PENGARUH IKLAN SOSIAL MEDIA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
Kadek Riyan Putra Richadinata1
Ni Luh Putu Surya Astitiani2
1,2 Fakultas Bisnis Sosial Teknologi dan Humaniora Program Study Bisnis Digital
Universitas Bali Internasional
email: kejutankertas1@gmail.com
ABSTRAK
Revolusi 4.0 merupakan tonggak awal dari lahirnya globalisasi di bidang ekonomi dunia.
Pergerakan kemajuan bisnis saat ini dibarengi dengan perkembangan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Media sosial adalah suatu interaksi sosial antara individu dalam
berbagi dan bertukar informasi. Media sosial dapat mencakup berbagai ide, pendapat,
gagasan dan konten dalam komunitas virtual serta mampu menghadirkan dan
mentranslasikan cara berkomunikasi baru dengan teknologi yang sama sekali berbeda dari
media tradisional. Beriklan dengan media sosial bahkan menawarkan nilai jangka panjang.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan sosial media (perhatian,
pemahaman, penerimaan, dan penyimpanan) terhadap keputusan pembelian di lingkungan
Universitas Bali Internasional. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas
Bali Internasional sebanyak 96 orang dimana hasil pengumpulan data diolah menggunakan
teknik analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa perhatian,
pemahaman, penerimaan, dan penyimpanan iklan sosial media berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di lingkungan Universitas Bali
Internasional. Hal ini menunjukkan keputusan pembelian dapat meningkat tidak hanya
dipengaruhi oleh iklan konvensional tetapi ad tetapi adanya iklan sosial media Instagram
dapat meningkatkan keputusan pembelian konsumen.
Kata Kunci: perhatian, pemahaman, penerimaan, penyimpanan
ABSTRACT
Revolution 4.0 is the first milestone in the birth of globalization in the world economy. The
current movement of business progress is accompanied by developments in the field of
information and communication technology. Social media is a social interaction between
individuals in sharing and exchanging information. Social media can encompass various
ideas, opinions, ideas and content in virtual communities and be able to present and translate
new ways of communicating with technology that is completely different from traditional
media. Advertising with social media even offers long-term value. This research was
conducted to determine the effect of social media advertising (attention, understanding,
acceptance, and storage) on purchasing decisions at the University of Bali International. The
sample in this study were 96 students at the University of Bali International where the results
of data collection were processed using multiple regression analysis techniques. The results
of the study prove that attention, understanding, acceptance, and storage of social media
advertisements have a positive and significant effect on consumer purchasing decisions at
the University of Bali International. This shows that purchasing decisions can increase not
only influenced by conventional advertising but the existence of Instagram social media ads
can increase consumer purchasing decisions perceptions of students can also improve the
quality of higher education itself.
Keywords: attention, understanding, acceptance, storage .
PENDAHULUAN
Revolusi 4.0 merupakan tonggak awal dari lahirnya globalisasi di bidang
ekonomi dunia. Pergerakan kemajuan bisnis saat ini dibarengi dengan
perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan yang
pesat tersebut dibuktikan dengan munculnya sebuah ide-ide bisnis kreatif dan
inovatif dengan berbasis teknologi. Seluruh masyarakat termasuk masyarakat yang
ada di Indonesia dituntut untuk mampu mengikuti arus perkembangan dan
kemajuan teknologi tersebut. Salah satu upaya pemerintah dalam memperluas
wawasan terkait penggunaan teknologi yakni dengan peningkatan kesadaran
masyarakat melalui pengenalan terhadap perkembangan teknologi yang saat ini
sedang berkembang (Immawati dan Dadang, 2019).
Pada era revolusi industri saat ini baik pada masyarakat, organisasi maupun
suatu perusahaan memiliki aktivitas yang tidak akan pernah lepas dari
perkembangan teknologi dan informasi. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi saat ini yang begitu pesat telah menyebabkan perubahan pada berbagai
sektor baik di sektor sosial, ekonomi, maupun budaya yang berlangsung dengan
perlahan namun pasti. Adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat tersebut
dimanfaatkan oleh lapisan kalangan tertentu untuk menciptakan suatu inovasi
teknologi baru khususnya pada bidang promosi (Yuliar, 2018). Teknologi
informasi dalam dunia promosi bukanlah suatu hal yang baru kalau dilihat saat ini.
Media sosial adalah suatu interaksi sosial antara individu dalam berbagi dan
bertukar informasi. Media sosial dapat mencakup berbagai ide, pendapat, gagasan
dan konten dalam komunitas virtual serta mampu menghadirkan dan
mentranslasikan cara berkomunikasi baru dengan teknologi yag sama sekali
berbeda dari media tradisional (Watson, 2009). Perkembangan dunia teknologi
yang sudah semakin inovatif di era global telah memberikan dampak langsung
kepada masyarakat terutama bagi generasi muda. Media sosial dapat diakses
dengan mudah melalui smartphone (telepon pintar) kapan saja dan dimana saja
oleh pemiliknya. Platform media sosial sangat banyak ragamnya. Kemunculan
Friendster pada tahun 2002 menjadi terobosan awal di dunia media sosial dengan
hampir 1 juta pengguna. Facebook menyusul pada tahun 2006 dan disusul oleh
Platform – platform media sosial yang lain seperti twitter, path, instagram,
dan snapchat. Hal tersebut membuktikan bahwa media sosial dibutuhkan oleh para
pengguna smartphone di era global (Culandari, 2008).
Media Sosial kini telah menjadi trend dalam komunikasi pemasaran.
Menurut Kaplan dan Haenlein (2010), media sosial adalah sekelompok aplikasi
berbasiskan internet yang dibangun berdasarkan kerangka pikiran ideologi dan
teknologi dari Web 2.0, dan memungkinkan terbentuknya kreasi pertukaran isi
informasi dari pengguna internet. Web 2.0 adalah dasar terbentuknya sosial media
(Carlsson, 2010). Contoh media sosial yang berkembang saat ini adalah: twitter,
facebook, myspace, youtube, instagram, path, whatsapp, line, dll. Mengingat
pentingnya informasi tentang bagaimana penggunaan media sosial bagi UKM dan
manfaatnya, maka perlu dilakukan suatu penelitian observasional.
Dengan besarnya generasi baru yang akan online melalui ponsel, Indonesia
diprediksi akan menjadi kontributor besar dalam miliaran pengguna internet.
Maka itu, berpotensi besar pengembangan iklan melalui media sosial.
Menurut survey eMarketer pada tahun 2013, market share iklan Google sebesar 33,6 persen
turun menjadi 31,1 persen pada 2014. Sementara market share untuk iklan
Facebook meningkat dari 5,8 persen pada 2013 menjadi 7,8 persen pada tahun
2014. Iklan tradisional dengan media sosial ternyata lebih canggih karena mampu
mendorong traffic dan penjualan. Beriklan dengan media sosial bahkan
menawarkan nilai jangka panjang. Iklan yang tampil di sosial media menciptakan
konten visual yang mendorong konsumen untuk menekan tombol klik dan share
sehingga pemasaran menyebar dengan sendirinya. Di samping itu ada beberapa
kekuatan lain dari iklan sosmed dibanding iklan dengan mesin pencarian. Apalagi
jika iklan tersebut berkonsep sosial yang mampu memancing emosi dan rasa ingin
tahu dari para pengguna internet, itu bisa menjadi nilai plus yang lebih berpeluang
untuk meraih sukses.Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Pengaruh periklanan sosial media terhadap
keputusan pembelian konsumen mamasiswa di lingkungan Universitas Bali
Internasional.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh periklanan
sosial media terhadap keputusan pembelian konsumen mahasiswa di lingkungan
Universitas Bali Internasional. Untuk mengetahui pengaruh perhatian iklan sosial
media terhadap keputusan pembelian konsumen mamasiswa di lingkungan
Universitas Bali Internasional. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman iklan
sosial media terhadap keputusan pembelian konsumen mamasiswa di lingkungan
Universitas Bali Internasional. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan iklan
sosial media terhadap keputusan pembelian konsumen mamasiswa di lingkungan
Universitas Bali Internasional. Untuk mengetahui pengaruh penyimpanan
terhadap keputusan pembelian konsumen mamasiswa di lingkungan Universitas
Bali Internasional.
