PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SD NEGERI ACEH BARAT
Siti Aminah Nababan
Dosen STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujung kec. Mereubo Kab. Aceh Barat
23615. Email: sitinababan28@gmail.com
Abstraks:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Model
Pembelajaran Problem Solving dalam materi pecahan di SD Negeri Aceh Barat. Subjek dalam peneltiian ini
adalah 22 orang siswa.Adapun teknik pengumpulan data adalah melalui tes hasil belajar siswa, lembar
observasi, aktivitas guru. Kesimpulan dari penelitian ini adalah “ Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving dapat ,meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan siswa kelas IV SD Negeri Aceh Barat, Hal
ini terbukti dengan meningkatnya presentase haisl belajar siswa pada tiap siklusnya , pelaksanaan prasiklus nilai
hasil belajar siswa mayoritas masih dibawah KKM dengan presentase ketuntasan hanya 31,81%. Sedangkan
pada siklus I hasil belajar siswa meningkat namun belum maksimal yaitu 50% setelah pelaksanaan siklus II hasil
belajar siswa menjadi lebih baik, dimana presentase jumlah siswa yang tuntas mencapai 86,36% dari jumlah
siswa secara keseluruhan.
Kata kunci: Metode Problem Solving, Hasil Belajar Matematika
PENDAHULUAN
Hakikatnya program pembelajaran
bertujuan tidak hanya memahami dan
menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi.
Tetapi juga memberi pemahaman dan
penguasaan tentang “mengapa hal itu
terjadi”.Berpijak pada permasalahan tersebut
maka pembelajaran pemecahan masalah
menjadi sangat penting untuk diajarkan.
Pada dasarnya tujuan akhir
pembelajaran adalah untuk menghasilkan
siswa yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam memecahkan masalah
yang dihadapi kelak di masyarakat.Untuk
menghasilkan siswa yang memiliki
kompetensi yang andal dalam pemecahan
masalah yang kiranya dapat diterapkan dalam
pembelajaran.
Pemecahan masalah merupakan bagian
dari kurikulum matematika yang sangat
penting dalam proses pembelajaran maupun
penyelesaiannya siswa di mungkin
memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan, serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang bersifat tidak rutin. selanjutnya
menurut Tanjung (2018:110) Penyebab utama
pentingnya matematika adalah kemampuan
siswa bermatematika merupakan landasan dan
wahana pokok yang menjadi syarat mutlakyang harus dikuasai untuk dapat
melatih siswa berpikir dengan jelas, logis,
sistematis, dankreatif, serta memiliki
kepribadian danketerampilan untuk
menyelesaikan masalahdalam kehidupan
sehari-hari.
Melalui kegiatan ini aspek-aspek
kemampuan matematik penting seperti seperti
penerapan aturan pada masalah tidak rutin,
penemuan pola pengintegrasian, komunikasi
matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik. Sejalan dengan pendapat
Tanjung, H.S dan Nababan, S.A (2018: 56)
Proses pembelajaran didalam kelas tidak
terlepas dari peran seorangguru yang
merupakan pendidik profesional., emampuan
profesional guru merupakan bagiandari
kompetensi yang dimiliki guru.
Kemampuan pemecahan masalah
sangat penting artinya bagi siswa dan masa
depannya.Para ahli pembelajaran sependapat
bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam
batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui
bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan.
Persoalan tentang bagaimana mengajarkan
pemecahan masalah tidak akan pernah
terselesaikan tanpa memerhatikan
jenismasalah yang ingin dipecahkan, metode
pemecahan masalah bukan hanya sekedar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu
metode berpikir sebab dalam pemecahan
masalah dapat menggunakan metode-metode
lainnya yang dimulai mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan. Metode
pemecahan masalah dalam cara penyajiannya.
Bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis, dibandingkan, dan disimpulkan
dalam usaha mencarri pemecahan atau
jawabannya oleh peserta didik. Permasalahan
tersebut dapat diajukan oleh guru dan peserta
didik atau dari peserta didik sendiri, kemudian
dijadikan pembahasan dan dicari
pemecahannya sebagai kegiatan belajar peserta
didik
Berdasarkan pengalaman peneliti
menilai bahwa hasil belajar matematika siswa
rendah dan hal itu berpengaruh pada prestasi
beajar siswa menjadi rendah dimana berada
dibawah KKM yang telah di tentukan yaitu 65.
