PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI ACEH BARAT


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI ACEH BARAT

Siti Aminah Nababan Dosen STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujung kec. Mereubo Kab. Aceh Barat 23615. Email: sitinababan28@gmail.com

 Abstraks: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam materi pecahan di SD Negeri Aceh Barat. Subjek dalam peneltiian ini adalah 22 orang siswa.Adapun teknik pengumpulan data adalah melalui tes hasil belajar siswa, lembar observasi, aktivitas guru. Kesimpulan dari penelitian ini adalah “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dapat ,meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan siswa kelas IV SD Negeri Aceh Barat, Hal ini terbukti dengan meningkatnya presentase haisl belajar siswa pada tiap siklusnya , pelaksanaan prasiklus nilai hasil belajar siswa mayoritas masih dibawah KKM dengan presentase ketuntasan hanya 31,81%. Sedangkan pada siklus I hasil belajar siswa meningkat namun belum maksimal yaitu 50% setelah pelaksanaan siklus II hasil belajar siswa menjadi lebih baik, dimana presentase jumlah siswa yang tuntas mencapai 86,36% dari jumlah siswa secara keseluruhan. Kata kunci: Metode Problem Solving, Hasil Belajar Matematika 

PENDAHULUAN 

Hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi. Tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi”.Berpijak pada permasalahan tersebut maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan. Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah untuk menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah yang kiranya dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa di mungkin memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan, serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. selanjutnya menurut Tanjung (2018:110) Penyebab utama pentingnya matematika adalah kemampuan siswa bermatematika merupakan landasan dan wahana pokok yang menjadi syarat mutlakyang harus dikuasai untuk dapat melatih siswa berpikir dengan jelas, logis, sistematis, dankreatif, serta memiliki kepribadian danketerampilan untuk menyelesaikan masalahdalam kehidupan sehari-hari. 

Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik penting seperti seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola pengintegrasian, komunikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Sejalan dengan pendapat Tanjung, H.S dan Nababan, S.A (2018: 56) Proses pembelajaran didalam kelas tidak terlepas dari peran seorangguru yang merupakan pendidik profesional., emampuan profesional guru merupakan bagiandari kompetensi yang dimiliki guru. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya.Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Persoalan tentang bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah terselesaikan tanpa memerhatikan jenismasalah yang ingin dipecahkan, metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir sebab dalam pemecahan masalah dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Metode pemecahan masalah dalam cara penyajiannya. Bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis, dibandingkan, dan disimpulkan dalam usaha mencarri pemecahan atau jawabannya oleh peserta didik. Permasalahan tersebut dapat diajukan oleh guru dan peserta didik atau dari peserta didik sendiri, kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan belajar peserta didik Berdasarkan pengalaman peneliti menilai bahwa hasil belajar matematika siswa rendah dan hal itu berpengaruh pada prestasi beajar siswa menjadi rendah dimana berada dibawah KKM yang telah di tentukan yaitu 65. Disebabkan oleh beberap faktor yaitu kurang partisipasi siswa dalam pembelajaran dikelas, metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar adalah metode monoton yaitu metode ceramah diskusi, sehingga siswa cenderung bosan dalam pembelajaran. Hal ini berdampak dengan hasil belajar siswa menjadi rendah, sejalan dengan pendapat Tanjung dan Nababan (2018:37) hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah ia menerima pengalaman belajar. 

METODE 

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yang pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak,kedua, metode ini menyajikan secara lansung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.Penelitian tindakan kelas berorientasi pada pemecahan masalah yang ada didalam kelas.Penelitian tindakan kelas bertujuan meningkatkan pembelajaran secara kesinambungan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesional pendidikan yang diemban guru.Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh peneliti atau dengan arahan dari peneliti yang dilakukan oleh siswa. 