Adapun manfaat penelitian ini yaitu manfaat praktis yaitu hasil penelitian ini
dapat menjadi sumber informasi bagi perusahaan pengguna iklan sosial media
terhadap keputusan pembelian konsumen. Manfaat teoritis yaitu hasil penelitian
bisa menjadi sumber informasi tambahan dalam memperkuat hasil-hasil studi
tentang keputusan pembelian di kalangan mahasiswa.
Manajemen pemasaran adalah proses penetapan tujuan-tujuan pemasaran
bagi suatu organisasi, perencanaan, dan pelaksanaan aktivitas untuk memenuhi
tujuan-tujuan tersebut, dan mengukur kemajuan ke arah pencapaiannya.
Globalisasi telah mendorong beberapa perusahaan untuk memasarkan di luar
negara asal mereka. Menurut (Kotler & Keller, 2013:14) menyatakan bahwa
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran
dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi. Berikut ini adalah elemenelemen dari bauran pemasaran dari (Morisson M.A, 2015: 5)ada beberapa, yaitu :
produk, place, price, dan promotion.
Secara teori, produk merupakan segala bentuk yang ditawarkan ke pasar
untuk digunakan atau dikonsumsi sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasar. Keinginan pasar tersebut bisa berupa fisik, jasa, orang, organisasi
dan ide. Produk adalah hasil dari kegiatan produksi perusahaan yang nantinya akan di jual oleh perusahaan.
Atau Produk bisa jadi berupa barang yang dibeli oleh
perusahaan untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen atau customer.
Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang
lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau
kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk
memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Dengan kata lain,
konsumen akan membeli produk jika pengorbanan yang dikeluarkan (yaitu uang
dan waktu) sesuai dengan manfaat yang ia ingin dapatkan dari produksi barang
atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
Tempat atau wadah yang digunakan untuk memasarkan suatu
produk. Place merupakan salah satu faktor penting dalam marketing mix agar
pemasaran yang dilakukan dapat berjalan dengan maksimal dan produk yang
ditawarkan dapat dengan mudah didapatkan oleh konsumen yang membutuhkan.
Saluran distribusi yang tepat juga menentukan berhasil tidaknya strategi
marketing. Oleh karena itu, saluran distribusi menempati posisi yang krusial.
Adapun definisi dari saluran distribusi ini sendiri adalah berbagai kegiatan atau
upaya apapun yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat produk atau
jasanya mudah diperoleh atau tersedia di tangan konsumen maupun pelanggannya.
Promosi yang dimaksud adalah sebuah upaya persuasi (bujukan atau
dorongan) untuk mengajak para konsumen maupun calon konsumen untuk
membeli (atau menggunakan) produk maupun jasa yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan.
Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan
proses pembelian, pada saat itu konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti
melakukan pencarian, penelitian, dan pengevaluasian produk. Perilaku konsumen
merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Menurut (Kotler & Keller, 2013:166) perilaku konsumen adalah studi
tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,
menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Yang termasuk ke dalam perilaku
konsumen selain mengenai kualitas produk, juga meliputi harga produk atau jasa
tersebut. Jika harga suatu produk tidak terlalu tinggi, maka konsumen tidak akan
terlalu lama membutuhkan waktu untuk memikirkan dan melakukan aktifitas
perilaku konsumen. Namun jika harga suatu barang atau jasa tersebut bisa dibilang
tinggi, atau mahal, maka konsumen tersebut akan memberikan effort lebih terhadap
barang tersebut. Pembeli tersebut akan semakin lama melakukan perilaku
konsumen, seperti melihat, menanyakan, mengevaluasi, dan mempertimbangkan.
Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang memengaruhi peri-laku
konsumen harus dipahami oleh pe-masar. Perilaku konsumen merupakan studi
yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan untuk membelanjakan
sumber daya yang ter-sedia dan dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk
mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi (Suryani, 2013:6).
Ada dua faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan pembelian yang
selanjutnya akan menen-tukan respons konsumen. Pertama, konsumen itu sendiri.
Ada dua unsur dari konsumen yang berpengaruh te r-hadap pengambilan
keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi, sikap dan karakteristik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup,
dan kepribadian konsumen.
Faktor kedua adalah pengaruh lingkungan yang terdiri
atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group,
dan situasi lain yang menentukan (Suryani, 2013:6).
Komunikasi pemasaran di era media sosial tidak terlepas dari komunikasi
pemasaran di media sosial. Dua bentuk komunikasi pemasaran di media sosial
yang umum digunakan yaitu periklanan dan pemasaran. Periklanan melalui media
sosial. Periklanan melalui media sosial adalah segala bentuk komunikasi
nonpersonal berbayar, tentang sebuah organisasi, produk, jasa, atau ide yang
menggunakan media sosial sebagai medianya (Belch, 2009). Kata “berbayar”
menunjukkan bahwa sebuah pesan periklanan biasanya menggunakan media yang
harus dibayar sedangkan kata “nonpersonal” menunjukkan bahwa pesan dalam
periklanan disampaikkan kepada kelompok orang atau individual secara
bersamaan dengan menggunakan media massa. (Wenats dkk., 2012). Pemasaran
melalui media sosial. Selain iklan online, para pemasar juga menggunakan social
community yang terdiri dari berbagai bentuk interaksi mulai dari forum (Kaskus
atau Fashionesdaily), situs jejaring sosial (Facebook atau Instagram), dunia virtual
(Second Life, There, atau Kaneva), games, situs berbagi (Flickr atau YouTube),
hingga mikroblogging (Twitter). Menurut Tuten dalam Wenats (2012) pemasaran
melalui media sosial adalah salah satu bentuk periklanan yang menggunakan
media social community dimana pengiklan dusen atau pemilik merek) dapat
langsung berinteraksi dan membangun dialog dengan para konsumennya. Menurut
Taprial & Kanwar (2012) sosial media memiliki beberapa keunggulan yang
menjadikannya lebih kuat dibandingkan media tradisional: (1) Accessibility Sosial
media mudah untuk diakses karena memerlukan sedikit atau tidak ada biaya sama
sekali dalam penggunaanya. (2) Speed, konten yang dibuat dalam sosial media
tersedia bagi semua orang yang berada dalam jaringan, forum, atau komunitas
begitu diterbitkan. (3). Interactivity, media sosial dapat menampung dua atau lebih
saluran komunikasi. (4). Longevity / Volativity, konten pada sosial media tetap
dapat diakses pada waktu yang lama, atau bahkan selamanya. (5) Reach, Internet
menawarkan jangkauan yang tidak terbatas ke semua konten yang tersedia.