Disebabkan oleh beberap faktor yaitu kurang
partisipasi siswa dalam pembelajaran dikelas,
metode yang digunakan guru dalam proses
belajar mengajar adalah metode monoton yaitu
metode ceramah diskusi, sehingga siswa
cenderung bosan dalam pembelajaran. Hal ini
berdampak dengan hasil belajar siswa menjadi
rendah, sejalan dengan pendapat Tanjung dan
Nababan (2018:37) hasil belajar adalah
perubahan kemampuan yang dimiliki
seseorang setelah ia menerima pengalaman
belajar.
METODE
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.
Metode kualitatif ini digunakan karena
beberapa pertimbangan yang pertama
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan
jamak,kedua, metode ini menyajikan secara
lansung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden.
Jenis Penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas.Penelitian tindakan kelas berorientasi pada pemecahan
masalah yang ada didalam kelas.Penelitian
tindakan kelas bertujuan meningkatkan
pembelajaran secara kesinambungan yang
pada dasarnya melekat pada terlaksananya
misi profesional pendidikan yang diemban
guru.Penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama, tindakan tersebut diberikan
oleh peneliti atau dengan arahan dari peneliti
yang dilakukan oleh siswa.
Kegiatan peneliti
dimulai dari permasalahan yang rill yang
dihadapi oleh guru dalam proses
pembelajaran, kemudian direfleksikan secara
alternatif untuk pemecahan masalah tersebut,
setelah itu masalah tersebut, ditindak-lanjuti
dengan tindakan-tindakan terencana dan
terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan
kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti,
guru, siswa dan staf sekolah untuk menciptak
suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri
Aceh Barat.waktu penelitian ini dilakukan
pada bulan Juli 2018. Adapun yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah 22 orang
siswa. Dengan rincian jumlah laki-laki 12
orang dan jumlah perempuan 10 orang,
mengingat jumlah siswa tidak terlalu banyak,
maka sampel dalam penelitian ini diambil dari
seluruh populasi.
Pada tahapan rancangan dalam
prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
terbagi dalam 4 tahapan yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alur dari
Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada
gambar berikut:
Teknik Pengumpulan data dapat
diperoleh dari hasil observasi, tes dan
dokumentasi.
Adapun tahapan pengolahan data
merupakan tahapan penting dalam suatu
penelitian, karena pada tahapan ini penelitian
dapat dirumuskan.Setelah semua data data
terkumpul maka dideskripsikan dan dianalisis
menggunakan rumus. Untuk mendapatkan
nilai presentase dari observasi dan tes dari
penelitian ini dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan
menguraikan hasil yang diperoleh dari
pengamatan terhadap aktivitas guru dalam
pembelajaran dan analisis ketuntasan hasil
belajar setiap siklus.
Sebelum mengambil data dari setiap
siklus dilakukan test awal (pre test) untuk
mengetahui kemampuan siswa sejauh mana
materi pembelajaran yang akan dipelajari.
Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan tabel (3) diatas, hasil
analisis siswa dengan nilai rata-rata 52,71,
siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa atau
31,81% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak
15 orang atau 61,18%. Dengan demikian hasil
belajar pra siklus.Menyimpulkan nilai siswa
masih belum mencapai ketuntasan. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa siswa selama ini
kurang termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran matematika, sehingga siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar
kurang terfokus pada materi yang diajarkan
guru, hal ini diakibatkan oleh metode
pembelajaran yang diterapkan guru kurang
menarik perhatian siswa dan bahkan membuat
siswa kurang betah untuk berada di dalam
kelas.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki
proses belajar mengajar dibutuhkan penerapan
suatu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
siswa, maka peneliti melakukan tindak lanjut
dengan dengan melaksanakan siklus
I.
SIKLUS I
Siklus I dilaksanakan pada hari Senin,
1 Agustus 2016 dengan materi pecahan. Pada
siklus ini peneliti melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
Pada tahap perencanaan, yang
dilakukan guru adalah menyusun RPP,
menyiapkan lembar tes, yang berupa essay
sebanyak 10 butir soal, selanjutnya
menyiapkan proses pembelajaran, membuat
lembar observasi guru dan siswa.
