Analisis Strategi Pemasaran Industri Tenun di Desa Wisata Gamplong Kabupaten Sleman
Ratih Indah Sari¹, Sri Rahayu Budiani²
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia¹²
Email Koresponden: ratihindah26@gmail.com
Abstrak
Strategi pemasaran sangat diperlukan dalam menghadapi kegiatan perdagangan yang semakin maju. Untuk
itu IKM dituntut lebih inovatif agar produk yang dipasarkan tidak kalah saing dengan produk daerah lain. Penelitian
ini bertujuan 1) Mengetahui faktor lingkungan internal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran industri tenun
Gamplong, 2) Mengetahui faktor lingkungan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran industri tenun
Gamplong, dan 3) Mengetahui sistem pemasaran yang sesuai untuk industri tenun Gamplong. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Wawancara dilakukan di Desa Wisata Gamplong yang merupakan sentra industri tenun di Kecamatan
Moyudan. Hasil lapangan digunakan untuk analisis SWOT yang terdiri dari tabel IFAS, tabel EFAS, matriks IE, dan
matriks SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor internal yang berpengaruh berupa: kepemilikan alat secara
pribadi, inovasi produk dan bahan baku, harga terjangkau, kurangnya promosi, keterbatasan modal usaha, kendala
komunikasi, dan kurangnya link pemasaran. Faktor eksternal yang berpengaruh berupa: pasar luas dengan posisinya
sebagai desa wisata, adanya pelatihan industri, kurangnya pengetahuan tentang inovasi, konflik internal, adanya pasar
global, dan regenerasi pengrajin tenun. Strategi pemasaran yang sesuai untuk industri tenun Gamplong adalah strategi
menjaga dan mempertahankan.
Kata kunci: Industri Tenun Gamplong, Analisis SWOT, Strategi Pemasaran
Abstract
Marketing strategy is needed in the face of increasingly advanced trading activities. For that IKM demanded
more innovative so that the marketed products are not less competitive with other regional products. The purpose of this
research are 1) to know the internal environmental factors that influence the marketing strategy of Gamplong weaving
industry, 2) to know the external environmental factors that influence the marketing strategy of Gamplong weaving
industry, and 3) to know the appropriate marketing system for Gamplong weaving industry. The method used in this
research is descriptive qualitative where the data obtained by interview, observation, and documentation. The interview
was conducted at Gamplong Tourist Village which is the center of weaving industry in Moyudan District. Field results
are used for SWOT analysis consisting of IFAS table, EFAS table, IE matrix, and SWOT matrix. The results of this
study indicate influential internal factors: private ownership of tools, product innovation and raw materials, affordable
prices, lack of promotion, limited business capital, communication constraints, and lack of marketing links. External
influencing factors include: broad market with position as tourism village, industry training, lack of knowledge about
innovation, internal conflict, global market, and regeneration of weaving craftsmen. An appropriate marketing strategy
for the Gamplong weaving industry is a strategy to maintain and maintain.
Keywords: Gamplong Weaving Industry, SWOT Analysis, Marketing Strategy
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi suatu bangsa merupakan
pilar penting bagi terselenggaranya proses pembangunan
di segala bidang. Sektor industri merupakan salah satu
sektor yang berperan penting dalam pembangunan
nasional. Salah satu kekhawatiran pengusaha saat ini
adalah dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) yang merupakan salah satu bentuk perdagangan
bebas yang berada di kawasan Asia Tenggara. Untuk
menghadapi MEA, negara anggota ASEAN khususnya
Indonesia harus mempersiapkan diri terlebih lagi
Indonesia memiliki peluang pasar terbesar di Asia
Tenggara. Adanya MEA menuntut suatu industri
khususnya industri kecil menengah (IKM) untuk lebih
ISSN 0125 - 1790 (print), ISSN 2540-945X (online)
Majalah Geogra Indonesia Vol. 31, No.1, Maret 2017 (1 - 11)
© 2017 Fakultas Geogra UGM dan Ikatan Geograf Indonesia (IGI)
inovatif agar produk yang dipasarkan tidak kalah saing
dengan produk dari negara lain (Anis dan Widiasari,
2015). Para pelaku usaha yang minim akan kreatifitas
dan inovasi akan menjadi permasalahan tersendiri bagi
keberlanjutan industri.