(Tjiptono, 2015)menyatakan bahwa promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran untuk memberikan informasi
mengenai adanya suatu produk. Media sosial saat ini menjadi salah satu alat yang
banyak digunakan oleh pemasar dalam menyebarkan informasi tentang suatu
produk kepada konsumen. Jaringan sosial media ini merupakan bentuk baru dari
dialog antara “consumer-to-consumer” dan “businessto-consumer” yang memiliki
implikasi besar terhadap pemasar (Kotler & Armstrong, 2017).
Hayden dan Herman (2012) menggunakan istilah red-hot, untuk
menggambarkan peluang pemasar yang sedemikian besar dalam pemasaran via
internet. Sosial media juga sarana komunitas online dimana orang dapat
bersosialisasi dan bertukar informasi, yang bertujuan membangun hubungan dan
membangun loyalitas pada konsumen. (A. Depito,2011).
Sosial media marketing memungkinkan membangun hubungan sosial yang
lebih personal dan dinamis dibandingkan dengan strategi marketing tradisional.
Promosi dengan menggunakan media sosial mempengaruhi keputusan pembelian.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singgih
Nurgiyantoro tahun 2014, menyebutkan bahwa promosi melalui media sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,792 dan keputusan pembelian dipengaruhi
oleh strategi promosi melalui media sosial sebesar 34%.
(Kotler & Keller, 2013) mengemukakan bahwa word of mouth
communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses
komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu maupun
kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan
informasi secara personal. Menurut Goyette, Ricard, Bergeron, dan Marticotte
(2010) WOM didefinisikan sebagai pertukaran, aliran informasi, atau percakapan
dua individu. Komunikasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu saluran
komunikasi yang sering digunakan oleh banyak perusahaan, karena komunikasi
ini dinilai sangat efektif dalam memperlancar proses pemasaran dan mampu
memberikan keuntungan kepada perusahaan.
Pemasaran dengan menggunakan word of mouth dapat juga disebut word of
mouth marketing yaitu kegiatan pemasaran melalui perantara orang ke orang baik
secara lisan, tulisan, maupun alat komunikasi elektronik yang berhubungan
dengan pengalaman pembelian jasa atau pengalaman menggunakan produk atau
jasa (Kotler & Keller, 2013). Definisi lain dari word of mouth marketing menurut
sumardy (2011) yaitu kegiatan pemasaran yang memicu konsumen untuk
membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan hingga menjual merek suatu
produk kepada calon konsumen lainnya.
Word of mouth memiliki kekuatan besar yang berdampak pada perilaku
pembelian konsumen. Rekomendasi dari teman yang sudah dipercaya, asosiasi,
dan konsumen lain berpotensi untuk lebih dipercaya dibandingkan dari sumber
komersil, seperti iklan dan salespeople. Sebagian besar, word of mouth terjadi
secara alami, konsumen mulai dengan membicarakan sebuah merek yang mereka
gunakan kepada orang lain (Kotler & Armstrong, 2017).
Berdasarkan teori mengenai word of mouth di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa word of mouth merupakan media promosi yang dilakukan dengan perantara
orang untuk menyampaikan pesan mengenai suatu nilai produk/jasa yang telah
digunakan kepada orang lain dan berdampak pada penilaian terhadap produk/jasa
tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan (Goyette et al., 2010) tentang skala
pengukuran WOM, mereka mengusulkan beberapa indikator untuk mengukur
WOM antara lain: (1) WOM intensity. Intensitas atau volume percakapan
mengenai suatu produk yang terjadi dalam percakapan sehari-hari. (2) Positive
valence WOM. Penilaian positif sebagai efek dari kepuasan yang didapatkan
konsumen yang dituangkan dalam percakapan sehari-hari seperti pemberian
rekomendasi atau ajakan untuk membeli suatu produk. (3) Negative valence
WOM. Penyampaian hal-hal negatif kepada orang lain tentang suatu produk yang
disebabkan oleh ketidakmampuan produk tersebut untuk memenuhi ekspektasi
konsumen. (4) WOM Content. Isi percakapan atau konten pembahasan suatu
produk seperti jenis, kualitas, harga, dan lain-lain .
Word of mouth yang dilakukan oleh konsumen merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena sesuatu yang dibicarakan oleh
konsumen mengenai suatu produk akan berimbas pada citra produk atau
perusahaan tersebut, maka perusahaan harus dapat merangsang konsumen agar
termotivasi untuk melakukan pembicaraan yang positif tentang produk atau
perusahaan.
Konsumen yang termotivasi akan secara otomatis melakukan pembicaraan
mengenai suatu produk. Octovate Consulting Group (Sriwedari, 2011)
mengembangkan word of mouth dalam tiga tahapan, yaitu: Talking. Tahap awal
dimana pemilik merk harus dapat mengidentifikasi talkers yang tepat dan
menyediakan topik yang menarik untuk dibicarakan. Promoting. Tersedianya
tools untuk talkers agar dapat dibagikan dan disebarkan kepada orang lain. Selling.
Bagaimana agar bisa untuk mempengaruhi orang untuk “menjual” dan
mempromosikan produk tersebut.
Perusahaan harus mampu mengubah persepsi bahwa Word Of Mouth
hanyalah pembicaraan yang menarik saja, word of mouth bisa lebih dari itu. Disini
suatu produk tidak sekedar dibicarakan dan dipromosikan, tetapi lebih dari itu,
kegiatan word of mouth harus mampu mengubah perilaku konsumen, dari yang
tidak membeli menjadi membeli dan dari yang berfikir skeptis menjadi tertarik
untuk mencoba (Sumardy dkk., 2011).
Iklan merupakan salah satu media komunikasi pemasaran yang kerap
digunakan dalam aktivitas ekonomi dalam upaya mengenalkan produk kepada
konsumen. Situasi pasar yang kompetitif menjadikan tidak ada suatu bisnis yang
mampu bertahan lama tanpa didukung oleh bauran komunikasi pemasaran semisal
iklan yang efektif dan efisien. Iklan sebagai salah satu sarana pemasaran produk
barang atau jasa harus mampu tampil menarik dan persuasive Jefkins, Frank (2012)
Tentu ketika kita melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk maka
meniscayakan pula semakin besarnya kebutuhan masyarakat dalam kehidupan
seharihari.Hal tersebut menjadi suatu konsekuensi bagi para produsen yang hadir
dalam upaya untuk menjawab pemenuhan kebutuhan masyarakat melihat hadirnya
persaingan diantara berbagai perusahaan terkait.Salah satu jalan yang ditempuh
oleh perusahaan adalah dengan kemampuan mengelola dan menyampaikan
informasi kepada konsumen terkait produknya melalui aktivitas periklanan. Iklan
yang berarti pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada
masyarakat melalui suatu media, Kasili dan Renal (2013).
Pembahasan Iklan Sebagai Komunikasi Pemasaran Konsep paling pokok
yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Dengan adanya
perkembangan jaman, kebutuhan berkembang menjadi suatu keinginan
mengkonsumsi suatu produk dengan ciri khas tertentu. Munculnya keinginan akan
suatu menciptakan permintaan spesifik terhadap suatu jenis produk. Seseorang
dalam menentukan keputusan pembelian akan mempertimbangkan nilai dan
kepuasan yang akan didapat dari mengkonsumsi suatu produk. Apabila konsumen
yakin akan nilai dan kepuasan yang akan didapat, maka konsumen akan melalukan
pertukaran dan transaksi jual beli barang dan jasa.
Keputusan Pembelian Sebagai Perilaku Konsumen Terdapat beberapa
definisi perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para pakar, Swastha dkk.
(2015) perilaku konsumen ialah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses
keputusan yang medahului dan mengikuti tindakan tersebut.