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang
dilakukan oleh peneltii adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang
mengacu pada RPP, guru menerapkan metode
pemecahan masalah, guru menyusun pokok
permasalahan, dan guru menyimpulkan
permasalahan di akhir pembelajaran. Untuk hasil pengamatan mengenai
aktivitas guru dalam pembelajaran, dengan
menggunakan metode belajar kelompok pada
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh kolaborator maka hasil
pengamatan dapat dilihat dari tabel diatas,
maka diperoleh jumlah skor 26 dari skor
maksimal 44. Kemudian jumlah skor diubah
terlebih dahulu kedalam bentuk presentase,
dengan demikian diperoleh nilai hasil
observasi adalah 59,09%. Dimana kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti
pada siklus I masih tergolong rendah karena
banyak aspek-aspek kegiatan pembelajaran
yang dalam kategori cukup baik.Dimana guru
kurang memotivasi atau membangkitkan minat
siswa, menyusun masalah, tidak
menghubungkan pelajaran terlebih dahulu
yang merupakan prasyarat untuk topic berikut,
tidak mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran, dan guru tidak segera memberi
kegiatan perbaikan atau pergayaan.
Berdasarkan tabel (7) diatas, masih
ada siswa yang tidak menguasai materi yang
disampaikan oleh guru, yaitu tentang pecahan.
Namun pada siklus I sudah ada peningkatan
ketuntasan belajar siswa dari hasil pra siklus,
jumlah nilai rata-rata pada siklus I adalah
64,09. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11
orang siswa atau 50% dan siswa yang tidak
tuntas sebanyak 11 orang atau 50%. Pada
siklus I keberhasilan siswa belum optimal,
untuk itu harus diadakan perbaikan dalam
proses pembelajaran. Karena pencapaian
ketuntasan klasikal yang diarapkan yaitu 85% dari total siswa yang telah menjadi ketetapan
sekolah SD Negeri Alue Tampak, Kecamatan
Kaway XVI belum tercapai.
Refleksi:
Berdasarkan data hasil belajar pada
materi pecahan dengan menggunakan metode
Problem Solving didapatkan bahwa ketuntasan
belajar siswa secara klasikal belum tercapai.
Dari hasil refleksi terhadap
pembelajara yang dilaksanakan dalam siklus I
diatas, baik berdasarkan hasil pembelajaran
maupun berdasarkan proses pembelajaran,
menunjukkan bahwa tindakan (pelaksanaan )
dalam siklus I ini belum berhasil. Hal ini
disebabkan karena ada sebagaian siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa
masih malu untuk mengeluarkan pendapat
serta siswa belum mampu untuk manarik
kesimpulan diakhir pertemuan.Dengan
demikian peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I
belum berhasil.Oleh karena itu, diperlukan
tindakan selanjutnya.
SIKLUS II
Adapun tindakan yang diambil pada
siklus II adalah sebagai berikut:
memotivasi/membangkitkan minat siswa, guru
harus mampu menghubungkan pelajaran
terdahulu yang merupakan prasyarat untuk
topic berikutnya, guru harus berperan sebagai
fasilitator, guru harus mampu menumbuhkan
permasalahan dari anak didik itu sendiri, guru
harus membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi di akhir pertemuan.
Siklus II dilakukan pada hari Selasa, 9
Agustus 2016 dan membahas tentang pecahan,
diakhir pembelajaran dilakukan tes. Pada
siklus II ini penulis melaksanakan kegiatan
yang menunjang proses pembelajaran
diantaranya:
Tahap perencanaan, guru menyusun
RPP, membuat lembar observasi guru dan
siswa,dan membuat soal test yang berupa soal
essay yang berisi 10 butir soal.
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang
dilakukan oleh peneltii adalah melaksanakan
rencana tersebut sebagai tindakan yang
mengacu pada RPP, guru menerapkan metode
pemecahan masalah, guru menyusun pokok
permasalahan, dan guru menyimpulkan
permasalahan di akhir pembelajaran.
Tahap observasi aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Problem Solving pada siklus II
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan hasil penelitian dilihat
aktivitas guru sudah meningkat secara
signifikan. Dimana skor yang diperoleh 42,
setelah di ubah dalam bentuk presentase, maka
nilai hasil guru diperoleh 87,5% maka hasil
observasi guru pada siklus II dalam proses
belajar mengajar masuk kategori sangat baik
dimana aspek-aspek kegiatan proses belajar
mengajar sudah dapat terpenuhi.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa, aktivitas belajar siswa
dalam proses belajar mengajar sudah
mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, hal itu terlihat dari peningkatan
jumlah siswa yang memperoleh kategori baik dan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pada siklus II. Aspek-aspek keaktifan siswa
siswa yang diamati dalam mengikuti proses
pembelajaran materi pecahan telah mengalami
perbaikan.
