PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN DAYA KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA SMP
Sungkono, Asih Ryanti, dan Tesa Lutfi Yanasari Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Borneo Tarakan E-mail : asihriyanti17@gmail.com
ABSTRAK
Kegiatan Porgram Kemitraan bagi masyarakat ini bertujuan menyelidiki dampak sosialisasi dan pendampingan penerapan model pembelajaran Problem Posing bagi guru SMP di Tarakan. Melibatkan 15 guru MTs Al-Fattah Hidayatulloh Tarakan Kalimantan Utara dan menggunakan Insrumen angket untuk pengumpulan datanya. Data diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari kegiatan bahwa para guru di MTs Al-Fattah Hidayatulloh Karungan Tarakan Kalimantan Utara belum menerapkan model pembelajaran karena alasan minimnya sarana, kurang persiapan mengajar, dan tidak memahami sintak dalam model pembelajaran. Salah satu solusi yang tepat ialah melakukan kegiatan sosialisasi dan pendampingan dalam penerapan model pembelajaran Problem posing. Setelah diadakannya kegiatan ditemukan dampak bagi guru dan siswa. Hasil yang didapatkan adalah (1) memberikan pemahaman dalam penerapan model pembelajan Problem Posing, (2) sintak model pembelajaran Problem Posing dapat diapahami dan mudah diingat, (3) model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan daya kritis dan kerativitas siswa, (4) para guru antusias melakukan penelitian tentang implementasi model pembelajaran Problem Posing, dan (6) para siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Posing. Hal ini terlihat sebanyak 85% guru menggunakan metode ceramah dan metode diskusi 15% sebelum dilakukan sosialisasi. Setelah dilakukan sosialsiasi meningkat banyaknya guru yan menggunakan model Problem posing 96% dan menggunakan metode ceramah 4%. Ada peningkatan 93% guru yang paham sintak model pembelajaran, karena sebelum dilakukan sosialisasi guru yang tidak paham sintak sebanyak 94% dan 6% memahami sintak model pembelajaran. Adapun prsentase guru yang paham sintak model pembelajaran Problem Posing meningkat sebanyak 99% dan 1% yang tidak memahaminya setalah pelaksanaan kegiatan karena masih dalam proses pemantapan pembuatan perangkat pembelajaan. Kata Kunci: guru, model pembelajaran Problem Posing, berpikir kritis, kerativitas
PENDAHULUAN
Masa pandemi covid-19 menjadikan dunia pendidikan berubah dalam pelaksanaannya, termasuk dalam pembelajaran. Banyak dilakukan oleh guru ketika masuk kelas, yaitu tatap muka dan mengajarkan atau menyampaikan materi dengan ceramah serta pemberian tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa. Kini kegiatan pembelajaran berubah harus secara online. Ini menjadi sebuah tantangan bagi guru dan siswa untuk tetap dapat menyampaikan materi dengan baik danmenghasilkan siswa mencapai hasil belajar yang optimal.
Oleh sebab itu guru harus bisa menjadikan siswa mampu berpikir kritis dan memiliki kerativitas. Guru bukan hanya sekedar menstransfer ilmu pengetahuan, namun harus dapat mengintegrasikan pengalaman dan pengetahuan siswa terhadap materi yang diterima di sekolah dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya. Siswa sebagai anggota masyarakat harus memiliki kepekaan sosial yang bisa nantinya untuk memecahkan masalahmasalah yang ada dengan daya pikirnya. Dalam arti luas pendidikan merupakan sebuah proses yang berkaitan dengan usaha mengembangkan diri seseorang.(Ikhwani, Budiman, & Rasyidan, 2015). Guru harus memiliki ide untuk berinovasi yaitu salah satunya dengan menggunakan atau mengembanngkan model pembelajaran untuk meningkakan daya kritis dan kreativitas siswa. Pengembangan model pembelajarn belum banyak guru mampu dan bersedia melkaukaknya. Kurangnya pemahaman terhadanp pentingnya suatu model pembelajaran dan kurangnya sosialisasi danri pihak sekolah menjaddikan guru di kelas hanya menyampaikan materri dengan ceramah. Inilah yang menjadi keprihatinan.