Industri tenun yang berada di Desa Wisata
Gamplong, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan
merupakan salah satu IKM turun temurun yang
masih mempertahankan sistem alat tenun bukan
mesin (ATBM) sebagai ciri khasnya. Produk tenun
yang dihasilkan berupa kain lurik, stagen, serbet, alas
piring, dan berbagai produk kerajinan tenun lainnya.
Keputusan untuk tetap bertahan pada ATBM padahal
teknologi semakin canggih mengharuskan industri tenun Gamplong melakukan inovasi dalam hal lain
salah satunya pada strategi pemasaran yang digunakan.
Inovasi merupakan pengenalan cara baru atau kombinasi
baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi
input menjadi output yang menghasilkan perubahan
(Fontana, 2011).
Ciri khas yang dimiliki Desa Wisata Gamplong
seharusnya mampu menjadikan desa wisata
berkembang dan maju, namun pada kenyataannya
lambat laun jumlah pengusaha tenun mengalami
penurunan. Permasalahan lainnya adalah berubahnya
status industri tenun yang dahulu merupakan pekerjaan
utama masyarakat, saat ini berubah menjadi pekerjaan
sampingan. Permasalahan tersebut dapat disebabkan
oleh berbagai hal salah satunya adalah kesalahan dalam
pemilihan strategi pemasaran. Strategi pemasaran
merupakan kombinasi dari bauran pemasaran yang
diterapkan oleh seorang pengusaha untuk melayani
pasar (Gitosudarmo, 1994).
Strategi pemasaran yang dipilih oleh para
pengusaha tentunya akan berbeda-beda hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kesuksesan suatu
industri bersaing tergantung pada penyesuaian secara
dinamis terhadap lingkungan yang berubah-ubah.
Perubahan tersebut ditandai oleh naik turunnya
penjualan produk yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal lingkungan. Sehingga pemilihan
strategi pemasaran dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan baik internal maupun eksternal.
Suatu strategi pemasaran harus dibuat dengan
memperhatikan aspek lingkungan baik internal maupun
eksternal. Sedangkan analisis SWOT merupakan suatu
cara untuk menggambarkan dan mengevaluasi suatu
usaha berdasarkan faktor lingkungan internal dan
eksternal industri, metode ini digunakan untuk mencari
strategi yang tepat yang digunakan oleh suatu industri
(Christanto, 2011). Untuk itu diperlukan analisis SWOT
untuk menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dimiliki oleh suatu industri. Hal ini
didasarkan pada logika bahwa strategi pemasaran yang
baik adalah dengan meminimalkan kelemahan dan
ancaman serta memaksimalkan kekuatan dan peluang.
Analisis yang digunakan lebih menekankan
pada pola analisis spasial. Setelah dianalisis maka
akan diketahui strategi pemasaran yang tepat untuk
industri tenun di wilayah ini. Industri yang didukung
dengan sistem atau strategi pemasaran yang tepat
akan meningkatkan produktivitas suatu industri
dengan begitu penghasilan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat juga akan meningkat. Berdasarkan uraian
diatas maka penelitian ini memiliki tujuan, mengetahui
faktor lingkungan internal yang berpengaruh terhadap
strategi pemasaran industri tenun di Desa Wisata
Gamplong, mengetahui faktor lingkungan eksternal
yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran industri
tenun di Desa Wisata Gamplong dan mengetahui sistem
pemasaran yang sesuai untuk industri tenun di Desa
Wisata Gamplong.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada
salah satu industri kreatif yaitu industri tenun yang
berada di Padukuhan Gamplong, Desa Sumberrahayu,
Kecamatan Moyudan yang meliputi 5 padukuhan, yaitu:
Gamplong 1, Gamplong 2, Gamplong 3, Gamplong
4, dan Gamplong 5. Data primer diperoleh melalui
observasi secara langsung, sedangkan data sekunder
diperoleh dari kelurahan Desa Sumberrahayu mengenai
data pemilik usaha tenun. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pemilik usaha tenun di Desa Wisata
Gamplong dengan jumlah 47 pengusaha. Metode
sampel yang digunakan adalah metode sensus.