Lalu menurut Mulyana,
Deddy (2014) lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses
pengambilan keputusan yang menyaratkan kepada individu untuk
mengevaluasi,memperoleh,serta 4 menggunakan atau mengatur barang dan jasa.
(Kotler & Keller, 2016) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku
pembelian konsumen akhir baik individu maupun rumah tangga yang membeli
produk untuk konsumsi personal.
Dikutip dari Junidah Alfianasari (2010) keputusan pembelian konsumen
merupakan sikap konsumen dalam menentukan arah dan tujuan akhir dalam proses
pembelian suatu produk. Hubungan Iklan Dan Pengambilan Keputusan Pembelian
Konsumen Konsumen menganggap bahwa iklan sebagai jendela informasi sebagai
paduan dalam memilih produk. Di lingkungan produsen, iklan merupakan media
promosi tentang kualitas dan ciri-ciri produk kepada masyarakat baik orang tua
maupun anak-anak. Sebagai calon konsumententu perlu informasi yang jelas
terhadap produk yang diiklankan. Melalui informasi yang jelas niscaya calon
konsumen akan mempunyai keputusan untuk membeli. Liliweri, Alo (2014)
Iklan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi yang biasanya
digunakan pengusaha untuk mengarahkan komunikasi persuasi pada pembeli
sasaran dan masyarakat. Menurut Swastha (2002:248) periklanan merupakan suatu
alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dengan pembeli, sehingga
keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara yang efisien dan efektif. Salah satu
strategi dalam periklanan adalah menyeleksi media periklanan (Kotler & Keller,
2013:161). Memilih media periklanan ditentukan berdasarkan Frekuensi,
jangkauan konsumen, dan dampak yang ditimbulkan dari iklan tersebut terhadap
konsumen. Setiap media periklanan memiliki kelebihan dan kekurangan masing
masing dalam mengiklankan sebuah produk. Sebagai seorang pemasar harus dapat
memilih media periklanan dengan tepat sehingga iklan dapat sampai pada
konsumen dengan efektif dan efisien. Televisi merupakan salah satu media
periklanan yang sering digunakan oleh pemasar dalam mengiklankan produknya.
Menurut Ivancevich et al. (2006:87) sikap merupakan perilaku yang
disebabkan karena keduannya berhubungan dengan persepsi, kepribadian,
perasaan, dan motivasi. Menurut Lamb et al. (2001:233) sikap merupakan suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan sebuah respon secara konsisten
terhadap suatu objek yang diberikan, seperti halnya sebuah produk tertentu.
Menurut Suryani (2013:121) sikap dibentuk dari tiga komponen, yaitu
1) Komponen Kognitif Suatu hal yang diketahui individu atau pengalaman
individu baik secara langsung atau tidak langsung dengan objek sikap. Sikap
kognitif dipengaruhi oleh pengalaman, pengamatan serta informasi yang diperoleh
mengenai objek sikap.
2) Komponen Afektif Komponen yang berkenaan dengan perasaan dan emosi
konsumen mengenai objek sikap. Komponen ini beragam ekspresinya mulai dari
rasa sangat tidak suka hingga sangat suka. Perasaan konsumen terhadap suatu objek
sikap dipengaruhi oleh kognisinya. Seorang konsumen sangat suka dengan suatu
produk atau merek karena mereka memiliki pengetahuan, informasi yang positif
tentang produk atau merek tersebut.
3) Komponen Konatif Komponen ini berkenaan dengan kecenderungan
individu untuk melakukan tindakan dengan objek sikap. Komponen ini bukan
perilaku nyata, namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh konsumen merupakan
kumpulan dari beberapa keputusan. Menurut Swastha dan Irawan (2001:118) setiap
keputusan membeli mempunyai 7 komponen dalam struktur pembelian, yaitu: 1)
Keputusan tentang jenis produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk
membeli sejumlah produk tertentu atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain.
2) Keputusan tentang bentuk produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk
membeli bentuk produk tertentu. 3) Keputusan tentang merek Konsumen harus
mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli, dimana setiap merek
memiliki perbedaan. 4) Keputusan tentang penjualannya Konsumen harus
mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli. 5) Keputusan tentang
jumlah produk Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak
produk yang akan dibelinya. 6) Keputusan tentang waktu pembelian Konsumen
dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. 7)
Keputusan tentang cara pembayaran Konsumen harus mengambil keputusan
tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan dibeli, baik secara tunai
maupun angsuran. Hubungan Iklan dengan Sikap Konsumen Pada dasarnya dalam
mengiklankan sebuah poduk adalah untuk mempengaruhi sikap khalayak, dalam
hal ini tentunya sikap dari konsumen (Jefkins, 1996:17). Meskipun periklanan tidak
dapat merubah nilai dan sikap konsumen yang telah berakar dalam, akan tetapi
periklanan dapat merubah sikap negatif seseorang terhadap produk menjadi positif
(Lamb et al., 2001:204).
Menurut Suryani (2013:129) faktor pembentukan sikap yaitu dengan promosi
produknya kepada konsumen melalui media iklan yang bersifat massal seperti
televisi. Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2012) dan Qolby (2014)
menyatakan bahwa iklan sebagai salah satu variabel yang berpengaruh dalam
pembentukan sikap konsumen. Promosi melalui iklan dari suatu produk yang
efektif dapat menampilkan keunggulan atau manfaat secara baik, serta dapat
menimbulkan sikap yang positif terhadap produk tersebut dan sebaliknya, jika
promosi kurang baik maka akan menimbulkan sikap negatif terhadap produk
tersebut (Lasfita, 2015). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara kegiatan periklanan yang dilakukan oleh perusahaan
tehadap sikap konsumen.
Menurut (Tjiptono, 2015) iklan merupakan bentuk komunikasi tidak
langsung, yang didasar pada informasi tentang keunggulan dan keuntungan suatu
produk. Berkaitan dengan keputusan pembelian Lamb et al. (2001:192)
menjelaskan bahwa empat variabel dari bauran promosi dapat mempengaruhi
konsumen dalam membuat keputusan pembelian, yang mana salah satu variabelnya
adalah periklanan.
Penelitian (Wibowo, 2011) menyatakan bahwa variabel iklan televisi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
Selain itu, pada penelitian Febriana (2015) menyatakan bahwa variabel iklan
televisi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian namun tidak
signifikan.Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara periklanan yang dilakukan oleh perusahaan tehadap keputusan
pembelian konsumen.
Menurut Simamora (2004:152) pengambilan keputusan pembelian berkaitan
erat dengan perilaku konsumen, sikap merupakan konsep paling penting. Hal
tersebut dikarenakan untuk memasarkan sebuah produk, seorang pemasar perlu
mengetahui perilaku pembelian konsumen. Menurut (Kotler & Keller, 2013:184)
keyakinan dan sikap memengaruhi perilaku pembelian dalam proses evaluasi dari
keputusan pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2008) dan Saputra
(2013) yang membahas variabel sikap konsumen sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi konsumen secara positif dalam keputusan pembelian konsumen atas
suatu produk. Sikap sangat erat hubungannya dengan perasaan suka dan tidak suka
seseorang, apabila konsumen merasa suka dengan produk tersebut maka konsumen
akan membeli produk tersebut, Begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap konsumen
tehadap keputusan pembelian konsumen.
Theory of planned behavior disebut juga teori perilaku rencanaan
merupakan pengembangan lebih lanjut dari theory of reasoned action (TRA).