Oleh karena itu salah satu langkah untuk meningkatkan pemhaman guru terhadap pelaksanaan pembelajaran maka dilakukan sosialisasi model pembelajaran bagi guru-guru. Berbagai model pembelajaran yang ada, salah satunya adalah model pembelajaran model Problem Posing, yang dilakukan siswa secara mandiri dan berpikir serta mengembangkan kerativitas siswa tanpa terkekang dengan apa yang hanya didapatkan di sekolah. Siswa sangat penting untuk dibekali dengan keterampilan berpikir kritis dan kreatif agar dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara efektif di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Berpikir kritis dapat pula membantu seseorang dalam menerapkan tingkat pertimbangan profesional tertentu yang diperlukan (ÇALIK, ÇELİK, and SÖNMEZ 2018). ini akan memperluas pemahaman seseorang mengenai analisis resiko dan area dengan tingkat kompleksitas yang tinggi dalam keterampilan apapun. Keterampilan berpikir kritis yang diterapkan dalam berbagai situasi penting untuk hidup seseorang terhadap apapun yang dikerjakan. Berpikir Kritis adalah proses mental dalam menganalisis atau mengevaluasi informasi (Latif et al. 2019).
Tujuan dari pemikiran kritis adalah untuk mempromosikan pemikiran independen, otonomi pribadi dan pertimbangan yang logis. Ini melibatkan dua dimensi yakni bernalar dengan baik dan disposis untuk melakukannya. Pendekatan berpikir kritis untuk melatih siswa siap memasuki pasar profesional. Berpikir kritis juga dikaitkan dengan tujuannya yaitu mengeksplorasi suatu situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk sampai pada hipotesis atau kesimpulan yang mengintegrasikan semua informasi yang tersedia dan itu karena dapat dibenarkan secara meyakinkan. Adan enam keterampilan berpikir kritis disampaikan (Facione, 1990) yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, interfensi, penjelasan, dan pengaturan diri. Makna dekoding dan mengklarifikasi makna (interpetasi), memeriksa ide, mengidentifikasi argumen dan menganalisis argumen (analisis), menilai arguen (evaluasi), mempertanyakan bukti, menduga alterrnatif dan menggambar kesimpulan (interferensi), menyatukan hasil, membenarkan prosedur dan menyajikan argument (penjelasan) dan pemeriksaaan serta koreksi diri (self- regulation). Siswa selain harus memiliki daya kritis yang baik juga harus memilki kreativitas yang menarik. Bukan hanya siswa yang harus memilki kemampuan keduanya, tetapi guru harus dapat menumbuhkembangkan keduanya sehingga nantinya siswa menjadi insan yang berguna bagi dunia kerja, keluarga, dan masyarakat.
Upaya mengembangkan kerativitas keilmuan perlu dilakukan melalui pegembangan kemampuan kreativitas ilmiah. Pemikiran kritis dan kreatif mempunyai peran sentral dalam pendidikan dan merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Keterampilan berpikir kreatif dan kreatif termasuk dalam kompetensi kognitif. Kreativitas adalah semua pemikiran divergen, pemikiran produktif, heuristik berpikir inventif dan berpikir lateral. Kreativitas ilmiah dapat berupa menciptakan, mememukan, membalikkan, membayangkan, mengandaikan dan berhipotesis. Indikator kreativitas ilmiah dapat diimplementasikan dalam pembelajaran proses dengan menggunakan model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa. Guru berperan dalam mengemabngjan potensi yang dimilki siswa (Rendi, Jainal Arifin, Firda Herlina, Sobar Ihsan and dan Gusti
Rusdy Furqon Syahrillah 2020). Pembelajaran yang baik bukan hanya sekadar guru menyampaikan materi dan siswa mendengarkan ceramh guru, tetapi keaktifan siswa menjadi salah satu ukuran keberhasilan proses pembelajaran. Dalam setting Problem Posing, melibatkan siswa. Siswa membutuhkan untuk menghasilkan masalah baru atau merumuskan ulang masalah yang ada (Christidanmayani and Kristanto 2020). Kegiatan melibatkan siswa dalam merumuskan masalah dianggap sebagai upaya untuk meningkatkan pembelajaran siswa secara aktif (Cai and Jiang 2017). Hal itu bisa dilakukan guru dengan meggunakan model pembelajaran Problem Posing. Model tersebut yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, penalaran, berpikir kritis, kreatif, keterampilan berkomunikasi, dan meningkatkan motivasi siswa (Hwang, Jiang, & Silbar, 2015). Hal ini berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi.
