PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR
Oleh :
RIA ANISA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by JPG (Jurnal Penelitian Geografi)
ABSTRAK
Penggunaan Model Pembelajaran Problem solving untuk meningkatkan
Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar
Ria Anisa1
, M.Thoha B Sampurna Jaya2
, Sudarmi3
This study aimed to know the difference of geography learning result wich was
using problem solving learning model and using conventional method. This report
would be useful to know the effect which was contributed by problem solving
learning model on the students’ learning result of geography lessons at SMA N 1
Baradatu. This research used quasi experiment design. The sample consisted of 58
students. The data analysis used Linear Regression T-test. The result of data
analysis showed that there was different improvement between students’learning
on geography lessons after being taught by using problem solving learning model
and the result after being taught by using the conventional model. However, there
was positive and significant influence of problem solving learning model in
increasing students’ critical thinking on geography lessons.
Keywords: problem solving model, critical thinking, learning result of geography
lessons .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar geografi yang
menggunakan model pembelajaran problem solving dengan hasil belajar geografi
yang menggunakan model konvensional. Mendeskripsikan pengaruh penggunaan
model pembelajaran problem solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa pada mata pelajaran geografi. Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah Eksperimen Semu. Jumlah sampel sebanyak 58 siswa. Analisis data
yang digunakan adalah Uji T dan Regresi Linear. Hasil analisis diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan
model pembelajaran problem solving dengan hasil belajar yang menggunakan
model konvensional. Dan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari model
pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
Kata kunci: model problem solving, berpikir kritis, hasil belajar geografi
Keterangan :
1 Mahasiswa Pendidikan Geografi
2 Dosen Pembimbing 1
3 Dosen Pembimbing 2
PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan proses
pendidikan tidak terlepas dari tiga
pilar utama yakni keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Pendidikan
merupakan aspek utama dalam
pembentukan moral suatu bangsa.
Dalam pelaksanaanya, proses
pendidikan membutuhkan kesiapan,
ketelitian, kecakapan, keuletan,
ketekunan, dan keteladanan yang
sangat baik dari seorang pendidik
maupun peserta didik. Kualitas dan
keberhasilan pembelajaran dalam
sebuah pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kompetensi dan
ketepatan guru dalam memilih dan
menggunakan metode atau model
pembelajaran.
Salah satu keterampilan dalam
geografi yang perlu di kembangkan
melalui proses pendidikan adalah
kemampuan berpikir. Kemampuan
berpikir perlu dilatih dan
dikembangkan karena semakin baik
kemampuan berpikir siswa maka
semakin baik pula cara siswa dalam
menyikapi suatu permasalahan yang
terjadi dalam kehidupan nyata
nantinya. Salah satu kecakapan hidup
yang perlu dikembangkan adalah
kemampuan berpikir kritis.
Beberapa materi pembelajaran
geografi yang akan di pelajari siswa
kelas x semester genap adalah
litosfer, atmosfer, hidrosfer.
Berdasarkan observasi terhadap
penilaian kognitif siswa pada materi
tersebut di dapatkan hasil sebagai
berikut:
Berdasarkan data pada tabel di atas,
tampak bahwa persentase hasil
belajar siswa tuntas kkm pada materi
litosfer, atmosfer, dan hidrosfer
masing – masing sebesar 36,41 %,
54,67%, dan 32,23%. Secara umum,
dapat disimpulkan bahwa
kemampuan siswa baik pada materi
litosfer, atmosfer dan hidrosfer masih
tergolong rendah. Hal tersebut dapat
terjadi karena banyak faktor seperti
rendahnya minat belajar siswa, atau
kurang tepatnya metode
pembelajaran yang digunakan oleh
guru dikelas pada saat KBM
berlangsung.
Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan di SMAN 1 Baradatu,
diperoleh hasil bahwa pembelajaran
di kelas masih didominasi dengan
metode konvensional (ceramah), dan
model pembelajaran problem solving
ini belum pernah di gunakan pada
saat pembelajaran berlangsung
khususnya pada mata pelajaran
geografi materi hidrosfer, sehingga
model pembelajaran yang digunakan
menjadi kurang inovatif. Akibatnya
siswa memiliki kesulitan dalam hal
pemahaman materi yang
disampaikan. Oleh karena itu, butuh
motivasi baru guna meningkatkan
hasil belajar siswa, yang salah
satunya dapat dilakukan melalui
perbaikan model pembelajaran
dikelas yaitu problem solving. Model
pembelajaran problem solving
memiliki beberapa keuntungan dan
kelebihan yang dapat meningkatkan
partisipasi siswa dan mewujudkan
suasana demokratis yang lebih
disiplin di dalam proses
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
teori belajar konstuktivisme yang
menyatakan “Konstruktivisme
merupakan salah satu aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan
hasil konstruksi (bentukan) kita
sendiri”. Konstruktivisme juga
menyatakan bahwa semua
pengetahuan yang kita peroleh
adalah hasil konstruksi sendiri, maka
sangat kecil kemungkinan adanya
transfer pengetahuan dari seseorang
kepada yang lain. (Menurut Von
Glaserfeld (1989) dalam Pannen,
Mustafa dan Sekarwinahyu (2001)
Eksperimen pada research ilmiah ini
adalah eksperimen developmental.
Eksperimen developmental bertujuan
untuk “ mengetes, mengetjek, atau
membuktikan suatu hipotesa atau
hipotesa tentang hubungan sebab
akibat. Disimpulkan dengan
perumusan lain, tujuan umum dari
pada suatu eksperimen adalah untuk
menjelidiki pengaruh dari kondisi
‘K’ terhadap suatu gedjala ‘G’.
Dalam bidang pendidikan misalnja
suatu eksperimen bermaksud menilai
pengaruh suatu tindakan pendidikan
terhadap sifat keadaan anak-anak
atau untuk mengetes hipotesa tentang
pengaruh tindakan itu.istilah
tindakan ini dalam eksperimen
disebut treatment, dan diartikan
semua variasi tindakan atau
pemberian kondisi jang akan dinilai
pengaruhnja. Sedang jang dimaksud
dengan menilai tidaklah hanja
terbatas pada mengukur atau
mengadakan deskripsi pengaruh
treatment jang ditjobakan melainkan
djuga mengetes signifikansi (berarti
tidaknja) pengaruh itu” (Drs.
Sutrisno Hadi N.A :1965)
IDENTIFIKASI MASALAH
masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. kurangnya model pembelajaran
yang inovatif oleh guru
2. rendahnya hasil belajar siswa
pada mata pelajaran geografi
3. Masih digunakannya model
pembelajaran yang konvensional
4. sebagian besar siswa kurang kritis
dalam proses pembelajaran
RUMUSAN MASALAH
rumusan masalah pada penelitian ini
ada dua yaitu:
1. Apakah ada perbedaan hasil
belajar geografi yang
menggunakan model
pembelajaran problem solving
dengan hasil belajar geografi yang
menggunakan model
konvensional?
2. Apakah ada pengaruh penggunaan
model pembelajaran problem
solving terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa
pada mata pelajaran geografi?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pada penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui perbedaan hasil
belajar geografi yang
menggunakan model
pembelajaran problem solving
dengan hasil belajar geografi
yang menggunakan model
konvensional
2. Mendeskripsikan pengaruh
penggunaan model pembelajaran
problem solving terhadap
peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran geografi
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu
:
1. Siswa, dengan diterapkannya
model problem solving dalam
kegiatan belajar mengajar maka
akan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa karena siswa
belajar berdasarkan masalah dan
temuannya sendiri.
2. Guru, Model problem solving
merupakan salah satu alternatif
model pembelajaran yang
inovatif, kreatif dan produktif bagi
guru.
3. Sekolah, Penerapan model
problem solving dalam
pembelajaran merupakan
alternatif untuk meningkatkan
mutu pembelajaran geografi di
sekolah.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen
semu Semu (Quasi Experimental)
dengan Non Equivalence PretestPostest Control Group Design
(Creswell, 1997).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Baradatu Waykanan . yang
berjumlah 202 siswa yang terbagi
dalam 6 kelas Tahun Ajaran
2014/2015. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang
didasarkan pada suatu tujuan dan
pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya
Kerlinger (1973) dalam Sugiyono
(2012 : 61) menyatakan bahwa
variabel adalah konstrak atau sifat yang akan dipelajari. Macam-macam
Variabel dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Variabel Independen (variabel
bebas).Varibel bebas pada
penelitian ini yaitu, penggunaan
model pembelajaran problem
solving, dan model pembelajaran
konvensional.
