PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS

1)Ika Paramitha, 2)Misdalina, 3)Andinasari 1),2),3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Email: Paramitha@univpgri-palembang.ac.id, Misdalina@univpgri-palembang.ac.id Andinasari@univpgri-palembang.ac.id

Abstract 

The purpose of this research is to find out whether or not there is an influence oflearning model creative problem solving on the ability of mathematical problem solving and mathematical disposition of students in Palembang 19 Junior High School. This research is an experimental study with the treatment design of Posttest-Only Control Design. The population in this study were all class VII Palembang 19 State Junior High Schools. The cluster sampling technique obtained class VII.1 as an experimental class and class VII.2 as a control class. The experimental class is treated withlearning models creative problem solving, while the control class is treated with conventional learning. Data collection techniques using tests and questionnaires. Data analysis technique uses t test (independent sample t-test). Based on the results of the analysis 1) there is the influence oflearning model creative problem solving on the mathematical problem-solving ability of students of SMP Negeri 19 Palembang. 2) there is the influence of learning models creative problem solving on mathematical dispositions of students of Palembang State 19 Middle School. Keywords: Problem Solving Ability, Creative Problem Solving Learning Model, Mathematical Disposition 

Abstrak 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh model pembelajaran creative problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan perlakuan Posttest-Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kelas VII SMP Negeri 19 Palembang. Dengan teknik cluster sampling diperoleh kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII.2 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran creative problem solving, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Teknik analisis data menggunakan uji t (independent sampel t-test). Berdasarkan hasil analisis 1) ada pengaruh model pembelajaran creative problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP Negeri 19 Palembang. 2) ada pengaruh model pembelajaran creative problem solving terhadap disposisi matematis siswa SMP Negeri 19 Palembang. Kata kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah, Model Pembelajaran Creative Problem Solving, Disposisi Matematis 

1. PENDAHULUAN 

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, karena dengan memiliki pendidikan seseorang mampu memahami, memperoleh, keahlian, serta keterampilan yang didapat dalam proses pendidikan berlangsung. Menurut Hamalik (2013:2) pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mengkin dengan lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pendidikan, salah satu yang harus ditingkatkan adalah kemampuan dalam matematika. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan, terbukti dalam pelaksanaannya pelajaran matematika diberikan disemua jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai pada Perguruan Tinggi. Selain itu juga matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir manusia (Ernawan dan Andinasari, 2018:445). Matematika dianggap sebelah mata dan menakutkan oleh siswa, karena matematika yang bersifat abstrak, hal inilah yang menyebabkan siswa tidak mudah untuk memahami matematika. Dimana proses pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika (Susanto, 2013) Menurut Muhsetyo (Sudewa dkk, 2014) pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Pada pembelajaran matematika juga sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa yaitu pandangan positif siswa terhadap matematika atau disposisi matematis. Disposisi matematis merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar matematika. Namun seringkali pernyataan yang terjadi di dalam lingkup peserta didik banyak yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini kurang menekankan pada pemecahan masalah. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung adalah siswa yang mengerjakan soal setelah diberi contoh soal dimana soal yang diberikan memiliki bentuk yang sama dengan contoh. Proses ini menyebabkan keterlibatan siswa dalam proses memecahkan masalah dan disposisi matematis siswa kurang optimal (Maryam dkk, 2017). Salah satu strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis siswa dalam menghadapi permasalahan-permasalahan matematika adalah melalui model pembelajaran Creative Problem Solving. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryam, dkk (2017) peneliti memilih model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) karena ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Dari teori diatas, maka peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui : 1) apakah ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang 2) apakah ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap disposisi matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang 

2. METODE PENELITIAN 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.. Metode eksperimen yang digunakan adalah metode True Experimental Design dengan bentuk Posttest-Only Control Design. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019, dengan lokasi penelitian di SMP Negeri 19 Palembang, subjek penelitian adalah siswa kelas VII. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik Cluster Sampling. Dimana yang akan diambil berjumlah dua kelas dari seluruh kelas VII di SMP Negeri 19 Palembang, dimana kelas VII.1 sebagai kelas Eksperimen dan kelas VII.2 sebagai kelas Kontrol. 