Proses penyusunan strategi pemasaran dilalui
dengan tiga tahapan analisis, yaitu: tahap pengumpulan
data, tahap analisis dengan tabel IFAS, tabel EFAS, dan
matriks IE, kemudian tahap pengambilan keputusan
dengan matriks SWOT. Tahap pengumpulan data
dilakukan dengan proses wawancara kepada seluruh
responden, melakukan observasi secara langsung,
dan dokumentasi. Tujuan pertama dianalisis dengan
menggunakan tabel IFAS yaitu analisis faktor lingkungan
internal dimana variabel yang digunakan terdiri dari
kekuatan dan kelemahan industri tenun. Tujuan kedua
dianalisis dengan tabel EFAS, yaitu analisis faktor
lingkungan eksternal dimana variabel yang digunakan
terdiri dari peluang dan ancaman industri tenun.
Tujuan ketiga dianalisi dengan menggunakan matriks
IE dan matriks SWOT yang disusun berdasarkan tabel
IFAS dan tabel EFAS.
Tersusunnya tabel IFAS dan EFAS akan
menghasilkan skor untuk masing-masing faktor
lingkungan yang berpengaruh, kemudian digunakan
untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat.
Strategi pemasaran yang sesuai untuk industri tenun di
Desa Wisata Gamplong dilihat dari hasil skoring faktor
internal dan eksternal. Pemberian skor untuk masingmasing poin dibantu oleh ketua paguyuban yang
dianggap memiliki informasi yang lebih mendalam
mengenai industri tenun Gamplong. Cara yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa Wisata Gamplong
Industri tenun yang berada di Desa Wisata
Gamplong ini sudah ada sejak tahun 1950-an.
Industri
ini merupakan peningggalan masa lampau dan
dikembangkan secara turun temurun. Pada awalnya
produk yang dihasilkan hanya kain lurik, serbet, dan
stagen dengan sasaran pemasaran hanya ke pasar-pasar
tradisional. Sejak tahun 1997, produk yang dihasilkan dan bahan baku yang digunakan pun lebih bervariasi
dengan hasil seperti alas piring, tas, tikar, dan lainnya,
serta bahan baku yang digunakan berupa lidi, mendong,
serat lama, dan lainnya. Salah satu ciri khas yang
dimiliki oleh industri tenun di Desa Wisata Gamplong
adalah proses pembuatan tenun dengan menggunakan
alat tenun bukan mesin (ATBM).
Sistem pemasaran yang dilakukan oleh
pengusaha tenun Gamplong didominasi oleh sistem
penjualan secara langsung kepada konsumen. Wilayah
pemasarannya pun meluas ke luar kota, luar jawa,
hingga manca negara. Jangkauan pasar industri tenun
di lingkup lokal Pulau Jawa (Gambar 1) meliputi:
Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Tasikmalaya, Madura,
Kudus, Solo, dan Sragen. Sasaran terbesar ada pada Kota
Yogyakarta. Sebagian besar pengusaha memasarkan
produknya ke Pasar Ngijon yang merupakan pasar
kecamatan di Kecamatan Moyudan dengan lokasi yang
dekat dengan Desa Wisata Gamplong. Para pengrajin tenun yang memasarkan produknya di Pasar Ngijon,
mereka memasarkan 100% produk yang dihasilkan ke
pasar tersebut. Sasaran lainnya adalah Pasar Beringharjo
yang merupakan pasar induk di Kota Yogyakarta,
dengan produk yang dipasarkan rata-rata diatas 50%
dari produk yang dihasilkan.
Jangkauan pasar industri tenun Gamplong untuk
lingkup nasional Indonesia (Gambar 2) meliputi: Bali,
Bengkulu, Aceh, Sumatera Utara, dan Riau. Pemasaran
terbesar ada pada pulau Bali, produk yang dipasarkan
ke Bali 50% dari produk yang dihasilkan. Sedangkan
untuk kota-kota lainnya hanya 10-15% dari produk
yang dihasilkan. Jangkauan pemasaran industri untuk
lingkup internasional (Gambar 3) meliputi: Malaysia,
Singapura, Belanda, Arab, Jerman, Swiss, dan Amerika.
Pemasaran dalam lingkup internasional rata-rata
produk yang dipasarkan hanya 10% dari produk yang
dihasilkan.