Penilaian hasil belajar pada siklus II
dilakukan melalui tes hasil belajar berupa post
tes secara tertulis yaitu sebanyak 10 butir dan
dilaksanakan setelah soal tes selesai.
Data
hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Berdasarkan tabel (11) diatas dapat
dilihat pada presentase ketuntasan siswa
mengalami peningkatan yaitu jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 86,36%
dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang
atau 13,63% . pada siklus II keberhasilan
siswa sudah optimal atau sangat efektif.
Refleksi:
Berdasarkan data hasil belajar yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa siswa
dapat menyelesaikan soal dengan baik.Dari
data tes hasil belajar yang diperoleh
menunjukkan 85% siswa tuntas belajar.Berarti
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
Berdasarkan hasil analisis, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Negeri
Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI telah
dapat memahami berbagai materi pecahan
dengan dengan menggunakan metode problem
Solving. Ketuntasan dapat tercapai dengan
adanya pendekatan guru kepada siswa serta adanya perbaikan-perbaikan dari setiap
siklusnya sehingga pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.Dari kenyataan ini maka
dkatakan bahwa tindakan pembelajaran yang
dilaksanakan siklus II berhasil.
Pembahasan:
Pembahasan dalam penelitian ini
merupakan hasil observasi selama
penelitian.Penelitian dimulai dari kegiatan pra
tindakan yang merupakan pelaksanaan pra
siklus dengan memberikan tes awal kepada
siswa untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap materi pecahan.
Dari hasil awal tes tersebut
menunjukkan prestasi belajar siswa masih
sangat rendah. Dimana siswa yang mencapai
ketuntasan belajar atau yang memperoleh nilai
≥ 65 sebagai KKM yang telah ditentukan dan
menjadi ketetapan di SD Negeri Aceh Barat
hanya 31,81% siswa, sedangkan 68,18% siswa
lainnya memperoleh nilai < 65 yang berarti
pencapainnya tidak tuntas. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya motivasi siswa terhadap
pembelajaran yang diterapkan guru, dimana
metode yang paling dominan yang digunakan
dalam pembelajaran oleh guru adalah metode
konvensional, dimana pembelajaran yang
diterapkan lebih berpusat pada guru, hal itu
menyebabkan siswa cenderung pasif dalam
mengikuti proses belajar mengajar dan mudah
bosan. Dari hasil test yang diperoleh pada
pra-siklus maka peneliti menindak –lanjuti
dengan melaksanakan siklus I. pada siklus ini
peneliti melaksanakan proses belajar mengajar
dengan menerapkan metode Problem Solving.
Setelah dilaksanakan pembelajaran tersebut
nilai prestasi belajar siswa lebih meningkat
dibandingkan sebelumnya. Dimana presentase
siswa yang tuntas mencapai 11 siswa atau 50%
dari 22 siswa, sedangkan yang tidak tuntas
sebanyak 11 siswa atau 50%.
Hal ini
menunjukkan proses belajar mengajar pada
siklus I belum berjalan dengan baik, sehingga
ketuntasan klasikal belum mencapai indikator
yang ditentukan. Penyebab dari rendanya nilai
prestasi belajar siswa pada siklus I ini adalah
siswa belum terbiasa dengan penerapan
metode problem solving yang diterapkan
guru.Sehingga siswa masih belum dapat
beradaptasi dengan kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas.
Hal itu didasari oleh hasil pengamatan
kolaborator terhadap aktivitas guru yang
menunjukkan masih terdapat kekurangan- kekurangan dari beberapa aspek yang diamati
yang menunjukkan presentase aktivitas guru
masih rendah dimana nilai presentase yang
diperoleh hanya 59,09%. Aspek-aspek yang
cenderung belum terlaksana dengan maksimal
antara lain: guru masih kurang memotivasi
atau membangkitkan minat siswa, selain itu
guru belum menghubungkan pelajaran
terdahulu yang merupakan prasyarat untuk
topic berikutnya, guru belum bisa
mengembangkan pikiran anak didik, guru
belum berperan sebagai fasilitator guru tidak
membimbing siswa, serta guru tidak segera
memberi kegiatan perbaikan kepada siswa
yang mendapatkan nilai yang rendah.