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 

Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil Post-test siswa pada masing masing-masing kelas, yaitu kelas eksperimen dengan model pembelajaran Creative Problem Solving dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitian ini adalah berupa rata-rata skor dari tes berbentuk uraian dan angket yang telah diberikan peneliti kepada seluruh siswa kelas VII.1 yang terdiri dari 30 siswa dan kelas VII.2 yang terdiri dari 29 siswa. Tes dan angket diberikan diakhir pembelajaran pada materi yang telah dipelajari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, setelah itu data tes dan angket tersebut diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran pemecahan masalah dan disposisi matematis. Hasil tes akhir berupa skor selanjutnya dianalisis sesuai dengan pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis. Setelah didapat nilai akhir dari setiap siswa, kemudian peneliti melakukan pembahasan dan membuat kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Untuk mengetahui statistik data hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematis dan angket disposisi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel.1 di bawah ini:

Berdasarkan Tabel. 1 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen adalah 78,06 sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol adalah 68,25. Hal ini terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Berdasarkan Tabel. 2 di atas, menunjukkan bahwa angket disposisi matematis siswa untuk kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 73,81 dan nilai terendah 52,38 dengan rata-rata 61,11 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60,71 dan nilai terendah 44,05 dengan rata-rata 51,44. 

Analisis Data

Dari soal tes akhir dan angket yang telah diberikan di kelas VII.1 dan kelas VII.2, jawaban siswa dianalisis untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis siswa. Hasil analisis kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis dapat dilihat pada Tabel. 3 dan Tabel. 4 di bawah ini.

Dari analisis data tes pada Tabel 3, diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen sebesar 78,06 lebih baik dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol sebesar 68,25. Artinya bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 

Dari analisis data tes pada Tabel 4, diperoleh rata-rata disposisi matematis siswa kelas eksperimen sebesar 61,11 lebih baik dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol sebesar 51,44. Namun hal ini belum dapat dipastikan apakah ada pengaruh rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Karena itulah peneliti harus melakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah ada pengaruh rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Uji Normalitas

Kriteria pengujian dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikan atau nilai probabilitas (Signifikan) > = 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal dan nilai signifikan atau nilai probabilitas (Signifikan) < = 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal (Kesumawati dan Aridanu, 2017 : 56). Hasil perhitungan data uji normalitas dapat dilihat pada Tabel.5 di bawah ini:
 

Berdasarkan Tabel.5 diperoleh nilai signifikan hasil perhitungan uji normalitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen sebesar 0,200 > 0,05 dan nilai signifikan pada kelas kontrol sebesar 0,152 > 0,05, berdasarkan kriteria pengujian maka data berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil perhitungan angket disposisi matematis pada kelas eksperimen adalah 0,200 > 0,05 dan nilai signifikan pada kelas kontrol adalah 0,200 > 0,05, berdasarkan kriteria pengujian maka data berdistribusi normal. 

Uji Homogenitas 

Uji homogenitas data yang digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut sama (homogen) atau tidak (heterogen). Dalam penelitian ini homogenitas data di uji dengan menggunakan Software SPSS 22 yaitu dengan uji Statistik Levene’s Test of Homogeneity of Variances. Uji homogenitas dikatakan memenuhi asumsi bahwa variansnya homogen dengan ketentuan sebagai berikut (Kesumawati dan Aridanu, 2017:67): Jika probabilitas atau nilai Signifikan 0,05, maka varians sampel dinyatakan homogen. Jika probabilitas atau nilai Signifikan < 0,05, maka varians sampel dinyatakan tidak homogen. Pada Tabel. 6 terdapat tabel uji homogenitas menggunakan uji Statistik Levene’s Test of Homogeneity of Variances.

