PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI DASAR-DASAR KELISTRIKAN DI SMK NEGERI 1 JETIS MOJOKERTO
Ainul Yaqin, J.A Pramukantoro Program Studi S1 Pend. Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email: Ainul.10@Live.com, Pramukantoro@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol pada mata pelajaran dasar-dasar kelistrikan. Tujuan penelitian apakah pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada standart kompetensi dasar – dasar kelistrikan di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto. Metode penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen (penelitian semu), Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah pembelajaran problem solving dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional, yang terdiri dari satu kelas eksperimen yaitu kelas X EI 1 dan satu kelas kontrol yaitu kelas X EI 2. Untuk memperoleh data yang meliputi tes. Teknik analisis data menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji-t satu pihak. Hasil penelitian ini memberikan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode problem solving mengalami peningkatan yang tinggi dengan kemajuan belajar mencapai 22,5 dan hasil rata-rata sebesar 79,54 dengan standar deviasi 4,97 yaitu kelas eksperimen (EI 1), sedangkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode konvensional mengalami peningkatan yang sedang dengan kemajuan belajar mencapai 19,83 dan hasil rata-rata sebesar 76,52 dengan standar deviasi 3,50 yaitu kelas kontrol (EI 2), jadi hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dan perhitungan menggunakan uji t diperoleh thitung = 2,795 > ttabel = 1,67. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan pembelajaran problem solving mempunyai nilai hasil belajar yang lebih signifikan daripada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.
ABSTRACT
This research aims to know the results of student learning using learning method of problem solving in classroom experimentation and conventional learning methods on the control class on subjects basics of electricity. The purpose of the research is the influence of the application of the method of learning problem solving compared to conventional learning to the learning outcomes of students in basic competency standard – basic electricity at SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto. This research method using the method of quasi experiment (pseudo research), the treatment given to the experimental class are learning problem solving and control classes were given the conventional learning, which consists of a single classroom experiments that E.I. 1 X class and a class that controls the X class EI 2. To obtain data which covers the test. Data analysis techniques using similarity test two average i.e. test-t one party. The results of this research that a student learning outcome learning using method of problem solving experience increased with a high learning progress reached 22.5 and the average results of the experimental class 79,46 with standart deviation 4,97 (EI 1), while the results of the learning of students who are learning by using conventional methods is being increased with the advancement of learning and the results reached 19,83 average of 76,52 with standart deviation 3,50 i.e. the control class (EI 2), so the results of student learning using learning methods of problem solving is better compared with the results of student learning using conventional learning and calculations using the t test retrieved thitung = 2,795 > ttabel = 1,67. Based on the results of the above research then it can be inferred that the classes that use a learning problem solving learning outcomes has a value that is more significant than the classes that use conventional learning. Kata kunci: pemecahan masalah, konvensional, dasar kelistrikan
PENDAHULUAN
Pendidikan pada awalnya merupakan proses alami yang berlangsung secara wajar dalam kehidupan manusia di lingkungan keluarga. Orang tua berfungsi sebagai pendidik dan anak-anaknya berfungsi sebagai peserta didik. Dalam perkembangannya, kehidupan manusia semakin kompleks dan maju, sehingga pendidikan keluarga yang mengutamakan pembentukan pribadi yang bersifat alami tidak lagi memadai untuk menghadapi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Dalam pengertian pendidikan pada sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran atau latihan dan peranannya di masa yang akan datang. (Nursalim, 2007:2). Pola umum kegiatan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Dalam kegiatan pembelajaran, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacammacam. Guru yang menggunakan pendekatan individual, misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan pembelajaran yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan pembelajaran yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.(Djamarah dan Zain, 2010: 114-115) Kehadiran guru dalam proses pembelajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pembelajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape-recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsurunsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pembelajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.