2) Variabel Dependen (variabel
terikat).Variabel terikat pada
penelitian ini yaitu, hasil belajar
siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik tes dan
dokumentasi. Uji persyaratan
instrumen pada penelitisn ini
menggunakan uji valididtas,
realibitas, tingkat kesukaran, daya
beda. Analisis data menggunakan
teknik analisis kuantitatif untuk
mengolah data yang telah diperoleh
dari lapangan yang menggunakan NGain, Uji Normalitas, Homogenitas
.dan uji hipotesis yang digunakan
adalah t-test dan regresi linier.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SMANegeri 1 Baradatu berdiri pada
tahun 1994 di kecamatan Baradatu
yang dahulu masih tergabung dalam
kabupaten lampung Utara. Sejak
tahun 1999 dengan masuknya
kecamatan Baradatu dalam wilayah
Kabupaten Way Kanan yang
merupakan pemekaran dari
Kabupaten Lampung Utara maka
alamat SMA Negeri 1 Baradatu
menjadi jalan Tuan Rat Marga No.
01 Kampung Banjar Negara
Kecamatan Baradatu Kabupaten
Waykanan Kode Pos 34761. SMA
Negeri 1 Baradatu kini mendapat
Akreditas B.
PENYAJIAN DATA
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Baradatu
untuk mengetahui penguasaan materi
hidrosfer oleh siswa, diperoleh hasil
data dan nilai tes awal serta tes akhir.
sebagai uji persyaratan untuk
perhitungan uji t, penguasaan materi
hidrosfer oleh siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan uji N-Gain, normalitas dan
homogenitas.
Rata-rata nilai pretes, nilai postes dan
rata-rata n-Gain siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen
ditunjukkan pada table berikut ini.
Pada Tabel 4.8 tersebut diketahui
bahwa t hitung> t table pada taraf nyata
5% dengan dk n1+n2-2. Berdasarkan kriteria uji disimpulkan
bahwa tolak Ho yaitu rata-rata nGain siswa pada kedua kelas
penelitian berbeda secara signifikan.
Rata-rata n-Gain siswa dengan
penggunaan model pembelajaran
problem solving lebih
tinggi dibandingkan penggunaan
model pembelajaran konvensional
Hipotesis kedua (regresi linear)
Berikut ini data rekapitulasi
perhitungan dengan mengunakan
perhitungan manual sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis data yang
dilakukan diatas maka disimpulkan
bahwa ada pengaruh signifikan
model pembelajaran problem solving
terhadap hasil belajar siswa.
Disimpulkan bahwa Ha diterima
yang berbunyi ada pengaruh yang
positif dan signifikan sebanyak 60
poin dari model pembelajaran
problem solving terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran
geografi.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti
mendapatkan beberapa informasi
nyata selama proses pembelajaran
berlangsung yang jelas membedakan
pencapaian siswa dalam hal
keterampilan berpikir kritis. Pada
kelas eksperimen mendapatkan
perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran problem
solving. Model pembelajaran
problem solving memberikan
pengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa. Metode
probrem solving merupakan suatu
cara menyajikan pelajaran dengan
mendorong peserta didik untuk
mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran. Hal
ini senada dengan Djamarah & Zain
(2006:91) yang menyatakan
bahwametode probrem solving
(metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam metode
Problem Solving dapat
menggunakan metode-metode lainya
dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
Penerapan model pembelajaran
problem solving memberikan hasil
yang lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa karena model ini
memiliki keunggulan antara lain: (1)
mengajak siswa untuk berpikir, tidak
hanya sekedar mendengarkan tetapi
juga menganalisis masalah, dan
mencari solusi untuk memecahkan
masalah, (2) pembagian kelompok
yang heterogen membuat siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dapat
membantu siswa yang memiliki
kemampuan rendah, (3) melalui
diskusi kelompok dapat membantu
siswa untuk menemukan jawaban
yang lebih baik dan beragam, (4)
adanya proses diskusi membuat
siswa saling bertukar pendapat
maupun ide-ide yang mereka miliki,
hal ini membuat siswa memperoleh
pengetahuan atau informasi yang
lebih banyak yang senada dengan
pendapat (Roestiyah:2008:75) yakni:
1. Anak didik menjadi aktif berfikir
dan menyatakan pendapat
2. Melatih siswa untuk cepat dan
tersususun logis.