Kegiatan peneliti dimulai dari permasalahan yang rill yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran, kemudian direfleksikan secara alternatif untuk pemecahan masalah tersebut, setelah itu masalah tersebut, ditindak-lanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa dan staf sekolah untuk menciptak suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Aceh Barat.waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 22 orang siswa. Dengan rincian jumlah laki-laki 12 orang dan jumlah perempuan 10 orang, mengingat jumlah siswa tidak terlalu banyak, maka sampel dalam penelitian ini diambil dari seluruh populasi. Pada tahapan rancangan dalam prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terbagi dalam 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alur dari Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar berikut: Teknik Pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, tes dan dokumentasi. Adapun tahapan pengolahan data merupakan tahapan penting dalam suatu penelitian, karena pada tahapan ini penelitian dapat dirumuskan.Setelah semua data data terkumpul maka dideskripsikan dan dianalisis menggunakan rumus. Untuk mendapatkan nilai presentase dari observasi dan tes dari penelitian ini dapat digunakan rumus sebagai berikut: 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran dan analisis ketuntasan hasil belajar setiap siklus. Sebelum mengambil data dari setiap siklus dilakukan test awal (pre test) untuk mengetahui kemampuan siswa sejauh mana materi pembelajaran yang akan dipelajari. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel (3) diatas, hasil analisis siswa dengan nilai rata-rata 52,71, siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa atau 31,81% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 15 orang atau 61,18%. Dengan demikian hasil belajar pra siklus.Menyimpulkan nilai siswa masih belum mencapai ketuntasan. Hal ini mengidentifikasikan bahwa siswa selama ini kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran matematika, sehingga siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar kurang terfokus pada materi yang diajarkan guru, hal ini diakibatkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang menarik perhatian siswa dan bahkan membuat siswa kurang betah untuk berada di dalam kelas. Oleh karena itu, untuk memperbaiki proses belajar mengajar dibutuhkan penerapan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, maka peneliti melakukan tindak lanjut dengan dengan melaksanakan siklus 

I. SIKLUS I 

Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 1 Agustus 2016 dengan materi pecahan. Pada siklus ini peneliti melaksanakan kegiatan sebagai berikut: Pada tahap perencanaan, yang dilakukan guru adalah menyusun RPP, menyiapkan lembar tes, yang berupa essay sebanyak 10 butir soal, selanjutnya menyiapkan proses pembelajaran, membuat lembar observasi guru dan siswa. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan oleh peneltii adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu pada RPP, guru menerapkan metode pemecahan masalah, guru menyusun pokok permasalahan, dan guru menyimpulkan permasalahan di akhir pembelajaran. Untuk hasil pengamatan mengenai aktivitas guru dalam pembelajaran, dengan menggunakan metode belajar kelompok pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator maka hasil pengamatan dapat dilihat dari tabel diatas, maka diperoleh jumlah skor 26 dari skor maksimal 44. Kemudian jumlah skor diubah terlebih dahulu kedalam bentuk presentase, dengan demikian diperoleh nilai hasil observasi adalah 59,09%. Dimana kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I masih tergolong rendah karena banyak aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang dalam kategori cukup baik.Dimana guru kurang memotivasi atau membangkitkan minat siswa, menyusun masalah, tidak menghubungkan pelajaran terlebih dahulu yang merupakan prasyarat untuk topic berikut, tidak mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, dan guru tidak segera memberi kegiatan perbaikan atau pergayaan.


Berdasarkan tabel (7) diatas, masih ada siswa yang tidak menguasai materi yang disampaikan oleh guru, yaitu tentang pecahan. Namun pada siklus I sudah ada peningkatan ketuntasan belajar siswa dari hasil pra siklus, jumlah nilai rata-rata pada siklus I adalah 64,09. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 orang siswa atau 50% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 orang atau 50%. Pada siklus I keberhasilan siswa belum optimal, untuk itu harus diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran. Karena pencapaian ketuntasan klasikal yang diarapkan yaitu 85% dari total siswa yang telah menjadi ketetapan sekolah SD Negeri Alue Tampak, Kecamatan Kaway XVI belum tercapai. 

Refleksi: 

Berdasarkan data hasil belajar pada materi pecahan dengan menggunakan metode Problem Solving didapatkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum tercapai. Dari hasil refleksi terhadap pembelajara yang dilaksanakan dalam siklus I diatas, baik berdasarkan hasil pembelajaran maupun berdasarkan proses pembelajaran, menunjukkan bahwa tindakan (pelaksanaan ) dalam siklus I ini belum berhasil. Hal ini disebabkan karena ada sebagaian siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa masih malu untuk mengeluarkan pendapat serta siswa belum mampu untuk manarik kesimpulan diakhir pertemuan.Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum berhasil.Oleh karena itu, diperlukan tindakan selanjutnya. 