(Nana Sudjana, 2011: 15) Pada penelitian terdahulu oleh Syafitri (2011), dalam pengujian hasil belajar siswa diperoleh ttest sebesar 4,24 dan ttabel sebesar 1,6, ini berarti ttest> ttabel. Ttest menunjukkan nilai yang positif, maka hasil belajar metode pembelajaran problem solving lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran problem solving memiliki pengaruh terhadap hasil belajar Pembelajaran problem solving menumbuhkan dan mengembangkan pola berfikir tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasi pada masalah, mencakup belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Model ini dikenal dengan nama lain, seperti projectbaseb teaching, authentic learning, atau anchored instruction. Peran seorang guru dalam pembelajaran problem solving adalah menyodorkan masalah-masalah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan memfasilisasi penyelidikan dan dialog. (Nur, 2008:2) Berdasarkan data penelitian terdahulu di atas itu mendorong penulis untuk membahas dan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto”, dimana pembelajaran problem solving dapat menunjukan hasil belajar siswa yang lebih baik terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana tingkat hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode problem solving? tinggi, sedang dan rendah; (2) Bagaimana tingkat hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional? tinggi, sedang dan rendah; (3) Bagaimana pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi dasar – dasar kelistrikan? Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana tingkat hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran problem solving? tinggi, sedang, dan rendah; (2) Untuk mengetahui bagaimana tingkat hasil belajar siswa yang dibelajarakan dengan metode pembelajaran konvensional? tinggi, sedang, dan rendah; (3) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada standart kompetensi dasar–dasar kelistrikan. Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Bagi siswa, dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar dan dapat meningkatkan kemampuan menganalisa suatu masalah yang berkaitan dengan bidang kelistrikan, khususnya yang berkaitan dengan rangkaian listrik, Sehingga dapat bermanfaat baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; (2) Bagi guru, melatih keterampilan guru dalam mencari terobosan baru dalam mengembangkan suatu model, metode, pendekatan ataupun teknik pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu; (3) Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam standar kompetensi dasar–dasar kelistrikan dengan yang menggunakan metode pembelajaran problem solving.
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu dan sebuah aktifitas manusia yang sangat vital dan secara terusmenerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia juga tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau didiajar oleh manusia lainnya. Menurut Kimble dan Garmezy di dalam (Thobroni dan Mustofa, 2011:18), Pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah. Metode problem solving adalah suatu metode cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan suatu masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.(Sudirman, 1987:146). Metode Problem Solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para anak didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey di dalam (Djamarah dan Zain, 2010:18), belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya; (2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betulbetul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran ini tentu saja diperluakan metode-metode lainnya seperti demontrasi, tugas diskusi, dan lain-lain; (5) Menarik kesimpulan, Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Kelebihan dari metode pembelajaran problem solving adalah (1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja; (2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia; (3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kratif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan Sedangkan, kekurangan dari metode pembelajaran problem solving adalah (1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitan sesuai dengan tingkat berfikr siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berfikir anak; (2) Proses belajar mengajar dengan menggunkaan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran orang lain; (3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadangkadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal/konvensional, karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional yang ada di pedesaan yang kekurangan fasilitas. (Syaiful dan Aswan, 2010:97) Dengan cara mengajar menggunakan ceramah dapat dikatakan juga sebagai cara penyampaian suatu materi ke anak didik, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk penyampaian keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. (Syaiful dan Aswan, 2010:97). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Kelebihan dari Pembelajaran Ceramah menurut (Syaiful dan Aswan, 2010:97), adalah (1) Guru mudah menguasai kelas; (2) Mudah mengorganisasi tempat duduk/kelas; (3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar;