3. Merangsang siswa untuk selalu
siap berpendapat yang
berhubungan dengan masalah
yang diberikan oleh guru.
4. Meningkatkan partisipasi siswa
dalam menerima pelajaran.
5. Siswa yang kurang aktif
mendapat bantuan dari temannya
yang pandai atau guru.
6. Anak merasa bebas dan gembira.
7. Suasana demokrasi dan disiplin
dapat ditumbuhkan.
Pada kelas kontrol proses
pembelajarannya menggunakan
metode pembelajaran ceramah
menunjukkan kemampuan berpikir
kritis siswa yang cenderung lebih
rendah dari pada kelas eksperimen.
Proses pembelajaran yang ada di
dalam kelas kontrol merupakan
proses transmisi pengetahuan dan
kemampuan berpikir kritis siswa
cenderung kurang dapat berkembang
dengan baik. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kebiasaan
siswa yang hanya menunggu dan
menerima informasi dari guru tanpa
berusaha untuk mendapatkan
maupun mencari informasi baru
untuk menambah pengetahuan
mereka.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Djamarah (2006) yang menyatakan
bahwa karakteristik model
pembelajaran konvensional dalam
penerapannya dikelas antara lain
Pembelajaran konvensional lebih
cenderung teacher centered
(berpusat kepada pendidik), yang
dalam proses pembelajarannya siswa
lebih banyak menerima informasi
bersifat abstrak dan teoritis.
Adanya perbedaan yang signifikan
tersebut menunjukkan adanya
pengaruh model pembelajaran
problem solving untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap hasil belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
hasil analisis data, mengenai
penggunaan model problem solving
untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran
geografi siswa kelas X SMA N 1
Baradatu tahun pelajaran 2014/2015
maka peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar
geografi yang menggunakan
model pembelajaran problem
solving dengan hasil belajar
geografi yang menggunakan
model konvensional atau ceramah
Dimana hasil belajar problem
solving lebih baik dibandingkan
konvensional
2. Terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan sedari model
pembelajaran problem solving
terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran geografi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dalam penggunaan
metode pembelajaran problem
solving dan ceramah maka saran
yang dapat dikemukakan penulis
yaitu:
1. Bagi Siswa
a. Dengan diterapkannya metode
pembelajaran ini diharapkan
dapat membantu siswa yang
mengalami kesulitan untuk
berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan siswa lain
sehingga meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar secara
langsung dengan metode
pembelajaran Problem solving
yang diharapkan dapat
meningkatkan rasa senang,
meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, partisipasi siswa ,
demokrasi dan percaya diri.
2. Bagi Guru
Sebagai acuan dan bahan
pertimbangan bagi guru mengenai
variasi metode pembelajaran
yang dapat digunakan sebagai
usaha untuk meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai dengan materi
pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat bermanfaat bagi
lulusan yang dihasilkan, sehingga
kualitas lulusan lebih bermutu dan
meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
Daftar Pustaka
Cr
eswell, J. W. 1997. Research
Design Qualitative & Quantitative
Approaches. Thousand Oaks
-
London
-New
. New Delhi. Sage
Publications
.
Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006.
Strategi Belajar Mengajar
.
Jakarta. Rineka Cipta.
Pannen, P., D. Mustafa, dan M.
Sekarwinahyu. 2001.
Konstruktivisme Dalam
Pembelajaran. Jakarta
. Dikti.
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi
Belajar Mengjar. Jakarta. Rineke
Cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D
.
Bandung. Alfabeta.
Sutrisno, Hadi M.A .1965. Sendi
-
Sendi Eksperiment
.Yogyakarta.
Departemen PTIP.
0 Komentar untuk "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR "