MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 3 LODTUNDUH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2019/2020
NI LUH ARTINI NIP. 19691231 199403 2 031 GURU SD NEGERI 3 LODTUNDUH
ABSTRACT This research was conducted at Lodtunduh Elementary School 3 in class I where the ability of students for PKN subjects was still low. The purpose of writing this class action research is to find out whether student achievement can be improved by applying the steps of the Problem Solving learning model. The data collection method is a learning achievement test. The data analysis method is descriptive. The results obtained from this study are student achievement can be improved by applying the steps of the Problem Solving learning model. This is evident from the results obtained initially 64.16 in the first cycle increased to 67.91 and in Cycle II increased to 76.87. The conclusion obtained from this study is that student achievement can be improved by applying the steps of the Problem Solving learning model. Keywords: Problem Solving Learning Model, Learning Achievement
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Lodtunduh di kelas I yang kemampuan siswanya untuk mata pelajaran PKN masih rendah. Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving. Metode pengumpulan datanya adalah tes prestasi belajar. Metode analisis datanya adalah deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada awalnya 64,16 pada siklus I meningkat menjadi 67,91 dan pada Siklus II meningkat menjadi 76,87. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving. Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Solving, Prestasi Belajar
PENDAHULUAN
Guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan siswa. Sehingga dalam memberikan evaluasi diharapkan lebih akurat, objektif, dan mengoptimalkan pembelajaran. Masalah yang dihadapi misalnya masalah kepribadian guru dan kompetensi, kecakapan mengajar, yang antara lain mencakup ketepatan pemilihan metode pendekatan, motivasi, improvisasi, serta evaluasi. Di samping guru, orang tua juga merupakan pihak yang berperan utama dalam penanganan anak. Sebab interaksi anak dengan orang tua tetap lebih besar porsinya dibanding dengan interaksi guru dengan anak di sekolah.
Orang tua harus mampu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana yang menunjang proses belajar anak. Menurut Aunurrahman, 2009:176 (dalam http://lela68.wordp...) keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa, artinya apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran, memilih dan menggunakan teknik evaluasi semua disarankan untuk mencapai keberhasilan belajar siswa. Namun demikian, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat jauh dari harapan kita semua. Prestasi belajar PKN siswa di SD Negeri 3 Lodtunduh sangat jauh dari nilai KKM yang ditentukan untuk mata pelajaran ini yaitu 70. Nilai rata-rata siswa 64,16 dan prosentase ketuntasan mata pelajaran PKN pada siswa kelas I semester I tahun ajaran 2019/2020 hanya 37,5%. Melihat kenyataan ini, peneliti dalam hal ini adalah guru di sekolah ini harus melakukan pembenahan strategi pembelajaran untuk memperbaiki prestasi belajar PKN khususnya. Mata pelajaran PKN adalah mata pelajaran untuk pengembangan intelektual sosial dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari bidangbidang yang lain. Untuk itu peneliti melaksanakan pembelajaran dengan penerapan langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving. Dengan model pembelajaran ini peneliti sangat berharap prestasi belajar PKN siswa dapat ditingkatkan. Dari semua kutipan di atas jelaslah kondisi yang diharapkan dalam pembelajaran bagi anak-anak SD, untuk itu guru harus mampu melaksanakannya agar peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai sesuai harapan. Kenyataan yang ada di lapangan ternyata tidak sesuai dengan semua harapan tadi, ini terlihat pada data awal penilaian kemampuan berbahasa anak SD Negeri 3 Lodtunduh kelas I pada semester I tahun pelajaran 2019/2020 yang diukur menggunakan kriteria penilaian bercerita setelah dilakukan metode belajar sambil bermain. Mengacu kriteria penilaian yang ditetapkan, kemampuan mereka baru mencapai rata-rata 64,16. Model Pembelajaran Problem Solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Menurut N.Sudirman (1987:146) model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.Selain itu Zoler (Sutaji, 2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan yang mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran yang menerapkan model pemecahan masalah. Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Syaiful Bahri Djamara (2006:103) bahwa, Model pembelajaran problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Hidayati (2008), berpendapat bahwa model pembelajaran Problem Solving (metode pemecahan masalah) didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan, bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Tetapi, mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan. Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Model Pembelajaran Problem Solving merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama.sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. (Hamdani, 2011:84). Crow dan Crow (Hamdani, 2011:84) menyatakan model pembelajaran pemecahan masalah / Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Metode Problem Solving menurut Suprijono (2012:46) ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan, Arends (Suprijono, 2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Dengan demikian model pembelajaran problem solving adalah metode pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu. Langkah – langkah/Sintak Model pembelajaran problem solving Menurut Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut:
1. I can (Saya mampu/ bisa): tahap membangkitkan motivasi dan membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.
2. Define (Mendefinisikan): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui, menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.
3. Explore (Mengeksplorasi) : merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi permasalahan yang dihadapi.
4. Plan (Merencanakan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk menganalisis masalah dan menggunakan flochart untuk mengambarkan permasalahan yang dihadapi.
5. Do it (Mengerjakan): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkiraan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah.
6. Check (Mengoreksi kembali): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.
7. Generalize (Generalisasi): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pengertian belajar penulis sampaikan terlebih dahulu sebelum pengertian prestasi belajar akan disampaikan mengingat prestasi belajar akan diperoleh setelah seseorang belajar terlebih dahulu. Untuk itu pengertian belajar dapat penulis ambil dari pengertian-pengertian kamus. Dalam bahasa asing yaitu dalam Bahasa Inggris, kata belajar sama dengan "Study" yang artinya 'The act of using the mind to require knowledge'(Webster’ New American Dictionary: 1993).
Apabila kalimat yang masih dalam Bahasa Inggris tersebut diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, maka belajar adalah perbuatan menggunakan ingatan/pikiran untuk mendapatkan/memperoleh pengetahuan.Belajar artinya berusaha untuk memperolehilmu atau menguasai suatu keterampilan. Belajar juga berarti berlatih (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 27). Pengertian yang lain dapat penulis sampaikan bahwa belajar berarti perubahanyang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dari praktek yang dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen Diknas No. 41 tahun 2007). Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah penggunaan pikiran untuk memperoleh ilmu.Ini berarti bahwabelajar adalah perbuatan yang dilakukan dari tahap belum tahu ke tahap mengetahui sesuatu yang baru. Prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif adalah: stimulus, perhatian dan motivasi, respon, penguatan dan umpan balik (Sriyono, 1992: http://www.scribd.com/doc/90372081). Juga dikatakan bahwa ativitas belajar berupa keaktifan jasmani dan rohani yang meliputi keaktifan panca indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi. Pendapat lain menyatakan bahwa aktivitas belajar dilakukan dalam bentuk interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa siswa dengan siswa lain (Abdul, 2002 dalam http://www.scribd.com/doc/90372081/). Dengan pendapat-pendapat di atas, dapat dipahami bahwa belajar sebenarnya merupakan cara yang membuat siswa aktif, baik dengan penggunaan cara simulasi, respon, motivasi, penguatan, umpan balik yang dapat membangkitkan keaktifan jasmani dan rohani siswa sehingga muncul interaksi antar siswa dengan guru dan selanjutnya interaksi siswa dengan siswa. Pengertian dan pendapatpendapat yang telah disampaikan di depan menuntun kepada pengertian selanjutnya tentang prestasi belajar. Prestasi belajar PKN sama dengan prestasi belajar bidang studi yanglain merupakan hasil dari proses belajar siswa dan sebagaimana biasa dilaporkan pada wali kelas, murid dan orang tua siswa setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Arti dan manfaat prestasi belajar sangat penting bagi peserta didik,
pendidik, orang tua/ wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari semua usaha siswa yang berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap peserta didik. Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.Kalau perubahan tingkah laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima pengalaman belajar yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Purwanto (2000:102) faktor-faktoryang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat disebut faktor individual, seperti kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial., seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajamya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Dalam penelitian ini faktor ke 2 yaitu faktor yang dari luar seperti guru dan cara mengajar yang diupayakan diselidiki lebih dalam, dalam penentuan prestasi belajar siswa yang dalam hal ini adalah kemampuan kompetensiatau kemampuan kelimuan guru.Cara mengajar guru merupakan faktor kebiasaan guru itu atau pembawaan guru itu dalam memberikan pelajaran.Juga dikatakan oleh Slamet (2003:54-70) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajai ada banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstem. Faktor intern diklasifikasi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah antara lain: kesehatan, cacat tubuh. Faktor psikologis antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. Faktor kelelahan antara lain: kelelahan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor ekstern digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. Faktor keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
Faktor sekolah antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Memberdayakan siswa dalam belajar PKN bukan hal yang gampang dilaksanakan.Banyak siswa yang kurang menyenangi pembelajaran ini.Untuk mampu siswa mencerna pembelajaran, siswa harus diberikan hal-hal yang mudah untuk dipecahkan terlebih dahulu, setelah itu baru dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih rumit. Dalam pelaksanaannya di lapangan, apabila kebiasaan-kebiasaan ini harus diupayakan maka pelan tetapi pasti para siswa akan senang mengikuti pembelajaran PKN. Gambaran kerangka berpikir yang dilakukan adalah:
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh karenanya, rancangan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan. Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:67). Dalam melaksanakan penelitian, rancangan merupakan hal yang sangat penting untuk disampaikan. Tanpa rancangan, bisa saja alur penelitian akan ngawur dalam pelaksanaannya. Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang disampaikan oleh Arikunto, Suharsumi 2007 seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar: 02 Alur Penelitian Tindakan kelas2. Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan pembelajaran di kelas.Pada tahap ini guru peneliti giat melakukan tindakan menggunakan metode Card Sort berbantuan alat peraga.Rancangan tindakan tersebut sebelumnya telah dilatih untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya.Skenario dari tindakan diupayakan dilakspelajaran dengan baik dan wajar.
3. Pengamatan atau observasi Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini,guru yang bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar yang telah tersusun, termasuk juga pengmatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar anak.
4. Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang shingga permasalahan dapat teratasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Hasil yang diperoleh dari kegiatan awal Data pada awal pembelajaran baru memperoleh nilai rata-rata 64,16 dengan siswa yang tuntas hanya 9 (37,5%) dan yang tidak tuntas tuntas ada 15 orang (62,5%) hal ini masih jauh dari harapan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu 85%. Hasil pada awal pembelajaran ini masih sangat jauh dari harapan hal ini terjadi karena guru belum menggunakan model pembelajaran dan RPP masih bersifat konvensional.
Untuk meninggkatkan prestasi belajar siswa kelas I semester I SD Negeri 3 Lodtunduh tahun pelajaran 2019/2020 maka sangat perlu dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving pada siklus I.
2. Hasil pada siklus I
Pada siklus I sudah diupayakan untuk perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar PKN dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Peneliti telah giat melakukan kegiatan yang susuai dengan kebenaran teori yang ada sehingga peneliti memperoleh hasil yang lebih baik dari proses awal, yaitu dengan rata-rata nilai 67,91 dari jumlah nilai secara klasikal 1630 seluruh siswa di kelsa I, dan prosentase ketuntasan belajarnya adalah 66,66%, yang tidak tuntas adalah 33,33%. Hasil ini belum maksimal, karena belum mecapai indikator keberhasilan penelitian yang mencanangkan dengan minimal prosentase ketuntasan belajar 85%.
3. Pada siklus II Dengan tindakan yang sangat maksimal dan pelaksanaan yang betul-betul mengikuti kebenaran teori sesuai dengan model pembelajaran Problem Solving dalam pembelajaran PKN di kelas I SD Negeri 3 Lodtunduh, dimana hasil yang diperoleh pada siklus II ini ternyata prestasi belajar PKN meningkat secara signifikan setelah menggunakan langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving dengan maksimal dengan nilai ratarata 76,87 dan ketuntasan belajarnya adalah 91,66%. Dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 24 orang siswa 22 orang siswa telah mampu melampaui nilai KKM yaitu 70. Semua hasil yang diperoleh dari awal, siklus I dan siklus II dPKNparkan dalam bentuk tabel dan grafik seperti berikut:
PembahasanSeperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran PKN menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikimotorik sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk penyelesaian kesulitan yang ada maka penggunaan model/metode ini dapat membantu siswa untuk bertindak aktif, keratif,inovatif, dan mandiri. memecahkan masalah yang ada bersama dengan anggota kelompok diskusinya. Hal inilah yang membuat siswa berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi mata pelajaran PKN lebih jauh. Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan tuntutan KKM mata pelajaran PKN di sekolah ini yaitu 70. Oleh karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya.
2. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus II
Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai 76,87. Hasil ini menunjukkan bahwa model Problem Solving telah berhasil meningkatkan prestasi belajar bidang studi PKN siswa. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi yang dicapai siswa membuktikan bahwa guru sudah tepat memilih model/metode dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata yang diperoleh, dimana pada awalnya nilai rata-rata siswa hanya 64,16 naik di siklus I menjadi 67,91 dan di siklus II naik menjadi 76,87. Kenaikan ini merupakan upaya maksimal yang peneliti laksanakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 3 Lodtunduh.
PENUTUP
Simpulan
Pemicu rendahnya prestasi belajar ada pada faktor model yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Untuk itu penggunaan model yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan. Dalam hal ini peneliti menerapkan model/metode Problem Solving sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada. Dari hasil refleksi dan dengan melihat semua data yang telah dipaparkan, dapat disampaikan bahwa pencapaian tujuan penelitian di atas dapat dibuktikan dengan argumentasi sebagai berikut. a) Dari data awal ada 15 siswa mendapat nilai di bawah KKM dan pada siklus I menurun menjadi 8 siswa dan siklus II hanya 2 siswa mendapat nilai di bawah KKM. b) Nilai rata-rata awal 64,16 naik menjadi 67,91 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 76,87. c) Dari data awal siswa yang tuntas hanya 9 orang sedangkan pada siklus I menjadi lebih banyak yaitu 16 siswa dan pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 22 siswa. Paparan di atas membuktikan bahwa model Problem Solving dapat memberi jawaban sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai karena model Problem Solving sangat efektif diterapkan dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa aktif, antusias dan dapat memahami materi yang diajarkan sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru PKN, apabila mau melaksanakan proses pembelajaran penggunaan model yang telah diterapkan ini semestinya menjadi pilihan dari beberapa model yang ada mengingat model/metode ini telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bagi peneliti lain, walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model Problem Solving dalam meningkatkan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya disarankan kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti.3. Bagi pengembang pendidikan, selanjutnya untuk adanya penguatanpenguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna memverifikasi data hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Introductory Science Courses. JosseyBoss Publisher. Amien, Moh. 1996. Perkembangan Intelektual Siswa SD. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 3 No. 4. Jakarta: LTPTK dan ISP. Anastasi, Anne. 1976. Psychological Testing. Fifth Edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Anom.2000. Profesionalisme Guru Fisika dalam Menghadapi Tantangan Era Global.Makalah.Disampaikan pada Seminar dalam Rangka HUT ke 36 Jurusan Fisika STKIP Singaraja pada 1 hari Minggu 5 Nopember 2000. Ardana, Nengah. 1999. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pola Pemberian Tugas dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Fisika pada Siswa SD Negeri 1 Denpasar. SkrPKNi.IKIP Mahasaraswati Tabanan. Arief Furchan. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Pustaka Belajar: Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aryana, Wayan. 2003. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar PKN pada Siswa SD Negeri 1 Denpasar.Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September 2003. Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar. Badan Standar Nasional Pendidikan.2007.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007.Jakarta: BSNP. Bakry, N.M. 1986. Logikci Praktis. Yogyakarta: Liberty. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Depdiknas. 2009. Kompetensi Supervisi Akademik. Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan Tenaga Kependidikan. INTEN, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Guru Terhadap Prestasi Belajar PKN dan Sejarah Pada Guru PKN II SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Singaraja. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi Pada Guru PKN III SD Negeri Seririt (Experimen Pada Pokok Bahasan Reproduksi Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
0 Komentar untuk "MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 3 LODTUNDUH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2019/2020"