Kualitas produk tenun Gamplong ini cukup
bagus, hal ini tergantung pada kualitas masing-masing
pengusaha. Semakin tinggi skala usaha biasanya kualitas
yang dihasilkan lebih bagus. Harga dari produk industri
tenun Gamplong sangat terjangkau, mulai dari Rp 2.000
hingga ratusan ribu. Setiap produk memiliki harga
yang berbeda tergantung dari aspek bahan baku, dan
tingkat kerumitan proses pembuatan. Promosi sebagai
alat komunikasi pemasaran untuk menginformasikan
produk terhadap konsumen (Nurcahyo, 2016) yang
dilakukan oleh pengrajin tenun dirasa kurang, ketua
paguyuban mengemukakan bahwa sudah ada website
mengenai industri tenun Gamplong yang dibuat oleh
pemerintah, namun saat ini sudah tidak tahu bagaimana
keberlanjutannya. Akses internet yang sulit di wilayah
ini menjadi salah satu penghambat kegiatan promosi
yang dilakukan.
Lokasi industri tenun Gamplong berada pada lokasi
strategi yang mudah dijangkau dan diakses konsumen.
Tidak ada hambatan terkait sarana transportasi. Sarana
transportasi merupakan hal penting dalam suatu
industri karena pergerakan barang dan manusia belum
bisa berlangsung tanpa adanya transportasi (Silondae,
2016). Modal yang digunakan para pengusaha sebagian
besar berasal dari modal sendiri. Sumber modal
usaha dapat diperoleh dari modal sendiri, bantuan
pemerintah, lembaga keuangan baik bank mapun
lembaga keuangan non bank. Besar kecilnya modal
akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha
dalam pencapaian pendapatan (Riyanto, 2011).
Bahan baku yang digunakan untuk kerajinan
tenun di Gamplong terdiri dari benang, lidi, enceng
gondok, dan serat alam. Tenaga kerja industri tenun
Gamplong berasal dari daerah yang tidak terlalu jauh
dan beberapa masih memiliki hubungan keluarga.
Tenaga kerja tersebut sebagian besar berasal dari
wilayah Gamplong, Bantul, dan Kulon Progo. Jumlah
tenaga kerja pada setiap pengusaha tentunya berbeda.
Tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja di suatu
industri dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
modal, jumlah produksi yang dihasilkan, dan luas
cakupan pasar (Rahmat dan Budiani, 2013).
Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dari
sisa pewarnaan produk yang nantinya dibuang langsung
ke saluran pembuangan masing-masing pengusaha.
Sedangkan untuk limbah padat dimusnahkan dengan
cara dibakar. Namun untuk pengusaha yang hanya
memproduksi stagen dan serbet tidak menghasilkan
limbah. Penyuluhan dan pembinaan mengenai
pengelolaan limbah pernah diadakan oleh Universitas
Gadjah Mada, namun hanya sebagian kecil pengusaha
yang mengikuti. Penyuluhan tersebut pun tidak rutin
dilakukan.
Analisis Lingkungan Internal
Setelah faktor strategis internal suatu industri
diidentifikasi, kemudian disusun tabel IFAS (Internal
Strategic Factors Analysis Summary) untuk merumuskan
strategi yang tepat dalam kerangka faktor kekuatan dan
kelemahan industri tenun Gamplong. Tabel 1 adalah
tabel IFAS industri tenun Gamplong
Industri tenun di Desa Wisata Gamplong
memiliki kekuatan di antaranya adalah memiliki alat
tenun pribadi, adanya inovasi bahan baku dan produk,
harga produk yang terjangkau, kemudahan aksesibilitas,
dan ramah lingkungan. Kelemahan yang dimiliki oleh
industri kerajinan tenun Gamplong diantaranya adanya
kurangnya kegiatan promosi, keterbatasan modal
usaha, kendala dalam hal komunikasi, dan kurangnya
link pemasaran. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan
tersebut diberi bobot dan rating yang berbeda-beda,
tergantung dari tingkat pengaruhnya. Hasil perhitungan
didasarkan pada pertimbangan dengan ketua paguyuban
industri tenun Gamplong yang memiliki umur lebih
muda dibandingkan dengan pengusaha tenun lainnya
dan berpendidikan sehingga akan mempermudah
proses penyampaian maksud peneliti dan diharapkan
hasil yang didapat lebih objektif.