(4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakan; (5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Sedangkan, Kekurangan dari pembelajaran ceramah menurut (Syaiful dan Aswan, 2010:97), adalah (1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata); (2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) besar menerimanya; (3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan; (4) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramah yang telah dilakukan; (5) Menyebabkan siswa menjadi pasif. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Suprijono dalam (Thobroni dan Musthofa, 2011:22). Sedangkan Menurut Bloom di dalam (Thobroni dan Mustofa, 2011:23), hasil belajar merupakan mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif. Standar kompetensi dasar-dasar kelistrikan merupakan hal yang mendasar dalam mengetahui cara untuk menerapkan dasar-dasar kelistrikan dikehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu mendalami dasardasar kelistrikan dengan baik. Standar kompetensi dasar-dasar kelistrikan ini meliputi: (1) Menerapkan dasar-dasar kelistrikan; (2) Menggunakan hukum-hukum rangkaian listrik arus searah; (3) Mengunakan hukum-hukum rangkaian listrik arus bolak-balik. Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: (1) Bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode problem solving mengalami peningkatan yang tinggi; (2) Bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode konvensional mengalami peningkatan yang sedang; (3) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti metode pembelajaran problem solving dibandingkan dengan siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional pada standar kompetensi menerapkan dasar-dasar kelistrikan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen), yaitu membandingkan antara satu atau lebih, kelas eksperimen yang memberi suatu perlakuan dan kelas kontrol tidak diberi perlakuan tersebut. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah pembelajaran problem solving dan kelas eksperimen diberikan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto pada semester gasal tahun ajaran 2012/2013. Populasi penelitian adalah siswa kelas X program keahlian Elektronika Industri (EI) di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto Sampel penelitian yang di ambil adalah 2 kelas yakni kelas X EI 1 dan X EI 2. Dalam hal ini kelompok eksperimen adalah kelas X EI 1 dan untuk kelompok kontrol adalah kelas X EI 2. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequevalent Control Group Design dengan desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:eksperimen maupun kelas kontrol; (3) Tahap penyajian hasil penelitian; (a) Analisis data; (b) Penyusunan laporan penelitian. Perangkat pembelajaran adalah (1) Silabus merupakan sebuah ikhitisar suatu mata pelajaran atau mata kuliah yang disusun sistematik, memuat tujuan, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, alokasi waktu, dan sumber bahan yang dipakai. Dalam pengertian competence based curriculum, silabus adalah seperangkat rencana dan pengetahuan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaann kelas, dan penilaian hasil belajar; (2) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan adalah Rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus; (3) Bahan Ajar merupakan salah satu jenis bahan atau materi pembelajaran yang disusun sistematis digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk cetakan; (4) Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan mengambil data penelitian dan untuk mengetahui bahwa perangkat pembelajaran dinyatakan baik, dan Instrumen penelitian ini adalah; (1) Lembar validasi; (2) Lembar tes Teknik analisis untuk mengetahui validitas perangkat membelajaran dilakukan pada data hasil validasi perangkat pembelajaran menggunakan kriteria validitas dari hasil rating (HR).
Selanjutnya nilai HR disesuaikan dengan tabel (Skor Skala Likert) untuk diketahui valid atau tidaknya perangkat tersebut. Sedangkan lembar Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda (Multyple Choice). Tes hasil belajar mengacu pada taksonomi atau enam ranah kognitif oleh Bloom edisi revisi yaitu: C1 : mengingat C2 : memahami C3 : mengaplikasikan C4 : menganalisis C5 : mengevaluasi C6 : mencipta Teknik analisis data pada penelitian ini adalah (1) Analisis butir soal yang menggunakan software AnatesV4, meliputi: (a) Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan/keabsahan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.; (b) Relibilitas merupakan sesuatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang relibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. (Arikunto, 2010:221); (c) Taraf kesukaran merupakan kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menyatakan sukar atau mudahnya suatu soal; (d) Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan menengah; (2) Analisis pretest dan Analisis posttest yang mengggunakan software SPSS 17.0, meliputi: (a) Uji normalitas; (b) Uji homogenitas; (c) Uji-t.