Adapun pada siklus II, penerapan
metode problem solving yang diterapkan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD
Negeri Aceh Barat, tampak menunjukkan peningkatan yang signifikan.Hal itu dapat
dilihat dari peningkatan prestasi belajar
siswa, hal itu dapat dibuktikan dengan
banyaknya jumlah siswa yang
mendapatkan nilai ≥65 dimana nilai
tersebut sudah mencapai KKM yang
ditetapkan serta persentase jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan meningkat
hingga 19 siswa atau 86,36% dari 22 total
siswa, sedangkan yang belum mencapai
ketuntasan hanya 3 siswa atau 13,63%.
Peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus ini merupakan pengaruh dari
pemahaman siswa terhadap penerapan
metode problem solving.pada siklus II
hasil observasi aktivitas guru yang
diperoleh dari pengamatan yang dilakukan
oleh kolaborator menunjukkan
peningkatan persentase yang mencapai
87,5%, dimana aspek-aspek yang diamati
menunjukkan peningkatan sehingga
kategori yang diperoleh berdasarkan
indikator adalah sangat baik.
Dari pembahasan diatas penerapan
metode problem solving terbukti berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
materi pecahan yang menimbulkan
motivasi belajar siswa serta menimbulkan
ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran
matematika.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan peneliti di SD Negeri Aceh
Barat, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode Problem Solving dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pecahan di kelas IV SD Negeri Aceh Barat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
presentase hasil belajar siswa pada tiap
siklusnya
Pada pelaksanaan pra siklus nilai hasil
belajar siswa mayoritas masih dibawah KKMdan presentase jumlah siswa yang tuntas hanya
31,81% dari 22 siswa. Sedangkan pada siklus
I, hasil belajar siswa meningkat meningkat
namun belum maksimal, persentase jumlah
siswa yang mendapatkan nilai diatas KKMbaru mencapai 50%, setelah pelaksanaan
siklus II hasil belajar siswa menjadi lebih
baik, dimana persentase jumlah siswayang
tuntas mencapai 86,36% dari jumlah siswa
secara keseluruhan, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran
dikategorikan sangat baik serta aktifitas
siswa selama proses pembelajaran pada
tiap-tiap kategori yang diamati dapat
dikatakan baik.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
saran dari penulis adalah:
1. Diharapkan penerapan Metode
problem solving dapat terus
dilanjutkan kepada seluruh siswa
khususnya tidak hanya pada siswa
kelas IV saja. Serta apa yang telah
dicapai saat ini dapat ditingkatkan
lagi sehingga seluruh siswa dapat lebih mengerti dan memahami
tentang materi yang diterapkan
oleh para guru.
2. Dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan diharapkan kepada guru
dapat menerapkan metode problem
solving pada materi pecahan.
3. Diharapkan pada guru bidnag studi
matematika agar dapat mengetahui
keaktifan suatu metode pembelajaran
4. Diharapkan kepada siswa agar lebih
berminat dalam mengikuti
pembelajaran di kelas dan saling
bekerja sama untuk mencapai
ketuntasan belajar.
DAFTAR PUSKATA
Nasution, 2006.Metode Research (Penelitian
Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2009. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah Sayiful Bahri. 2006. Strategi belajar
Mengajar. PT. Asdi Mahasatya:
Jakarta.
Tanjung, H. S. 2018. Perbedaan Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa dalam
Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah.Genta Mulia, Vol.
IX. No. 1, 2018
Tanjung, H.S & Nababan, S.A (2018).
Pengaruh penggunaan metode
pembelajaran bermain terhadap hasil
belajar matematika siswa materi
pokok pecahan di kelas III SD Negeri
200407 Hutapadang. Bina Gogik,
Vol. 1. No. 1, 2018.
Tanjung, H.S & Nababan, S.A. (2018).
Pengembangan perangkat
pembelajaranMatematika berorientasi
model pembelajaranBerbasis masalah
(PBM) untuk
meningkatkanKemampuan berpikir
kritis siswaSMA se-Kuala Nagan Raya
Aceh. Genta Mulia, Vol. IX. No. 1,
2018
0 Komentar untuk "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI ACEH BARAT"