SIKLUS II 

Adapun tindakan yang diambil pada siklus II adalah sebagai berikut: memotivasi/membangkitkan minat siswa, guru harus mampu menghubungkan pelajaran terdahulu yang merupakan prasyarat untuk topic berikutnya, guru harus berperan sebagai fasilitator, guru harus mampu menumbuhkan permasalahan dari anak didik itu sendiri, guru harus membimbing siswa untuk menyimpulkan materi di akhir pertemuan. Siklus II dilakukan pada hari Selasa, 9 Agustus 2016 dan membahas tentang pecahan, diakhir pembelajaran dilakukan tes. Pada siklus II ini penulis melaksanakan kegiatan yang menunjang proses pembelajaran diantaranya: Tahap perencanaan, guru menyusun RPP, membuat lembar observasi guru dan siswa,dan membuat soal test yang berupa soal essay yang berisi 10 butir soal. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan oleh peneltii adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu pada RPP, guru menerapkan metode pemecahan masalah, guru menyusun pokok permasalahan, dan guru menyimpulkan permasalahan di akhir pembelajaran. Tahap observasi aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Solving pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Berdasarkan hasil penelitian dilihat aktivitas guru sudah meningkat secara signifikan. Dimana skor yang diperoleh 42, setelah di ubah dalam bentuk presentase, maka nilai hasil guru diperoleh 87,5% maka hasil observasi guru pada siklus II dalam proses belajar mengajar masuk kategori sangat baik dimana aspek-aspek kegiatan proses belajar mengajar sudah dapat terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengalami peningkatan yang sangat signifikan, hal itu terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang memperoleh kategori baik dan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II. Aspek-aspek keaktifan siswa siswa yang diamati dalam mengikuti proses pembelajaran materi pecahan telah mengalami perbaikan. Penilaian hasil belajar pada siklus II dilakukan melalui tes hasil belajar berupa post tes secara tertulis yaitu sebanyak 10 butir dan dilaksanakan setelah soal tes selesai. 

Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:



Berdasarkan tabel (11) diatas dapat dilihat pada presentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan yaitu jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 86,36% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang atau 13,63% . pada siklus II keberhasilan siswa sudah optimal atau sangat efektif. Refleksi: Berdasarkan data hasil belajar yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menyelesaikan soal dengan baik.Dari data tes hasil belajar yang diperoleh menunjukkan 85% siswa tuntas belajar.Berarti ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Negeri Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI telah dapat memahami berbagai materi pecahan dengan dengan menggunakan metode problem Solving. Ketuntasan dapat tercapai dengan adanya pendekatan guru kepada siswa serta adanya perbaikan-perbaikan dari setiap siklusnya sehingga pembelajaran dapat tercapai dengan baik.Dari kenyataan ini maka dkatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II berhasil. 

Pembahasan: 

Pembahasan dalam penelitian ini merupakan hasil observasi selama penelitian.Penelitian dimulai dari kegiatan pra tindakan yang merupakan pelaksanaan pra siklus dengan memberikan tes awal kepada siswa untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pecahan. Dari hasil awal tes tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa masih sangat rendah. Dimana siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau yang memperoleh nilai ≥ 65 sebagai KKM yang telah ditentukan dan menjadi ketetapan di SD Negeri Aceh Barat hanya 31,81% siswa, sedangkan 68,18% siswa lainnya memperoleh nilai < 65 yang berarti pencapainnya tidak tuntas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan guru, dimana metode yang paling dominan yang digunakan dalam pembelajaran oleh guru adalah metode konvensional, dimana pembelajaran yang diterapkan lebih berpusat pada guru, hal itu menyebabkan siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar dan mudah bosan. Dari hasil test yang diperoleh pada pra-siklus maka peneliti menindak –lanjuti dengan melaksanakan siklus I. pada siklus ini peneliti melaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan metode Problem Solving. Setelah dilaksanakan pembelajaran tersebut nilai prestasi belajar siswa lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Dimana presentase siswa yang tuntas mencapai 11 siswa atau 50% dari 22 siswa, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa atau 50%. 