Hobri (2008) mendefinisikan Problem Posing sebagai
(a) rumusan pertanyaan sederhana atau rumusan ulang masalah yang ada dengan beberapa perubahan sehingga lebih sederhana dan dapat dikuasai;
(b) rumusan soal yang berkaitan dengan kondisi soal yang telah diselesaikan untuk mencari alternatif pemecahannya;
(c) rumusan masalah dari informasi atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, kapan, atau setelah penyelesaian masalah. Oleh karena itu model ini menjadi suatu inovasi ketika digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, yang tentu disesuaikan dengan materi ajar, tujuan pembelajaran, kondisi siswa, dan hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan belajar siswa. Penelitian yang serupa pernah dilakukan (Christidamayani and Kristanto 2020) berjudul The Effects of Problem Posing Model on Students. Learning Achievment and Motivation. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen dan dihasilkan adanya dampak penggunaan model Problem Posing dapat meningkatkan motvasi belajar matematika siswa. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran Problem Posing namun ada peredaan dalam penerapannya yakni digunakan pada mata pelajaran dan kali ini melakukan sosialisasi bagi guru SMP. Hasil penelitiannya menunjukkan Problem Posing dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar matematika.
Penelitian juga dilakukan oleh Kartika Irawati (2014) mengenai Pengaruh Model Problem Posing serta Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Siswa. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan model pembelajaran Problem Posing, tetapi peneiltian sebelumnya melihat pengaruhnya terhadap kemampuan awal siswa, sementara ini untuk melihat dampak penerapan model pembelajaran Problem Posing dalam meningkatkan daya kritis dan kreativitas siswa. Pada penelitian itu menggunakan rancangan eksperiman, dan hasilnya menunjukkan bahwa Problem Posing lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan Problem Solving. Terbukti dengan tingginya kemampuan hasil belajar siswa ketika pembelajaran dengan Problem Posing. Kendati demikian masih banyak guru yang mengabaikan faktor-faktor penunjang keberhasilan siswa. Bahkan guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) kurang memahami pengertian, kelebihan, dan penggunaan model pembelajaran. Untuk itu dilakukan pendekatan kepada guru-guru agar ke depannya menjadi lebih baik dan berinovasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga dilakukanlah PKM yaitu “sosialisasi penerapan model pembelajran Problem Posing untuk meningkatkan daya kritis dan kreativitas siswa di SMP”.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan Porgram Kemitraan bagi Masyarakat ini bertujuan menyelidiki dampak sosialisasi dan pendampingan implementasi model pembelajaran Problem Posing terhadap kesiapan guru SMP dalam mengimplementasikan model tersebut. Selain itu untuk menggambarkan perubahan yang telah terjadi menyangkut pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam penerapan model pembelajaran sebaagi dampak dari kegiatan sosialisasi dan pendampingan implementasi model pembelajaran Problem Posing. Kegiatan ini melibatkan 15 guru partisipan di MTs Al-Fattah Hidayatullah Karungan Kalimantan Utara. Teknik pengumpulan data menggunakan angket mengenai model pebelajaran yang selama ini digunakan dan sedang digunakan oleh guru. Angket kedua untuk menggali informasi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru sebelum dan sesudah mengikuti sosialisasi dan pendampingan yang telah dilaksanakan. Analisis data dilakukan dengan kuantitatif dan kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ini dilakukan melibatkan sekolah tingkat SMP, yakni MTs Al-Fattah Hidayatulloh Karungan Tarakan Kalimantan Utara di mana sekolah ini sebagai sekolah yang berbasis agama islam. Siswa laki-laki dan siswa perempuan dipisahkan (tidak satu kelas) dan pada gedung yang berbeda meskipun dipimpin oleh kepala sekolah yang sama. Siswa bukan hanya mempelajari ilmu umum tetapi juga mempelajari ilmu agama. Di sekolah tersebut sarana prasana pembelajaran masih kurang. Sekolah ini berada tidak di wilayah perkotaan. Adanya kegiatan sosialisasi bertujuan untuk membantu para guru mengembangkan potensi dirinya dalam hal meningkatkan kualitas diri dan kualitas siswa. Terbatasnya literatur dalam menjawab apakah model pembelajaran Problem Posing efektif dalam meningkatkan daya kritis dan kreatif siswa maka kegiatan ini menunjukkan menjadi solusi dari permasalahan guru dan siswa. Berikut kegiatan PKM secara yang dialkukan secara online melalui zoom meeting.
Gambar 1. Narasumber menyampaikan Sosialisasi kepada guru di MTs AlFattah Hidayatullah
0 Komentar untuk "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN DAYA KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA SMP"