Back 

Mengkonfirmasi kebenaran penyelesaian dengan dua konsep tentang keuntungan. 
Harga beli = Rp. 500.000,00
 Harga jual = Rp. 660.000,00

Konsep 1 

Besar keuntungan = Harga jual – Harga beli 
                              = Rp. 660.000,00 - Rp. 500.000,00 = Rp.160.000,00 

Konfirmasi dengan konsep 2. 

Besar keuntungan = prosentasi keuntungan x harga beli Besar keuntungan 
                              = 32% x Rp. 500.000,00 = Rp.160.000,00 
Berdasarkan uraian di atas maka 
disimpulkan bahwa harga beli jam tangan adalah Rp.160.000,00

0 Komentar untuk "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BAGI SISWA KELAS IX J DI SMPN 3 CIMAHI"

Back To Top