Hasil analisis IFAS yang disajikan pada tabel
1. dapat diketahui bahwa skor untuk faktor internal
ini sebesar 2,594 yang berarti bahwa kondisi internal
industri tenun berda dalam posisi rata-rata, dimana
faktor yang memiliki skor tinggi ada pada poin
kurangnya kegiatan promosi dan kendala dalam
hal komunikasi. Kedua hal tersebut memiliki kaitan
dikarenakan kurangnya promosi yang dilakukan oleh
pengusaha salah satunya disebabkan oleh sulitnya akses
internet di wilayah Gamplong.
Faktor internal yang dimiliki oleh para pengusaha
tenun Gamplong tentunya berbeda-beda. Beberapa
faktor internal diantaranya memiliki alat tenun pribadi,
harga produk terjangkau, lokasi strategis, ramah
lingkungan dan kendala dalam hal komunikasi dianggap
semua pengrajin mengalami hal tersebut dikarenakan
masih berada dalam satu wilayah dan bahan baku yang
digunakan sama. Sedangkan untuk faktor inovasi bahan
baku dan produk tidak semua pengrajin melakukan
tersebut, pengusaha yang dianggap memiliki inovasi
adalah pengusaha dengan hasil produk lebih dari satu
macam. Faktor kurangnya kegiatan promosi, pengusaha
yang termasuk kurang adalah pengusaha yang tidak
memiliki media sosial apapun dalam proses promosi.
Faktor keterbatasan modal usaha dan yang termasuk
kedalam poin tersebut adalah pengusaha yang termasuk
ke dalam skala industri rumah tangga. Kemudian faktor
internal yang terakhir yaitu kurangnya link pemasaran,
yang termasuk kedalam poin itu adalah pengusaha yang
hanya memasarkan produknya ke satu tempat tujuan
Analisis Lingkungan Eksternal
Setelah faktor strategis internal tersusun,
kemudian disusun pula tabel EFAS (External Factor
Analysis Summary) untuk mengetahui berbagai
kemungkinan peluang dan ancaman yang dihadapi
oleh industri tenun Gamplong. Tabel 2 adalah tabel
EFAS industri tenun Gamplong.
Industri tenun di Desa Wisata Gamplong
memiliki peluang antara lain pasar yang luas dengan
posisi sebagai desa wisata serta adanya pelatihan untuk
industri tenun. Sedangkan ancaman yang dimiliki
industri tenun antara lain kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai pentingnya inovasi, terbukanya
pasar global, adanya konflik internal, dan regenerasi
pengrajin tenun. Berbagai faktor peluang dan ancaman
memiliki bobot dan rating yang berbeda tergantung
dari pengaruhnya terhadap perkembangan industri tenun Gamplong.
Penentuan skor dalam analisis
EFAS juga ditentukan oleh peneliti dengan berdiskusi
bersama ketua paguyuban industri tenun Gamplong.
Hasil analisis EFAS menunjukkan skor 2,125 yang
berarti kondisi eksternal industri tenun Gamplong
berada dalam posisi rata-rata, dimana faktor yang
paling dominan ada pada poin pasar yang luas dengan
posisinya sebagai desa wisata. Hal ini berarti gelar
desa wisata tersebut akan bermanfaat dan mempunyai
pengaruh yang besar bagi perkembangan industri
tenun Gamplong apabila dimanfaatkan dengan benar.
Dengan adanya desa wisata, masyarakat tidak hanya
menjual produk tenun yang dihasilkan tetapi juga
mendapatkan sumber pendapatan lain dari paket wisata
yang ditawarkan, seperti adanya kursus tenun. Paket
wisata tersebut juga dapat menjadi salah satu alternatif
promosi produk tenun Gamplong.
Faktor eksternal yang dimiliki oleh setiap
pengusaha memiliki kondisi yang berbeda-beda.