Model TPB dikembangkan oleh Ajzen pada tahun 1988 dan TPB memiliki asumsi
dasar yakni banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh individual
sehingga perlu ditambahkan konsep kontrol perilaku atau perceived behavioral
control (PBC) (Jogiyanto, 2008). Tambahan konsep tersebut merupakan
perbedaan utama antara model TPB dan TRA, sehingga bentuk modelnya menjadi
seperti gambar dibawah ini.
Gambar 1. Model Theory of planned behavior
Dari model di atas, dapat dibaca bahwa kepercayaan perilaku (behavioral
beliefs) memproduksi suatu sikap (attitude) menyukai atau tidak menyukai
terhadap perilaku. Kepercayaan normatif (normative beliefs) menghasilkan
tekanan sosial atau norma-norma subjektif (subjective norm). Kepercayaan kontrol
(control beliefs) akan memberikan kontrol perilaku (perceived behavioral
control). Kemudian attitude, subjective norm dan perceived behavioral control
secara bersama-sama akan mengakibatkan minat perilaku (behavioral intention)
yang selanjutnya akan menimbulkan perilaku (behavior).
Kontrol perilaku (perceived behavioral control) didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan
yang dirasakan untuk melakukan suatu perilaku (Jogiyanto, 2008). Seperti terlihat
pada gambar bahwa PBC dipengaruhi oleh control beliefs atau kepercayaan
kontrol. Kepercayaan kontrol adalah kepercayaan-kepercayaan yang dimiliki
individual mengenai sumber daya dan kesempatan-kesempatan yang dimilikinya
untuk mengantisipasi halangan yang dihadapinya (Jogiyanto, 2008).
Pengertian Sosial Media yaitu dengan berkembangnya teknologi, media
promosi semakin bertambah salah satunya melalui media internet dengan
menggunakan media ini perusahaan tidak membutuhkan banyak biaya untuk
mempromosikan produk, jangkauannya pun lebih luas. Pengertian media sosial
adalah segala bentuk media komunikasi interaktif yang memungkinkan terjadinya
interaksi dua arah dan umpan balik (M.L. Kent, 2013).
Pengertian iklan melalui social media adalah sebagai media baru untuk
menjangkau konsumen kini suatu perusahaan menggunakan iklan melalui social
media sebagai sarana promosi untuk mempermudah memperkenalkan produk baru
kepada konsumen.
Keputusan pembelian adalah tahap berikutnya setelah adanya niat atau
keinginan membeli. Tetapi keputusan pembelian berbeda dengan pembelian
sebenarnya (Morisson M.A, 2015). Ketika konsumen memilih untuk membeli
suatu merek, ia masih harus melaksanakan keputusan dan melakukan pembelian
sebenarnya. Ada keputusan tambahan yang diperlukan yaitu: kapan membeli,
dimana membeli, dan berapa banyak biaya yang dikeluarkan. Sering terjadi, ada
penundaan antara keputusan pembelian dan pembelian sebenarnya, biasanya
produk konsumsi jangka panjang, pembelian mobil, komputer.
Konsumen manganggap bahwa iklan sebagai jendela informasi sebagai
paduan dalam memilih produk. Di lingkungan perusahaan iklan merupakan media
promosi efektif untuk mengelkan produk kepada masyarakat. Sebagai calon
pembeli tentunya konsumen perlu mengetahui informasi yang jelas tentang produk
yang di iklankan. Melalui informasi yang ada dan jelas pastinya konsumen akan
mempunyai keputusan untuk membeli.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil merubah pola
hidup dan sistem pemasaran ekonomi di dalam masyarakat sehingga secara tidak
langsung kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran secara bertahap mampu
mengganti penggunaan media cetak sebagai alat promosi yang lebih efektif dan
efisien. Salah satu sistem pemasaran yang ada di era digital saat ini adalah
penggunaan aplikasi instagram feeds sebagai salah satu Digital Marketing.
Instagram merupakan layanan media informasi aplikasi digital yang berfungsi
sebagai alat tukar menukar informasi dalam secara online.
Ada beberapa yang mempengaruhi penggunaan iklan instagram media sosial
sebagai salah satu aplikasi dalam sistem promosi di kalangan pengusaha termasuk
mahasiswa. Faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian melalui iklan
sosial media antara lain media yang sesuai, perhatian, pemahaman, menerimaan,
dan penyimpanan sedangkan pengukuran keputusan pembelian online terhadap
iklan sosial media dilihat dari keputusan tentang jenis produk, keputusan tentang
bentuk produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang penjualnya,
keputusan tentang jumlah produk, keputusan tentang waktu pembelian, keputusan tentang cara pembayaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik melalui
pendekatan cross sectional yaitu variabel penelitian diukur atau dikumpulkan
dalam satu waktu artinya mengadakan pengamatan hanya sekali terhadap beberapa
variabel dan waktu bersamaan. Lokasi penelitian adalah Universitas Bali
Internasional. Pengambilan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yakni
bulan Juni sampai bulan Juli 2020. Ruang lingkup penelitian adalah Bisnis Digital
yang berkaitan tentang promosi online media sosial terhadap keputusan pembelian
konsumen (instagram). Penelitian ini mengetahui tentang pengaruh iklan media
sosial terhadap keputusan pembelian konsumen di lingkungan Universitas Bali
Internasional.
Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa sedangkan populasi
terjangkaunya adalah mahasiswa Universitas Bali Internasional. Sampel adalah
bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat
mewakili populasinya (Sudigdo; & S., 2008). Mahasiswa yang dijadikan sampel
tersebut sebelumnya harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria
inklusinya adalah sebagai berikut : (1) Mahasiswa yang masih aktif di lingkungan
Universitas Bali Internasional (2) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden
yang dibuktikan dengan penandatanganan formulir persetujuan responden. Kriteria
eksklusinya adalah Mahasiswa yang mengambil cuti akademik.
Proporsi populasi yang digunakan adalah pasien rawat inap yang
menggunakan JKN yaitu p = 0.5. Sedangkan tingkat presisi yang diinginkan yaitu
d = 0.1. Tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu Z = 1.96 sehingga didapat besar
sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 0,9604 yaitu 96 sampel.
Tehnik pengambilan sampel di masing-masing program studi Universitas
Bali Internasional dilakukan secara Consecutive Sampling yakni semua mahasiswa
selama periode pengumpulan data dan memenuhi kriteria inklusi, diikutsertakan
dalam penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi dengan menggunakan kuesioner
terstruktur.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan terstruktur untuk mengukur variabel yang diteliti yaitu berisikan tentang
karakteristik sosio-demografis (umur, jenis kelamin, status dan pekerjaan), faktor
perhatian iklan media sosial, pemahaman iklan media sosial, penerimaan iklan
media sosial, penyimpanan iklan media sosial , keputusan pembelian berdasarkan
beberapa dimensi yakni keputusan tentang jenis produk, keputusan tentang bentuk
produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang penjualnya, keputusan tentang
jumlh produk, keputusan tentang waktu pembelian dan keputusan tentang cara
pembeyaran.
Pengumpulan data dimulai dari pengurusan ijin dan administrasi lainnya yang
dibutuhkan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan merekrut 2 orang tenaga
interviewer (pewawancara) dari mahasiswa yang dikoordinir oleh peneliti
kemudian dilakukan pelatihan pengisian kuesioner untuk penyamaan persepsi
antara peneliti dan pewawancara serta dilakukan uji coba survei oleh interviewer
(pewawancara) kepada beberapa mahasiswa. Tenaga interviewer (pewawancara) mendapatkan insentif selama proses penelitian.