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dari validasi perangkat pembelajaraan dalam penelitian ini adalah maka dapat dilihat beberapa aspek yang menjadi penilaian validator dengan rincian: kompetensi dasar mendapatkan rating sebesar 78,12%, indikator mendapatkan rating sebesar 78,12%, tujuan mendapatkan rating sebesar 81,25%, materi mendapatkan rating sebesar 77,08%, alokasi waktu mendapatkan rating sebesar 75%, sumber dan sarana belajar mendapatkan rating sebesar 75,89 %, kegiatan belajar mengajar mendapatkan rating sebesar 75%, bahasa mendapatkan rating sebesar 75%, dan format mendapatkan rating sebesar 81,25 %. Berdasarkan analisis hasil validasi Perangkat pembelajaran yang telah ditunjukkan sebelumnya, didapat rata-rata hasil rating validasi Perangkat pembelajaran yaitu 77,4%, maka hasil penilaian validator tersebut terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori Valid. Hasil dari validasi bahan ajar dalam penelitian ini dapat dilihat beberapa aspek yang menjadi penilaian validator dengan rincian: Perwajahan dan tata letak mendapatkan rating sebesar 72,91 %, Materi bahan ajar mendapatkan rating sebesar 83,03 %, isi tugas mendapatkan rating sebesar 81,25 %, soal mendapatkan rating sebesar 78,12 %, bahasa mendapatkan rating sebesar 76,25 %. Berdasarkan analisis hasil validasi bahan ajar yang telah ditunjukkan sebelumnya, didapat rata-rata hasil rating validasi bahan ajar yaitu 78,3%, maka hasil penilaian validator terhadap bahan ajar ini termasuk kategori valid. Hasil validasi butir soal dapat dilihat dari beberapa aspek yang menjadi penilaian validator dengan rincian: materi mendapatkan rating sebesar 79,68%, konstruksi mendapatkan rating sebesar 78%, bahasa atau budaya mendapatkan rating sebesar 78,12%. Berdasarkan analisis hasil validasi butir soal yang telah ditunjukkan sebelumnya, didapat rata-rata hasil rating validasi Perangkat pembelajaran yaitu 78,6%, maka hasil penilaian validator tersebut terhadap butir soal termasuk dalam kategori Valid. Analisis butir bertujuan untuk mengetahui tingkat kevalidan soal yang akan dijadikan evaluasi pretest dan post-test pada kelas X EI 1 dan X EI 2, analisis butir ini dilakukan dengan memberikan soal pilihan ganda sebanyak 40 soal pada kelas XI EI 1 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Hasil pengujian tes pilihan ganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Validitas soal, Soal dikatakan valid apabila mempunyai nilai korelasi (r) diatas rtabel. Nilai Rxytabel untuk N=32 dengan α=0,05 didapatkan hasil 0.349, sedangkan Rxyhitung didapatkan hasil 0.80. Dengan demikian soal dikatakan valid karena mempunyai Rxyhitung lebih besar dari Rxytabel. (2) Reliabilitas soal, Soal yang baik tidak hanya valid tetapi juga harus reliabel. Reliabel berhubungan dengan keajegan artinya berapapun diujikan soal tersebut mempunyai nilai yag hampir sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal dikatakan reliabel apabila mempunyai Rxy hitung > Rxytabel. Dengan N=32 siswa dan berdasarkan tabel Rxy 0,349. Reliabaelitas soal juga dihitung melalui anatesV4 dan didapatkan Rxyhitung = 0,89. Dengan demikian soal tersebut adalah reliabel. (3) Taraf kesukaran, kesukaran soal yang sukar tidak ada, soal yang mempunyai tingkat kesukaran soal yang sedang ada 26 soal dan soal yang mempunyai taraf kesukaran mudah ada 14 soal, dari keterangan taraf kesukaran dapat disimpulkan bahwa, soal memiliki kriteria sedang dan mudah. Untuk itu, soal yang memiliki kriteria sedang, dalam memahami soal siswa akan lebih mengetahui, apa yang maksud dari soal tersebut daripada soal kriteria sulit, siswa akan berulang-ulang memahaminya dalam menyelesaikan soal. Sedangkan soal yang memiliki kriteria mudah, dalam memahami soal siswa akan lebih cepat memahami, apa maksud soal tersebut. (4) Daya beda, dari soal yang mempunyai tingkat indeks daya beda soal yang bagus sekali ada 29 soal dan soal yang mempunyai indeks daya beda soal cukup bagus ada 6 soal, sedangkan soal yang mempunyai indeks daya beda soal kurang bagus dan jelek tidak ada, sehingga dapat disimpulkan bahwa, soal memiliki daya beda terhadap masing-masing item, dimana untuk mengetahui setiap item memiliki kualitas yang baik dan kurang baik, dan butir soal diatas menyatakan baik dan dapat digunakan sebagai evaluasi pembelajaran siswa dikelas pada standar kompetensi dasar-dasar kelistrikan.
Berdasarkan ketiga tahapan analisis instrumen tes hasil belajar tersebut, ditetapkan bahwa semua butir tes dapat digunakan. Analisis hasil belajar siswa pada penelitian ini meliputi: (1) Analisis Pretest, menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-t. Pada uji kenormalan ini H0 akan diuji dengan H1, dimana dalam normalitas H0 adalah populasi berdistribusi normal sedangkan H1 adalah hipotesis tandingan yaitu populasi berdistribusi tidak normal (Sudjana, 2005). Berikut ini ringkasan hasil perhitungan normalitas menggunakan KolmogolovSmirnov menggunakan SPSS versi 17.0
Jika didapat data (p>0.05) maka data tersebut berdistribusi normal dari uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 17.0 didapatkan hasil bahwa populasi berdistribusi normal yaitu signifikasi nilai kelas Eksperimen sebesar 0,065 dan nilai kelas Kontrol sebesar 0,028, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam uji normalitas, populasi berdistribusi normal. Sehingga Ho yang menyatakan bahwa populasi berdistribusi normal diterima dan H1 ditolak.
0 Komentar untuk "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI DASAR-DASAR KELISTRIKAN DI SMK NEGERI 1 JETIS MOJOKERTO"