Seluruh pengusaha memiliki peluang antara lain pasar
yang luas dengan posisi sebagai desa wisata. Untuk
faktor peluang adanya pelatihan industri tenun, tidak
semua pengusaha memiliki peluang tersebut, yang
termasuk kedalam poin tersebut adalah pengusaha yang
pernah mengikuti pelatihan. Seluruh pengusaha tenun
Gamplong memiliki ancaman terhadap terbukanya
pasar global, konflik internal, dan regenerasi pengrajin
tenun. Sedangkan untuk faktor ancaman kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
inovasi, tidak semua pengusaha memiliki ancaman
tersebut. Pengusaha yang termasuk kedalamnya adalah
pengusaha yang tidak mengetahui perlunya inovasi
untuk keberlanjutan industri tenun.
Matriks Internal-Eksternal (IE)
Penilaian terhadap faktor internal dan eksternal
yang dimiliki oleh industri tenun Gamplong dapat
diperoleh total skor yang merupakan hasil perkalian
bobot dengan rating. Industri tenun Gamplong
memperoleh total skor 2,59 untuk faktor internal,
sedangkan untuk faktor eksternal memperoleh total
skor sebesar 2,125. Tahap selanjutnya berdasarkan
total skor yang diperoleh dapat digunakan untuk
melihat posisi industri untuk menerapkan strategi yang
sesuai dengan kondisi industri tenun Gamplong saat
ini, dengan memasukkan total skor kedalam matriks
internal dan eksternal pada tabel 3 berikut:
Hasil analisis matriks IE, didapat skor IFAS
sebesar 2,594 dan EFAS sebesar 2,125 maka industri
tenun Gamplong berada pada sel yang telah diarsir
yaitu sel V. Hal ini berarti strategi yang sesuai dengan
industri tenun Gamplong adalah strategi pertumbuhan
melalui integrasi horizontal dan stabilitas. Pertumbuhan
melalui integrasi horizontal adalah kegiatan perluasan
pasar dengan membangun di lokasi lain dan
meningkatkan jenis produk (Rangkuti, 2008). Menurut
David (2009) posisi perusahaan yang masuk ke dalam
sel V dapat ditangani melalui strategi menjaga dan
mempertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Dimana pada faktanya memang industri tenun
Gamplong sedang berada pada fase pertumbuhan
membangun kembali kejayaan menjadi sentra industri
tenun. Sehingga strategi yang sesuai adalah strategi
stabilitas dengan menjaga dan mempertahankan
agar tidak kehilangan profit dengan fokus kegiatan
memperluas pasar dan pengembangan produk. Hal ini
juga didasarkan pada permasalahan yang ada saat ini
yaitu minimnya inovasi yang dilakukan oleh pengusaha
tenun Gamplong dan kurangnya link pemasaran.
Matriks SWOT
Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal
dan lingkungan internal maka dapat dirumuskan
kedalam analisis SWOT yang menggambarkan setiap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari
industri tenun Gamplong. Berdasarkan hasil analisis
didapatkan alternatif strategi yang dapat diambil oleh
para pengusaha tenun dalam menghadapi persaingan
yang semakin kompetitif. Tabel 4. berikut adalah hasil
analisis strategi pemasaran yang tepat untuk industri
tenun Gamplong:
PELUANG
Opportunities Strategi S – O Strategis W - O
1. Pasar luas dengan
posisinya sebagai desa
wisata
2. Adanya pelatihan
industri tenun
1. Memanfaatkan kesempatan
mengikuti kegiatan pelatihan
inovasi desain dan motif
2. Membuat paket wisata yang
lebih menarik
3. Meningkatkan sarana dan
prasarana mendukung
1. Mencari sponsor atau lembaga
yang bersedia bekerjasama
untuk membantu pemodalan
dan promosi
2. Memaksimalkan kegiatan
promosi pada paket wisata
yang ditawarkan
3. Rajin mengkuti pameran untuk
memperkenalkan produk tenun
Gamplong
ANCAMAN
Threats Strategi S – T Strategi W - T
1. K u r a n g n y a
p e n g e t a h u a n
masyarakat mengenai
pentingnya inovasi
2. Terbukanya pasar
global
3. Konflik internal
4. Regenerasi pengrajin
tenun
1. Memberikan sosialisasi
mengenai pentingnya
inovasi
2. Meningkatkan kualitas
produk tenun
3. Meningkatkan ketrampilan
yang dimiliki SDM
4. Pelatihan menenun bagi para
generasi muda Gamplong
1. Perbaikan kondisi internal
dengan mengaktifkan
paguyuban
2. Memperbaiki sistem
manajemen
3. Penetapan harga pasar yang
bersaing
4. Memperluas target pasar
Strategi S-O merupakan strategi yang dirumuskan
dengan menggunakan seluruh kekuatan dalam
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Berdasarkan
kedua aspek tersebut strategi yang dapat diterapkan
oleh industri tenun Gamplong adalah memanfaatkan
kesempatan mengikuti kegiatan pelatihan inovasi desain
dan motif. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan daya tarik produk sehingga akan
meningkatkan permintaan pasar. Kegiatan menenun
juga dapat dibuat paket wisata yang lebih menarik.