Data primer dikumpulkan oleh
peneliti bersama interviewer dengan melakukan wawancara dengan menggunakan
kuesioner terstruktur kepada responden/mahasiswa.
Tabel 1.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Subvariabel Definisi Operasional
Variabel
Cara dan Alat
Ukur
Skala Data
Karakteristik
SoioDemografis
Jenis Kelamin Jenis kelamin responden Wawancara
dengan
kuesioner
Nominal
a. Laki laki
b. Perempuan
Umur Umur responden yang
dihitung sejak tanggal
kelahiran sampai pada
saat pengisian kuesioner
Wawancara
dengan
kuesioner
Ordinal
a. Muda
b. Dewasa
Pekerjaan Jenis pekerjaan
responden
Wawancara
dengan
kuesioner
Nominal
a. Bekerja
b. Tidak
Bekerja
Status
mahasiswa
Status mahasiswa sesuai
dengan KTP
Wawancara
dengan
kuesioner
Nominal
a. Menikah
b. Belum
menikah
Iklan
Media
Sosial
Perhatian Perhatian Pelanggan
Terhadap Iklan
Di sosial media
Wawancara
dengan
kuesioner
Nominal
a. iya
b. Tidak
Pemahaman
Penerimaan
Penyimpanan
Pemahaman Pelanggan
Terhadap Iklan
Di sosial media
Penerimaan Pelanggan
Terhadap Iklan
Di sosial media
Penyimpanan
Pelanggan
Terhadap Iklan
Di sosial media
Wawancara
dengan
kuesioner
Wawancara
dengan
kuesioner
Wawancara
dengan
kuesioner
Nominal
a. iya
b. Tidak
Nominal
a. iya
b. Tidak
Nominal
a. iya
b. Tidak
Keputusan
pembelian
Kepuasan mahasiswa
yang dilihat dari kinerja,
ciri ciri istimewa,
kehandalan, kesesuaian
dengan spesifikasi, daya
tahan, serviceability,
estetika dan kualitas
Wawancara
dengan
kuesioner
Nominal
a. Puas
b. Tidak
Puas
Sumber : Penelitian Sebelumnya
Analisis kuantitatif dan uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara Analisis Univariat dan Analisis Bivariat.
Analisis Univariat dilakukan pada setiap variabel penelitian yaitu status kepesertaan, karakteristik
sosio-demografis, faktor perhatian iklan media sosial, pemahaman iklan media
sosial, penerimaan iklan media sosial, penyimpanan iklan media sosial , keputusan
pembelian berdasarkan beberapa dimensi yakni keputusan tentang jenis produk,
keputusan tentang bentuk produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang
penjualnya, keputusan tentang jumlah produk, keputusan tentang waktu pembelian
dan keputusan tentang cara pembeyaran. Data dianalisa menggunakan statistik
deskriptif untuk mendapatkan hasilnya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
berupa proporsi atau persentase (%) dari masing-masing variabel yang dilengkapi
dengan narasi untuk menjelaskan tabel yang dihasilkan. Analisis Bivariat bertujuan
untuk menilai faktor faktor iklan media sosial terhadap keputusan pembelian
mahasiswa di Universitas Bali Internasional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi dari
setiap variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti meliputi karakteristik sosiodemografis, iklan media social dan keputusan pembelian.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik Sosio
Demografis pada mahasiswa Universitas Bali Internasional
No Karakteristik
Responden
n %
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 45 46,88
Perempuan 51 53,12
Total 96 100
2 Umur
< 20 tahun 15 15,62
≥ 20 tahun 81 84,38
Total 96 100
3 Pekerjaan
Bekerja 10 10,42
Tidak Bekerja 86 89,58
Total 96 100
4 Status Mahasiswa
Menikah 0 0
Belum Menikah 96 100
Total 96 100
Sumber: Data diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 2. Dapat dilihat distribusi rsponden berdasarkan
karakteristik sosio demografis pada mahasiswa universitas bali internasional yaitu
jenis kelamin, umur, pekerjaan dan status mahasiswa. Dari 96 responden diketahui
bahwa dari 45 responden (53,12%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 51
responden (53,12%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan kategori umur
sebanyak 15 responden (15,62%) umur mahasiswa <20 tahun sedangkan sebanyak
81 responden (84,38%) umur mahasiswa ≥ 20 tahun. Berdasarkan pekerjaan, hanya
sebanyak 10 responden (10,42%) mahasiswa Universitas Bali Internasional bekerja sedangkan sisanya sebanyak 86 responden (89,58%) mahasiswan tidak bekerja.
Status mahasiswa Universitas Bali Internasional keseluruhan belum menikah yaitu
sebanyak 96 responden (100%).
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Iklan Media Sosial
No Karakteristik
Responden
n %
1 Perhatian
Iya 80 83,33
Tidak 16 16,67
Total 96 100
2 Pemahaman
Iya 55 57,29
Tidak 41 42,71
Total 96 100
3 Penerimaan
Iya 72 75
Tidak 24 25
Total 96 100
4 Penyimpanan
Iya 69 71,88
Tidak 27 28,12
Total 96 100
Sumber: Data diolah, 2020
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Sebanyak 80
responden (83,33%) menyatakan memperhatikan iklan di social media. Rata-rata
mahasiswa Universitas Bali Internasional hamper memahami ilkan di social media
yaitu sebanyak 55 responden (57,29%). Sedangkan sebanyak 72 responden (75%)
mahasiswa menerima iklan yang terdapat di social media, begitu pula sebanyak 69
responden (71,88%) mahasiswa melakukan penyimpanan terhadap iklan di sosial
media.
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keputusan Pembelian
No Karakteristik
Responden
n %
1 Keputusan Pembelian
Puas 66 68,75
Tidak Puas 30 31,25
Total 96 100
Sumber: Data diolah, 2020
Berdasarkan distribusi frekuensi responden Tabel 4. Dapat dilihat bahwa
68,75% atau sebanyak 66 responden mahasiswa Universitas Bali Internasional
merasa puas atas keputusan pembeliannya. Hal ini berarti Iklan di sosial media
dapat mempengaruhi kepuasan dalam keputusan pembelian mahasiswa Universitas
Bali Internasional.
Salah satu kunci sukses bagi seluruh bisnis dengan mengenal pelanggannya
lebih dekat. Sosial media membuat proses pengenalan ini menjadi lebih mudah dibandingkan dengan sebelumnya.
Dengan perangkat pendukung yang ada, kini
bisa mengetahui dengan terperinci mengenai siapa saja konsumen, 203nstag yang
mereka gunakan, rentang usia, bahkan jenis kelamin dari sosial media. Informasi
ini dapat membantu proses branding dan promosi kepada target konsumen yang
tepat. Manfaatkan juga trend usia pengguna pada masing-masing sosial media,
sebagai acuan dalam memilih chanel promosi. Dengan target konsumen yang tepat
diharapkan memberikan keuntungan lebih dari investasi yang telah dilakukan.
Geo-targetting merupakan 203nstagr yang efektif bila ingin mengirimkan
pesan kepada target konsumen secara spesifik berdasarkan lokasi mereka. Sosial
media seperti Facebook dan Twitter memiliki perangkat pendukung yang
membantu untuk menyajikan informasi yang sesuai bagi konsumen. Contohnya jika
memiliki bisnis perjalanan wisata dan ingin melakukan promosi melalui
203nstagram, postingan foto bisa dilengkapi dengan fitur location atau #hashtag.