Berdasarkan Tabel 6 dengan bantuan SPSS versi 22 di atas, diperoleh nilai signifikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah 0,627 > 0,05, berdasarkan kriteria maka data tes kemampuan pemecahan masalah matematis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sama memiliki varians sama (homogen). Sedangkan nilai signifikan disposisi matematis siswa adalah 0,666 > 0,05, berdasarkan kriteria maka data angket disposisi matematis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sama memiliki varians sama (homogen). 

Uji Hipotesis 

Setelah data memenuhi syarat yaitu data harus berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama maka pengujian dapat dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan uji t yaitu Uji Independent Sampel T-Test dengan kriteria pengujian hipotesis, yaitu terima H0 jika nilai signifikan (2-tailed) > 0,025 serta tolak H0 jika signifikan (2-tailed) 0,025 (Kesumawati dan Aridanu, 2017:89). Adapun hasil uji Independent Sampel t-test menggunakan SPSS dapat dilihat pada Tabel.7 berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada Table.7 dengan bantuan SPSS versi 22, tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh sig. (2-tailed) adalah 0,002 < 0,025 berdasarkan kriteria pengujian maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMP Neger 19 Palembang”. Sedangkan untuk hasil perhitungan data angket disposisi matematis dengan bantuan SPSS versi 22, diperoleh sig. (2-tailed) adalah 0,000 < 0,025 berdasarkan kriteria pengujian maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap disposisi matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang”. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui tes dan angket dengan cara memberikan tes dan angket diakhir pembelajaran. Hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yaitu dengan model pembelajaran Creative Problem Solving lebih besar dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 

Dimana dalam proses pembelajaran Creative Problem Solving membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mengajak peserta didik terlibat langsung dalam pemecahan masalah karena dalam pembelajaran ini setiap peserta didik dituntut untuk berpikir dan bertindak kreatif dalam menyelesaikan permasalahan Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Uno dan Mohamad (2012:223) bahwa model pemebalajaran Creative Problem Solving (CPS) suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan/permasalahan siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya Menurut Bakharuddin (Sohimin, 2014) Creative Problem Solving merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok, para siswa berusaha memahami konsep matematika dengan mengkontruksi sendiri melalui pengetahuan sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan sehariharinya, menemukan sendiri konsep untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam LKS. Hal ini menunjukan pada penelitian bahwa Creative Problem Solving dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Disetiap kelompok siswa bebas memberikan pendapat/gagasan untuk permasalahan yang ada, sehingga di dapat solusi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil penyelesaian permasalahan dari setiap kelompok tersebut dipresentasikan didepan kelas dan kelompok yang lainnya bebas memberikan tanggapannya. Implementasi model pembelajaran Creative Problem Solving pada langkah-langkah pembelajaranya telah dilaksanakan dengan baik, sehingga memberikan perbaikan yang positif dalam diri siswa. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan. 