Paket wisata dapat digunakan sebagai kegiatan untuk
menarik konsumen, khususnya para wisatawan. Paket
wisata dapat dikemas secara lebih menarik lagi dengan
menawarkan berbagai kegiatan yang khas dengan desa
wisata Gamplong, dan memperbanyak kegiatan yang
berhubugan dengan tenun. Kegiatan wisata tersebut
dapat didukung dengan peningkatan sarana dan
prasaran. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti
showroom, kamar mandi umum, homestay, dan lain
sebagainya.
Strategi S-T dirumuskan dengan menerapkan
kekuatan yang dimiliki oleh industri tenun Gamplong
untuk mengatasi ancaman yang mungkin dapat dihadapi
oleh industri tenun Gamplong. Strategi tersebut antara lain memberikan sosialisasi mengenai pentingnya
inovasi.
Menurut Arnisita (2015) pengetahuan
masyarakat tentang inovasi kerajinan tenun bukan
hanya berasal dari jenjang pendidikan saja, tetapi dari
sosialisasi dan pelatihan-pelatihan. Sosialisasi tersebut
diharapkan dapat menyadarkan masyarakat untuk
terus melakukan inovasi. Inovasi tersebut penting
untuk meningkatkan daya saing. Pelatihan tersebut
dapat meningkatkan ketrampilan yang dimiliki oleh
para pekerja. Peningkatan ketrampilan yang dimiliki
oleh pekerja dan inovasi yang dilakukan akan dapat
menguasai pasar dan berdaya saing tinggi apabila
didukung dengan peningkatan kualitas produk. Selain
itu diadakan pelatihan menenun bagi para generasi
muda Gamplong agar tetap ingin melestarikan warisan
sejarah tersebut.
Strategi W-O diterapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada. Strategi yang dapat digunakan industri tenun
Gamplong adalah rajin mengikuti pameran untuk
memperkenalkan produk tenun Gamplong. Apabila
tidak ada ajakan dari pemerintah untuk mengadakan
pameran maka para pengusaha tenun harus mempunyai
inisiatif untuk mencari sendiri kegiatan pameran yang
dapat diikuti. Dalam berbagai pameran yang diikuti
dapat digunakan sebagai ajang mencari sponsor atau
lembaga yang bersedia bekerjasama untuk membantu
pemodalan dan promosi. Keuntungan yang didapatkan
apabila memiliki sponsor adalah semakin luasnya
jaringan pemasaran yang berdampak pada peningkatan
permintaan produk. Selain dalam kegiatan pameran
promosi dapat dilakukan pada kegiatan wisata yang
ditawarkan. Promosi yang dikemas kedalam paket
wisata tersebut diharapkan dapat memberikan kesan
yang baik kepada para pengunjung sehingga para
pengunjung dapat menceritakan apa yang mereka
dapatkan ketika berwisata kepada masyarakat luas
sekitarnya agar mengunjungi Desa Wisata Gamplong.
Strategi W-T diterapkan dengan meminimalkan
kelemahan yang ada untuk menghindari ancaman.
Strategi yang dapat diterapkan adalah perbaikan kondisi
internal dengan mengaktifkan paguyuban. Dengan
adanya paguyuban diharapkan dapat mempermudah
segalanya seperti penyampaian informasi mengenai
adanya pelatihan, melancarkan kegiatan promosi.