Hal ini menunjukkan proses belajar mengajar pada siklus I belum berjalan dengan baik, sehingga ketuntasan klasikal belum mencapai indikator yang ditentukan. Penyebab dari rendanya nilai prestasi belajar siswa pada siklus I ini adalah siswa belum terbiasa dengan penerapan metode problem solving yang diterapkan guru.Sehingga siswa masih belum dapat beradaptasi dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Hal itu didasari oleh hasil pengamatan kolaborator terhadap aktivitas guru yang menunjukkan masih terdapat kekurangan- kekurangan dari beberapa aspek yang diamati yang menunjukkan presentase aktivitas guru masih rendah dimana nilai presentase yang diperoleh hanya 59,09%. Aspek-aspek yang cenderung belum terlaksana dengan maksimal antara lain: guru masih kurang memotivasi atau membangkitkan minat siswa, selain itu guru belum menghubungkan pelajaran terdahulu yang merupakan prasyarat untuk topic berikutnya, guru belum bisa mengembangkan pikiran anak didik, guru belum berperan sebagai fasilitator guru tidak membimbing siswa, serta guru tidak segera memberi kegiatan perbaikan kepada siswa yang mendapatkan nilai yang rendah. Adapun pada siklus II, penerapan metode problem solving yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri Aceh Barat, tampak menunjukkan peningkatan yang signifikan.Hal itu dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa, hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥65 dimana nilai tersebut sudah mencapai KKM yang ditetapkan serta persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan meningkat hingga 19 siswa atau 86,36% dari 22 total siswa, sedangkan yang belum mencapai ketuntasan hanya 3 siswa atau 13,63%. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus ini merupakan pengaruh dari pemahaman siswa terhadap penerapan metode problem solving.pada siklus II hasil observasi aktivitas guru yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator menunjukkan peningkatan persentase yang mencapai 87,5%, dimana aspek-aspek yang diamati menunjukkan peningkatan sehingga kategori yang diperoleh berdasarkan indikator adalah sangat baik. Dari pembahasan diatas penerapan metode problem solving terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pecahan yang menimbulkan motivasi belajar siswa serta menimbulkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran matematika. 

KESIMPULAN 

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan peneliti di SD Negeri Aceh Barat, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan di kelas IV SD Negeri Aceh Barat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya presentase hasil belajar siswa pada tiap siklusnya Pada pelaksanaan pra siklus nilai hasil belajar siswa mayoritas masih dibawah KKMdan presentase jumlah siswa yang tuntas hanya 31,81% dari 22 siswa. Sedangkan pada siklus I, hasil belajar siswa meningkat meningkat namun belum maksimal, persentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas KKMbaru mencapai 50%, setelah pelaksanaan siklus II hasil belajar siswa menjadi lebih baik, dimana persentase jumlah siswayang tuntas mencapai 86,36% dari jumlah siswa secara keseluruhan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikategorikan sangat baik serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada tiap-tiap kategori yang diamati dapat dikatakan baik. 

SARAN 

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dari penulis adalah: 1. Diharapkan penerapan Metode problem solving dapat terus dilanjutkan kepada seluruh siswa khususnya tidak hanya pada siswa kelas IV saja. Serta apa yang telah dicapai saat ini dapat ditingkatkan lagi sehingga seluruh siswa dapat lebih mengerti dan memahami tentang materi yang diterapkan oleh para guru. 2. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan diharapkan kepada guru dapat menerapkan metode problem solving pada materi pecahan. 3. Diharapkan pada guru bidnag studi matematika agar dapat mengetahui keaktifan suatu metode pembelajaran 4. Diharapkan kepada siswa agar lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan saling bekerja sama untuk mencapai ketuntasan belajar. 

DAFTAR PUSKATA 

Nasution, 2006.Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2009. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah Sayiful Bahri. 2006. Strategi belajar Mengajar. PT. Asdi Mahasatya: Jakarta. Tanjung, H. S. 2018. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.Genta Mulia, Vol. IX. No. 1, 2018 Tanjung, H.S & Nababan, S.A (2018). Pengaruh penggunaan metode pembelajaran bermain terhadap hasil belajar matematika siswa materi pokok pecahan di kelas III SD Negeri 200407 Hutapadang. Bina Gogik, Vol. 1. No. 1, 2018. Tanjung, H.S & Nababan, S.A. (2018). Pengembangan perangkat pembelajaranMatematika berorientasi model pembelajaranBerbasis masalah (PBM) untuk meningkatkanKemampuan berpikir kritis siswaSMA se-Kuala Nagan Raya Aceh. Genta Mulia, Vol. IX. No. 1, 2018
0 Komentar untuk "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI ACEH BARAT"

Back To Top