Siswa mengalami peningkatan dalam memahami materi yang diajarkan dan juga dapat meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu guru menjelaskan materi didepan kelas, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam proses pembelajaran ini guru menjelaskan materi secara terurut dan memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya kemudian memberikan contoh soal dan latihan untuk dikerjakan. Guru membahas soal yang diberikan dengan mengajak siswa bersama-sama membahas soal tersebut. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang belum paham dan mengerti apa yang dijelaskan peneliti. Hasil kemampuan pemecahan masalah matematis adalah penskoran pemecahan masalah matematis siswa yang diperoleh dengan melakukan tes akhir (posttest) yang terdiri dari 4 soal yang mengacu pada indikator pemecahan masalah mencakup materi bilangan pecahan. Sedangkan hasil disposisi matematis adalah penskoran disposisi matematis siswa yang diperoleh dengan memberikan angket yang terdiri dari 21 pernyataan yang mengacu pada indikator disposisi matematis. Postest dan angket diberikan pada akhir pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan cara berpikir positif siswa terhadap matematika setelah dilakukan pembelajaran. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa perindikator pada kelas eksperimen sudah menunjukan hasil yang baik, pada indikator pertama yaitu mengidentifikasi masalah, pada kelas eksperimen rata-ratanya 81,11 sedangkan kelas kontrol rata-ratanya 74,71. Indikator kedua yaitu membuat/menyusun model matematika pada kelas eksperimen rataratanya 90,00 sedangkan kelas kontrol rata-ratanya 78,45. Indikator ketiga yaitu memilih strategi pemecahan pada kelas eksperimen rata-ratanya 92,22 sedangkan kelas kontrol rata-ratanya 85,92. Indikator keempat yaitu memeriksa kebenaran jawaban rata-ratanya 48,89 sedangkan kelas kontrol rata-ratanya 33,91. Rata-rata disposisi matematis siswa perindikator pada kelas eksperimen sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, pada indikator pertama yaitu kepercayaan diri pada kelas eksperimen rata-ratanya 55,83 sedangkan kelas kontrol rata-ratanya 47,41. Indikator kedua yaitu kegigihan dan ketekunan pada kelas eksperimen rata- ratanya 62,67 sedangkan kelas kontrol rata-ratanya 50,52. 

Indikator ketiga yaitu berpikir terbuka/fleksibel pada eklas eksperimen rata-ratanya 65,83 sedangkan pada kelas kontrol rata-ratanya 49,14. Indikator keempat yaitu minat dan keingintahuan pada kelas eksperimen rataratanya 65,5 sedangkan pada kelas kontrol rata-ratanya 53,79. Indikator kelima yaitu memonitor dan mengevaluasi pada kelas eksperimen rata-ratanya 58,89 sedangkan pada kelas kontrol rata-ratanya 53,3. Dari data diatas perolehan persentase skor kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dilihat dari persentase diatas dapat disimpulkan bahwa: 1) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. 2) kemampuan disposisi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil posttest dan angket pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diperkuat dengan hasil uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0,002. Karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,025 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang. Sedangkan angket disposisi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0,000. Karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,025 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap disposisi matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Nopitasari (2016), Herlawan dan Hadija (2017), Maryam dkk (2017), Ma’mun Munir dkk (2017). Dari keempat penelitian terdahulu menyatakan kesimpulan yang sama bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving lebih baik dari pada kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional 4. 

KESIMPULAN 

Berdasarkan analisis data penelitian, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1) Ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang. 2) Ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap disposisi matematis siswa di SMP Negeri 19 Palembang. 

DAFTAR PUSTAKA 

Ernawan, Egi dan Andinasari. 2018. Analisis Model Kolb Knisley terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Prosiding ISBN 978-602- 52451-0-7. Hamalik, Oemar. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Herlawan dan Hadija. (2017). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Berbasis Kontekstua. JP3M (Vol 3 No.1). Kesumawati, Nila dan Ichwan Aridanu. (2017). Statistik Parametrik Penelitian Pendidikan. Palembang: Noer Fikri. Maryam, Desy Kania Siti, dkk. (2017). Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Prosiding ISSN, 978-602- 60660-1-9. Munir, Ma’mun. (2017). Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadaps Kemampuan Pemecahan Masalah serta Disposisi Matematis Siswa SMP. Kerawang: Universitas Singaperbangsa Kerawang. Nopitasari, Dian. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis Siswa. Mathline (Vol 1 No. 2). Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : ARuzz Media. Sudewa, Dewa Gede Oka, dkk. (2014). Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Medai Flash CD Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 6 Sukawati. Jurnal PGSD (Vol 2 No. 1). Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencara. Uno, Hamzah B dan Mohamad, Nurdin. (2012). Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara .

0 Komentar untuk "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS "

Back To Top