Aktifnya peguyuban tersebut dapat mengatasi dan
meminimalisir adanya konflik internal yang terjadi
dikarenakan apapun yang menadi keputusan harus
diselesaikan dengan musyawarah seperti dengan
menetapkan harga pasar. Satu sama lain pengusaha
harus memiliki harga pasar yang sama. Paguyuban
yang ada akan membantu para pengusaha dalam
memasarkan produk tenun khususnya untuk pengusaha
skala rumah tangga yang rata-rata sudah berusia lanjut.
Bantuan pemasaran tersebut dapat memperbaiki sistem
manajemen keuangan pengusaha tenun sehingga
kekuarangan modal usaha dapat diatasi. Selain itu
dengan adanya paguyuban dapat memperluas target
pasar.
Strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT
memberikan beberapa alternatif strategi yang dapat
digunakan. Secara umum strategi-strategi tersebut tidak
dapat diwujudkan secara mandiri oleh para pengusaha,
perlu dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Langkah yang dapat diambil oleh para pengusaha adalah
dengan mengaktifkan lagi paguyuban tenun Gamplong,
kemudian menggalang dukungan pemerintah maupun
swasta untuk dapat membantu dalam kegiatan promosi
untuk mengembangkan dan memajukan industri tenun
Gamplong.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah Faktor lingkungan internal yang berpengaruh
terhadap strategi pemasaran industri tenun Gamplong
terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
Kekuatan industri tenun Gamplong antara lain
kepemilikan alat tenun pribadi, inovasi produk dan bahan
baku yang dilakukan, harga produk yang terjangkau,
lokasi industri yang strategis, dan ramah lingkungan.
Sedangkan kelemahan industri tenun Gamplong antara
lain kurangnya kegiatan promosi, keterbatasan modal
usaha, kendala dalam hal komunikasi, dan kurangnya
link pemasaran.
Faktor lingkungan eksternal yang berpengaruh
terhadap strategi pemasaran industri tenun Gamplong
terdiri dari peluang dan ancaman yang dimiliki. Peluang
industri tenun Gamplong antara lain Gamplong pasar
yang luas dengan posisinya sebagai desa wisata dan
adanya pelatihan industri tenun. Sedangkan ancaman
industri tenun Gamplong antara lain kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya inovasi,
konflik internal yang terjadi, terbukanya pasar global,
dan regenerasi pengrajin tenun.
Strategi pemasaran yang sesuai untuk industri
tenun Gamplong adalah strategi menjaga dan
mempertahankan agar tidak kehilangan profit dengan
fokus kegiatan memperluas pasar dan pengembangan
produk.
DAFTAR PUSTAKA
Anis, M., & Widiasari, N. (2015). Analisis Kesiapan
Industri Kreatif Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean. Simposium Nasional Teknologi Terapan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Christanto, Joko. (2011). Membangun Daya Saing
Daerah melalui Penciptaan Kompetisi Inti Daerah.
Yogyakarta. Deepublish.
David, Fred R. (2009). Strategic Management:
Manajemen Strategis Konsep. Jakarta. Salemba
Empat. Fontana, Avanti. (2011). Innovate We Can!. Bekasi.
Cipta Inovasi Sejahtera.
Gitosudarmo, Indriyo. (1994). Manajemen Pemasaran.
Yogyakarta. BPFE.
Nurcahyo, Fandry. (2016). Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Volume Penjualan pada Restoran
McDonald’s Delta Plaza Surabaya. Jurnal Ilmu
dan Riset Manajemen, Vol V-No 4, Hal 1-17.
Rahmat, O.M., & Budiani, S.R (2013). Pengaruh
Keberadaan Industri Kerajinan Perak Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Pekerja
di Kecamatan Kotagede Yogyakarta. Jurnal Bumi
Indonesia, Vol II- No 2, Hal 68-77.
Rangkuti, Freddy. (2008). Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama.
Riyanto, Bambang. (1996). Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta. BPFE.
Silondae, Sutami. (2016). Keterkaitan Jalur Transportasi
dan Interaksi Ekonomi Kabupaten Konawe Utara
dengan Kabupaten/Kota Sekitarnya. Jurnal Progres
Ekonomi Pembangunan, Vol I-No 1, Hal 1-7 .
0 Komentar untuk "Analisis Strategi Pemasaran Industri Tenun di Desa Wisata Gamplong Kabupaten Sleman"