Manfaatkan fitur location Instagram untuk memasarkan bisnis dengan lebih
tertarget. Dengan demikian, audiens yang ingin mengunjungi lokasi wisata tersebut
bisa tertarik dan memiliki kemungkinan untuk menjadi konsumen.
Sosial media seperti Instagram membantu bisnis kecil untuk menemukan
konsumen dan mencari konsumen yang potensial. Jika ingin mencari konsumen
dengan lokasi yang berdekatan, pencarian berdasarkan lokasi terdekat bisa
dilakukan dengan Instagram. Selanjutnya akan menemukan calon konsumen yang
bisa dihubungi sehubungan dengan promosi bisnis. Bisa menggunakan fitur
location agar mudah ditemukan calon konsumen yang dekat dengan lokasi bisnis.
Lalu untuk mencari konsumen, seperti sebelumnya bisa memanfaatkan #hashtags
yang terkait dengan bisnis, kemudian gunakan untuk menemukan calon konsumen
yang sesuai. Follow/like/comment postingan mereka agar mereka bisa tahu
mengenai produk/brand. Dimana pun berada, baik dalam maupun luar negeri,
selama calon konsumen memanfaatkan sosial media yang sama, maka kedua pihak
dapat tetap bertemu dan melakukan transaksi.
Sosial media untuk bisnis memberikan akses kepada feedback positif maupun
203nstagra dari konsumen, yang merupakan informasi berharga dari sudut pandang
konsumen. Sebagai contoh, jika meluncurkan produk baru dan di bagikan melalui
sosial media, maka secara instan bisa langsung mengetahui pendapat konsumen.
Cara lain untuk mengetahui perspektif konsumen adalah dengan mempelajari
bagaimana cara mereka menggunakan produk. Dengan adanya Fanpage pada
Facebook misalnya, konsumen bisa langsung memberikan saran/kritik/pertanyaan
pada kolom komentar atau mengirim pesan mengenai produk/layanan. Dengan
begini respon konsumen terhadap aspek apapun pada bisnis bisa terlihat dengan
jelas. Hasilnya bisa gunakan untuk melakukan improvisasi terhadap kualitas bisnis.
Dengan sosial media bisa mendapatkan informasi penting dari
203nstagram203, yang kemudian dapat meningkatkan strategi pemasaran. Dengan
203nstagra, bisa menganalisa 203nstag apa saja yang digunakan oleh
203nstagram203 dan melakukan hal yang lebih baik dari yang mereka lakukan.
Selain itu juga bisa menggunakan sosial media untuk 203nstag pemasaran yang
sedikit nakal, yaitu untuk melihat kelebihan & kekurangan 203nstagram203.
Caranya, cari 203nstagram203 atau pendahulu di 203nstagra bisnis, lalu perhatikan
203nstag apa saja yang mereka gunakan.
Begitu juga bisa melihat siapa saja follower 204nstagram204, perhatikan apa yang mereka posting dan apa yang
mereka sukai. Dengan demikian bisa memulai untuk mengembangkan konten yang
relevan dengan target audiens dan mendapatkan klien dengan media sosial.
Salah satu keuntungan terbesar dari sosial media bagi bisnis adalah
meningkatkan jumlah pengunjung website. Namun tidak hanya kunjungan yang
bisa dapatkan. Apabila informasi yang mereka temukan pada website bermanfaat,
mereka akan melakukan ‘share’ di sosial media. Ini merupakan contoh campaign
dari Airbnb yang dishare melalui Twitter, mendapatkan 32 retweet dan 104 likes.
Jika diperhatikan pada akhir tweet terdapat URL ke website Airbnb. Salah satu
faktor penentu kekuatan SEO sebuah website adalah backlink berkualitas dan
traffic, dan dengan sosial media bisa mendapatkan kedua hal ini sekaligus. Backlink
berkualitas adalah 204nstag link yang menuju ke website berasal dari website
dengan kualitas yang baik. Sosial media pada umumnya tergolong sebagai website
dengan kualitas yang sangat-sangat baik, hal ini tentu memberi efek positif bagi
aspek SEO website. Sama halnya dengan traffic. Jika konten yang dishare di sosial
media dinilai menarik oleh pengguna, maka akan mendapatkan banyak traffic dari
website yang berkualitas pula. Inilah efek positif tidak langsung dari sosial media
terhadap SEO.
Sebelumnya proses pemasaran mengalami kendala untuk menyajikan
informasi kepada konsumen dalam waktu yang singkat. Kini dengan adanya sosial
media, penyampaian informasi kepada konsumen menjadi lebih mudah dan cepat.
Saat menggunakan sosial media untuk bisnis, khususnya untuk membagikan
informasi mengenai bisnis, cukup klik tombol ‘share’ pada setiap sosial media yang
digunakan. Ingat, pastikan bahwa informasi yang bagikan sesuai dengan minat
target konsumen. Search engine membutuhkan waktu berjam-jam bahkan hari atau
minggu agar konten yang baru posting bisa muncul di halaman pencarian. Tidak
seperti sosial media yang bisa menampilkan dengan real time. Apapun yang posting
di sosial media maka akan langsung muncul di timeline follower, sehingga bisa
langsung menghasilkan traffic ke website bahkan penjualan. Hal ini tentunya akan
efektif jika akun sosial media memiliki follower yang cukup banyak. Kalaupun
tidak, mungkin bisa mempertimbangkan menggunakan jasa influencer.
Sosial media mampu menjangkau siapapun yang menggunakannya, terlepas
apakah itu calon konsumen ataupun bisnis lain yang juga membutuhkan jasa atau
produk bisnis. Mereka dapat memanfaatkan sosial media dalam melakukan
pencarian produk atau jasa yang mereka butuhkan. Kini pengguna smartphone
semakin meningkat bersamaan juga dengan akses ke sosial media, alasannya
sederhana yakni karena lebih praktis. Begitu pula dengan pencarian produk atau
brand, kini konsumen selalu berusaha mencari informasi sebuah brand di sosial
media. Hal ini biasanya dilakukan sebelum memutuskan untuk membeli atau
menggunakan suatu produk. Konsumen melakukan hal ini untuk mencari tahu
reputasi brand di sosial media, seperti berapa banyak follower, seperti apa komentar
konsumen lain, informasi produk terbaru dan hal lainnya. Selain untuk melihat
reputasi, konsumen juga menggunakan sosial media untuk mengukur seberapa
terpercayanya brand. Oleh karena itu sosial media penting, karena berada di salah
satu tahap yang mendukung keputusan pembelian konsumen .
Sosial media merupakan sarana yang sesuai untuk menciptakan hubungan
dengan konsumen. Contohnya, sosial media membantu bisnis agen perjalanan
wisata untuk berkomunikasi dengan wisatawan. Hubungan dengan konsumen
dibangun sebelum, pada saat, dan setelah konsumen menggunakan jasa mereka.
‘Sebelum’ adalah pada saat calon wisatawan melakukan riset mengenai lokasi
wisata/jasa di sosial media. ‘Pada saat’ adalah 205nstag wisatawan berada di lokasi
wisata dan ‘setelah’ adalah 205nstag wisatawan selesai berwisata dan memosting
konten mereka pada saat liburan. Komunikasi semacam ini sangat memungkinkan
dilakukan melalui sosial media saat ini dibandingkan hanya melalui pemasaran
konvensional.
Terakhir, sosial media membantu bisnis untuk meningkatkan brand
awareness dengan biaya yang bisa dibilang 205nstag tidak ada. Biaya yang sangat
diperlukan untuk hal ini adalah waktu. Pasalnya membangun brand dengan sosial
media setidaknya membutuhkan tenaga, proses dan waktu yang tidak singkat.
Meskipun tanpa biaya, yang dimaksud disini adalah 205nstag benar-benar
melakukan promosi di sosial media tanpa menggunakan iklan. Hal ini sangat
mungkin dilakukan dan hasilnya bisa jauh lebih baik daripada mengandalkan iklan.
Harus diingat, membutuhkan konten yang menarik dan berkualitas. Artinya jika
memposting foto, membutuhkan foto dengan kualitas baik untuk bisa menarik
perhatian calon konsumen.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan mengenai pengaruh
Periklanan sosial media terhadap Keputusan Pembelian konsumen di lingkungan
Universitas Bali Internasional. Maka diperoleh beberapa kesimpulan, untuk
menjawab beberapa identifikasi masalah pada penelitian ini. Berikut ini, merupakan
kesimpulan yang didapat oleh penulis sebagai berikut : (1) Tanggapan responden
terhadap Periklanan berada pada kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa
iklan sosial media berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Konsumen
mengetahui produk melalui Media Sosial. Iklan yang ditayangkan mendapat
perhatian dari konsumen karena informasi yang di berikan jelas serta penggunaan
bahasa dalam iklan 205nstagram mudah dipahami. Iklan 205nstagram
menimbulkan kesan positif sehingga konsumen mampu mengingat Iklan yang
ditanyangkan produk dalam waktu yang panjang. (2) Tanggapan responden
terhadap keputusan pembelian melalui iklan di 205nstagram berada pada kategori
baik. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen melakukan pembelian produk
karena sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Pembelian produk di 205nstagram
karena sesuai dengan hasil gambar yang diberikan dalam iklan. Banyaknya pesaing
membuat konsumen melakukan pemilihan merek sebelum akhirnya membeli
produk yang tayang dalam iklan di 205nstagram. Konsumen emilih waktu yang
tepat untuk melakukan pembelian produk di 205nstagram dan melakukan
pembelian produk di 205nstagram dengan metode pembayaran secara
langsung/cash. (3) Melalui perhitungan Uji parsial (Uji t) diperoleh kesimpulan
bahwa Periklanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan
Pembelian. Hal ini terlihat dari nilai t tabel yang diperoleh (lebih besar dari t hitung).
Hubungan yang terjadi diantara keduanya adalah kuat dengan arah positif.
Hal ini mengindikasikan bahwa Periklanan mempunyai pengaruh yang searah
dengan Keputusan Pembelian produk di 206nstagram. Dalam hal ini, semakin
tinggi Periklanan, maka akan semakin tinggi pula Keputusan Pembelian produk
yang dijual di 206nstagram.
Berdasarkan analisis dan pembahasan serta kesimpulan yang diperoleh, ada
beberapa saran yang diajukan oleh penulis kepada pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini, diantaranya adalah saran bagi Perusahaan yang menjual produk di
Instagram yaitu (a) Perusahaan yang menjual produk di 206nstagram diharapkan
bisa meningkatkan periklanan melalui 206nstagram ads di 206nstagram dan juga
facebook. Karena saat ini media sosial tidak luput dari keseharian masyarakat dan
merupakan media periklanan terbaik (b) Perusahaan yang menjual produk di
206nstagram diharapkan bisa lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pesan
dalam iklan serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Karena iklan yang
disampaikan akan sangat berpengaruh terhadap konsumen yang
melihat/mendengarnya. Perusahaan yang menjual produk di 206nstagram
diharapkan bisa menyesuaikan kebutuhan iklan di masyarakat supaya iklan
mengenai produk tersebut bisa diterima dengan baik. Bagi yang akan meneliti
mengenai faktor-faktor yang bisa mempengaruhi Keputusan Pembelian, dapat
dilakukan dengan menambahkan variabel independen lainnya seperti kualitas
pelayanan, harga, kepuasan pelanggan, minat beli, promosi, citra merek, dan
pengalaman pelanggan.
REFERENSI
Abdullah, M.Ma’ruf.(2017). Manajemen Komunikasi Periklanan. Aswaja
Pressindo,Yogyakarta.
Andriani, Dewi. (2018). Cellum Bidik Potensi Bisnis Mobile Wallet di Indonesia.
Retrieved February 28, 2019, from
https://ekonomi.bisnis.com/read/20181204/105/866035/cellum-bidikpotensi-bisnis-mobile-wallet-di-indonesia
Ar-Robi, Muhammad Ridho dan Berto Mulia Wibawa. 2019. Analisis Tingkat
Kepuasan dan Performa pada Merchant OVO di Surabaya. Jurnal sains dan
seni its vol. 8, no. 1 (2019), 2337-3520 (2301-928x print).
Gardner, Christina dan Donald L Amoroso. (2004). Development of an Instrument
to Measure the Acceptance of Internet Technology by Consumers.
Proceedings, Hawaii International Conference on System Sciences. 37. Hlm.
1-10.
Goyette, I., Ricard, L., & Bergeron, J. (2010). e-WOM Scale : Word-of-Mouth
Measurement Scale for e-Services Context *. 23, 5–23.
Handayani, dkk. 2007. Studi Korelasi Motivasi Pengguna dan Pemanfaatan
Koleksi CD-ROM di UPT Pusat Perpustakaan UII Yogyakarta.
Jurnal Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi.Vol III no.
7.Yogyakarta.Universitas Gadjah Mada.
Jatmiko, B. P. (2018). Fintech Sumbang Rp 25,97 Triliun ke Perekonomian
Nasional - Kompas.com. Retrieved November 22, 2018, from
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/28/150923726/fintechsumbang-rp-2597-triliun-ke-perekonomian-nasional
Jogiyanto. (2008). Sistem Informasi Keperilakuan. yogyakarta: Andi.
Kim, Yonghee, Young-Ju Park, Jeongil Choi & Jiyoung Yeon. 2015. An Empirical
Study on the Adoption of Fintech Service: Focus on Mobile Payment
Service. Advanced Science and Technology Letters, 114, 136-140
Kotler, P., & Armstrong, G. (2017). Prinsip-Prinsip Pemasaran (12 jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Kotler, P., & Keller. (2013). Manajemen Pemasaran (13th ed.). Jakarta: Erlangga.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management (15th ed.). Pearson
Education,Inc.
Morisson M.A. (2015). Periklanan komunikai Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Samosir, Ris Susanty. 2008. Analisis Biaya Satuan Persalinan Dengan Metode
Activity-Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Usulan Tarif Di Puskesmas
Perawatan Karang Mulia Kabupaten Nabire-Papua. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Pasca Sarjana
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2013. Research Methods for Business. United
Kingdom: Jhon Wiley & Sons Ltd.
Sudigdo;, S., & S., I. (2008). Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis (III).
Jakarta: CV Sagung Seto.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Taufan Adi Kurniawan. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kepercayaan Penggunaan FinTech pada UMKM Dengan Menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM). Jurnal Akuntansi & Manajemen
Akmenika Vol. 16 No. 1.
Tan, M. and Teo, T.S.H. 2000.Factors influencing the adoption of internet banking,
Journal of the Association for Information Systems, Vol. 1 No. 1,pp. 1-42.
Tjiptono, F. (2015). Strategi Pemasaran (4th ed.). yogyakarta: Andi.
Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja. yogyakarta: Raja Grafindo Persada.
Yuniarti, Veronica. 2019. Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Minat Penggunaan
Financial Technology Peer To Peer Lending. Uknown.
0 Komentar untuk "PENGARUH IKLAN SOSIAL MEDIA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL"